Pemerintah diminta mendorong kemunculan riset-riset baru tentang tempe untuk mengoptimalkan pengembangan makanan asli Indonesia itu. Penelitian baru dibutuhkan agar tempe menjadi aneka produk turunan yang bisa menembus pasar internasional.
”Apa yang kita tahu tentang tempe amat sedikit, ibaratnya baru pucuk kecil dari gunung es. Itu kenapa perlu ada riset-riset baru,” kata Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta FG Winarno pada Konferensi Internasional Tempe dan Produk Terkait 2015, Senin (16/2), di Yogyakarta.
Konferensi yang membahas berbagai hal terkait tempe itu diikuti 220 peserta dari 7 negara dan berlangsung 15-17 Februari 2015 di Yogyakarta. Para peserta konferensi adalah peneliti pangan dan perwakilan badan usaha pengembangan produk turunan dan produk tempe.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Winarno memaparkan, dalam beberapa tahun terakhir, informasi tempe sudah beredar di sebagian masyarakat Indonesia. Pandangan negatif bahwa tempe makanan tak bergizi, tak higienis, dan hanya dikonsumsi orang miskin mulai memudar. Kini, banyak orang sudah paham bahwa tempe mengandung vitamin B12 yang dibutuhkan tubuh.
Sejumlah riset menunjukkan, tempe berpotensi memberi beragam manfaat bagi mereka yang mengonsumsinya. Vitamin B12 dalam tempe, misalnya, untuk menjaga kesehatan sel-sel saraf dan sel-sel darah merah. Vitamin itu juga berperan penting dalam produksi energi dalam tubuh. ”Riset menunjukkan, tempe bisa memperbaiki gizi janin, mencegah diare, dan menurunkan kolesterol,” kata Winarno.
Meski demikian, perlu banyak riset tempe untuk mengetahui lebih jauh kandungan dan manfaat makanan asli Indonesia itu serta mengembangkan jadi aneka produk turunan. Riset bisa dilakukan bekerja sama dengan peneliti negara lain, misalnya Polandia yang meneliti tempe sebagai pencegah diare. ”Tempe bisa dikembangkan jadi banyak hal, misalnya untuk pengobatan dan kosmetik. Itu butuh riset lanjutan,” ujarnya.
Deputi Bidang Penelitian dan Kerja Sama Standardisasi Badan Standardisasi Nasional Kukuh S Achmad mengatakan, pengembangan tempe butuh standardisasi untuk memastikan mutu tempe terkait kebersihan. Kini tempe telah ada standar nasional dan regional Asia. (HRS)
Sumber: Kompas, 17 Februari 2015
Posted from WordPress for Android