Pasar Johar, pasar tradisional terbesar di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang terbakar pada 9 Mei lalu, akan dipugar. Pemugaran pasar yang dibangun tahun 1937 ini kemudian menjadi tantangan besar mengingat banyaknya kegagalan yang terjadi setelah sebuah pasar dibangun kembali.
Semua pihak, termasuk pemerintah, sepakat, pasar yang didesain oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten, ini harus dikembalikan ke wujud aslinya yang selama ini tertutup bangunan-bangunan tambahan. Pasar Johar adalah ikon dan pusat perdagangan di Kota Semarang dan sekitarnya. Sebanyak 7.871 pedagang besar dan kecil, serta ratusan buruh harian, mbok gendong, pengemudi becak, dan petugas parkir menggantungkan hidup di pasar ini.
Pasar Johar tak hanya memiliki arsitektur yang khas dengan struktur kolom dan atap cendawan yang membuat pasar ini memiliki penghawaan dan pencahayaan alami yang sangat baik. Pasar ini juga didesain dengan perhitungan yang matang, jarak yang pas antara pedagang dan pembeli untuk berinteraksi, ketinggian kios dari lantai yang memungkinkan mbok gendong memikul barang dengan lebih mudah, dan barang dagangan lebih rapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejumlah pedagang mulai kembali berjualan pasca-kebakaran Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pedagang juga mulai melakukan pendataan ulang berdasarkan lokasi berjualan sebelum proses rekolasi dilakukan.–ENDRA YASA
Pasar Johar, kata arsitek Widya Wijayanti yang juga pemerhati cagar budaya, memenuhi semua kriteria cagar budaya. Pasar itu sudah berusia lebih dari 50 tahun, memiliki arsitektur yang khas dan mewakili zamannya, memiliki arti khusus bagi sejarah, dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
”Kriteria keempat biasanya yang paling sulit terpenuhi, tetapi Pasar Johar memilikinya. Di dalam pasar, orang bisa berinteraksi, srawung (saling menyapa) terus-menerus, ketika pasar belum padat dan banyak diberi sekat. Ini contoh lingkungan mikro yang bagus,” ujar Widya dalam diskusi tentang Pasar Johar yang diadakan harian Kompas perwakilan Jawa Tengah, pertengahan Mei lalu.
Saat ini, ujar Widya, yang menjadi kekhawatiran banyak pihak adalah kebanyakan pembangunan kembali sebuah pasar tradisional, baik karena terbakar maupun direnovasi, tak bisa kembali seperti sebelumnya. Pasar Bulu di Kota Semarang, misalnya, ketika berubah menjadi bangunan modern, menjadi sepi.
Bambang Supriyadi, arsitek pemenang sayembara ide desain Pasar Johar pada 2010, mengatakan, pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang. ”Ini sangat dipahami oleh Karsten dengan mendesain pasar yang baik dari sisi penghawaan dan pencahayaan, juga jalur keluar-masuk yang lapang,” kata Bambang.
Kembali sedia kala
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi setuju bahwa Pasar Johar harus dikembalikan seperti sedia kala. Pemkot berkomitmen untuk memugar dan mengembangkan kawasan Pasar Johar dengan dana pemerintah, bukan investor. ”Pasar harus menjadi milik rakyat, harus dapat diakses oleh pedagang kecil,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk memulai upaya revitalisasi Pasar Johar, penyusunan detail engineering design (DED) segera dibuat pada 2016. Langkah paling dekat adalah mengkaji kekuatan bangunan pasar yang sudah terbakar dan memutuskan apakah bangunan pasar yang ada saat ini akan dipertahankan atau tidak.
Pengajar Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang, Sri Tujono, mengatakan, setelah melihat kondisi Pasar Johar, geometri bangunan di Pasar Johar utara tampak masih baik, tetapi Pasar Johar tengah dan selatan terlihat rusak.
”Ketika zamannya, bangunan ini memang dibuat sangat kuat. Tetapi, dibandingkan dengan saat ini, ketika kekuatan beton bisa jauh lebih kuat, ditambah dengan kebakaran, kondisi bangunan lama mungkin tidak lagi sekuat dulu. Ini harus diteliti lebih lanjut,” ungkap Sri Tujono.
Sri Tujono mengatakan, kerusakan bangunan yang terjadi di bangunan utama Pasar Johar tergolong tidak parah karena desain bangunan yang khas. Bangunan dengan atap cendawan yang terbuka di banyak titik memungkinkan panas keluar dari bangunan saat kebakaran terjadi.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang Bambang Haryono mengatakan, Pasar Johar yang menjadi hajat hidup orang banyak harus mendapat perhatian dari semua pihak. Akan segera dibentuk tim kecil melalui Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota Semarang. Pemkot Semarang saja tidak cukup, perlu juga keterlibatan Pemerintah Provinsi Jateng dan pemerintah pusat.
”DED akan segera dibuat oleh dinas pasar dan semua pihak akan dilibatkan, termasuk pedagang. Kebutuhan dana belum kami hitung karena akan bergantung pada DED yang dibuat. Pembangunan fisik tidak bisa terburu-buru karena pasar ini sangat penting sehingga harus berhati-hati. Kami mencatat setiap masukan,” katanya.
Jangan hanya fisik
Budayawan Semarang, Djawahir Muhammad, mengungkapkan, revitalisasi Pasar Johar jangan hanya secara fisik bangunan. Pasar Johar, selain menyimpan nilai sejarah, juga mengandung nilai penting pasar tradisional yang menjadi bagian dalam budaya bangsa. Jangan sampai ketika dibangun, Pasar Johar justru kehilangan ”roh”-nya.
”Keistimewaan Pasar Johar bukan hanya pada bangunan cagar budayanya. Di Pasar Johar juga terdapat warisan budaya tak benda yang juga harus dipikirkan untuk terus dilestarikan,” ujar Djawahir.
Widya setuju hal itu. Arsitektur tidak bicara soal bangun-membangun, tetapi juga huni-menghuni. Karena itu, kawasan Pasar Johar nanti harus dikembalikan menjadi satu kawasan seperti dulu di mana pasar dan Masjid Kauman dihubungkan dengan alun-alun. Alun-alun kini berubah menjadi Pasar Yaik Permai dan Yaik Baru. Pedagang akan dibuatkan gedung tambahan yang dapat menampung seluruh pedagang yang ada.
Selain itu, yang harus diperhatikan dalam pembangunan kembali sebuah pasar, menurut Kepala Divisi Asesmen Ekonomi Bank Indonesia Semarang Putra Stefanus adalah penghitungan ekonomi sehingga pasar itu dapat dijangkau oleh pedagang. Kebanyakan pasar dibuat tanpa memperhitungkan hal itu sehingga pasar justru kian ditinggalkan.
Namun, ia percaya para pedagang Pasar Johar akan segera bangkit. ”Kami sudah mendapat laporan dari beberapa bank yang segera merespons musibah kebakaran itu dengan memberi keringanan kepada nasabah dalam bentuk restrukturisasi, juga keringanan dan penangguhan bunga. Kami juga akan mencoba mengajukan ke BI pusat untuk mendapat perhatian karena kebakaran sudah ditetapkan sebagai bencana oleh Pemkot Semarang,” katanya.
Robert Muchlisan, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Johar Unit Sabar Menanti, mengungkapkan, pedagang berharap Pasar Johar dibangun kembali secepatnya dan tetap dapat dijangkau oleh pedagang yang selama ini berjualan di sana. ”Kerap terjadi, setelah pasar baru dibangun, ada banyak pedagang ”titipan” sehingga pedagang yang sebelumnya berjualan malah tidak kebagian tempat. Kami juga ingin dilibatkan dalam proses perencanaan sehingga kami bisa mengetahui akan seperti apa nantinya,” katanya. (WHO/UTI)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juni 2015, di halaman 35 dengan judul “Bangun Kembali Fisik dan Roh Pasar Johar”.