Teknologi Pembuka Kunci

- Editor

Jumat, 6 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Agar tak terjebak dalam pertumbuhan 5 persen, Indonesia bisa menerapkan teknologi. Lompatan ini sekaligus untuk meningkatkan daya saing.

Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia terganjal persoalan daya saing dan produktivitas. Transformasi teknologi dinilai akan menjadi ‘pembuka kunci’ pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini tertahan di kisaran 5 persen.

20191104-NSW-Riset-Pertumbuhan-Ekonomi-mumed_1573012065.pngOleh karena itu, agenda perbaikan daya saing dan produktivitas dalam 5 tahun mendatang harus dibarengi dengan adopsi teknologi baru. Jika tidak memadukan cara itu, potensi pertumbuhan ekonomi akan terus tereduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Jangan lagi menjalankan skenario business as usual karena masih banyak ruang untuk mendorong pertumbuhan,” ujar Direktur Jenderal Bank Pembangunan Asia (ADB) Ramesh Subramaniam dalam The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy di Nusa Dua, Bali, Kamis (5/12/2019).

Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,1 persen pada 2020, sedangkan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan 5 persen. Adapun perekonomian tahun ini, IMF, Bank Dunia, dan OECD memproyeksikan 5 persen.

Pada triwulan III-2019, perekonomian RI tumbuh 5,02 persen atau terendah sejak triwulan III-2017.

Berdasarkan riset ADB dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, transformasi teknologi akan menambah produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 2,8 triliun dollar AS pada 2040. Adopsi teknologi akan meningkatkan produktivitas, efisiensi energi, perencanaan dan pengganggaran, serta kualitas produk.

Penerapan teknologi baru juga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,5 persen. Pada 2040, sektor papan atas dikuasai industri permesinan dan kendaraan bermotor.

Ekonom ADB untuk Indonesia, Yurendra Basnett, menambahkan, pelambatan pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi ekspansi sektor manufaktur yang rendah. Perusahaan manufaktur di Indonesia yang aktif berinovasi dan melakukan riset kurang dari 6 persen. Pengadopsian teknologi antara lain terkendala biaya yang tinggi dan keahlian tenaga kerja.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui perbaikan sistem pendidikan perlu waktu 10-15 tahun. Maka, pengadopsian teknologi baru adalah keniscayaan demi mempercepat transformasi ekonomi Indonesia. Industri yang aktif melakukan riset akan diberi insentif pengurangan pajak penghasilan (PPh) badan 300 persen.

Optimistis
Sementara, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman, dalam “2019 Asian Insight Seminar: Reassessing Growth and Stability in 2020 Admist Global Dynamic” yang diselenggarakan DBS, Rabu (4/12) malam, mengatakan, kondisi ekonomi global tampak suram dan menantang. Ketidakpastian global yang disebabkan banyak faktor menyebabkan ekonomi dunia melambat.

“Ketika ada tekanan, pemerintah bisa intervensi dengan memberi stimulus. Bagi kami tidak hanya semata mengejar pertumbuhan, akan tetapi pertumbuhan yang inklusif. Kami tetap optimistis karena fundamen Indonesia jauh lebih bagus,” kata Luky.

Sampai saat ini, indikator ekonomi makro masih positif dengan pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen. Inflasi diperkirakan berkisar 3,1-3,2 persen. Angka kemiskinan di kisaran 9,4 persen dan pengangguran 5,0 persen.

Kepala Ekonom PT Bank DBS Indonesia Masyita Crystallin mengatakan, peluang pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan seperti Thailand, India, dan Singapura. Namun, untuk menuju negara maju pada 2045, diperlukan lompatan besar.

Menurut Masyita, untuk mengakselerasi pertumbuhan, diperlukan mesin ekonomi baru. Sementara, pada 15 tahun terakhir, struktur ekonomi Indonesia tidak berubah signifikan, yakni bersandar pada komoditas.

Potensi pelambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 turut menjadi perhatian serius praktisi pemasaran. Potensi itu diantisipasi dengan tidak menambah bujet pemasaran.

Head (Country Director) ADA Reach Indonesia Yogi Triharso mengatakan, sekitar 46,1 persen dari 200-an praktisi pemasaran yang disurvei di Asia Tenggara mengaku jumlah pelanggan baru produk atau layanan akan tumbuh melambat pada 2020. Sekitar 30,1 persen responden malah memperkirakan tidak ada penambahan jumlah pelanggan baru. (KRN/NAD/MED)

Oleh KRN/NAD/MED

Editor DEWI INDRIASTUTI

Sumber: Kompas, 6 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB