Tambak di Selatan Yogyakarta Ancam Ekologi

- Editor

Rabu, 4 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Maraknya tambak udang di sepanjang pantai selatan Yogyakarta berpotensi jadi bencana ekologi. Tambak udang itu juga mengancam kelestarian gumuk pasir yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena kekhasannya.


Usaha tambak marak di pantai selatan Yogyakarta, mulai Kulon Progo hingga Bantul. Di beberapa lokasi, tambak di tepi laut menabrak kawasan sempadan pantai. Tambak-tambak juga dibangun di sempadan jalan lintas selatan dan sempadan sungai-sungai yang bermuara di pantai.

Tanaman cemara udang yang sebelumnya banyak dijumpai dibabat. Pertanian gumuk pasir di pesisir selatan Kulon Progo juga mulai terdesak. Di pantai selatan Bantul, tambak udang mengancam keberadaan gumuk pasir barchan yang dijadikan kawasan lindung Geoheritage oleh Badan Geologi sejak tahun 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sunarto, ahli gumuk pasir yang juga Guru Besar Fakultas Geografi, UGM, dihubungi Selasa (3/2), mengatakan, gumuk pasir barchan khas karena bentuk bulan sabit hanya ada di Parangtritis-Parangkusumo. Tipe itu biasanya terbentuk di gurun pasir.

”Gumuk pasir ini terbentuk karena ada lorong angin alami yang hanya ada di Parangkusumo. Usaha tambak yang mengubah bentang alam jelas menjadi ancaman bagi keberlangsungan gumuk pasir,” katanya.

Tambak Ancam LingkunganTambak udang, menurut Sunarto, secara ekonomi memang menguntungkan petani. ”Tetapi, lokasinya jelas melanggar sempadan pantai, sempadan sungai, dan sempadan jalan,” ujarnya.

Menurut penelitian Sunarto, aktivitas tambak udang tersebut juga berpotensi merusak ekologi. Tambak udang butuh air payau. Air asinnya diambil dari laut, sebagian dengan mengebor tanah. Air tawarnya juga diambil dari tanah dengan cara mengebor. ”Padahal, ketersediaan air tawar di pesisir selatan Jawa sangat terbatas karena hanya dari air hujan sehingga penggunaannya harus hati-hati,” katanya.

Limbah
Kerusakan lingkungan yang paling mengkhawatirkan, menurut Sunarto, berasal dari limbah air payau di sekitar tambak sehingga menyebabkan terjadinya intrusi air asin. ”Jika tidak segera ditertibkan menyebabkan bencana ekologi seperti di pantai utara Jawa. Ekologi gumuk pasir terkenal sangat rapuh,” ujarnya.

Siti Khoiriyah, Kepala Seksi Konservasi Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kulon Progo, mengatakan, usaha tambak udang yang marak di pesisir itu tidak berizin. ”Seharusnya ditertibkan karena menabrak sempadan pantai dan bisa merusak lingkungan,” katanya.

Selain merusak lingkungan, tambak itu juga memicu konflik dengan petani gumuk pasir. Isyanti, petani gumuk pasir dari Desa Karangseu, Kecamatan Galur, Kulon Progo, mengatakan, para petani di desanya sepakat melarang praktik tambak udang di wilayah mereka.

”Pernah ada yang buat di desa kami, tetapi kami tutup. Jika dibiarkan, petani tidak akan bisa menanam lagi karena tanahnya menjadi rusak,” katanya. (AIK)

Oleh: Ahmad Arif

Sumber: Kompas, 4 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 16 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB