Kebutuhan paket data internet bulanan dari pengguna ponsel pintar di Indonesia dalam tahun-tahun mendatang diprediksi akan meningkat tajam. Jika sebelumnya, permintaan paket data dengan kuota 2-10 gigabita mendominasi, saat ini permintaan paket data di atas 10 gigabita hingga tak terbatas lebih besar proporsinya. Kebetuhan paket data yang lebih besar ini seiring dengan kebutuhan informasi yang meningkat. Bahkan, generasi milenial mengaku tak tahan harus menunggu waktu tunggu pengunduhan atau buffering video lebih dari 4 detik.
Berdasarkan analisis Ericsson, pada 2016, sekitar 30 persen pengguna ponsel di Indonesia memilih paket data internet dengan kuota 2-5 gigabita (GB) per bulan dan sekitar 20 persen memilih paket data 5-10 GB per bulan. ”Tahun ini, peminatnya turun menjadi kurang dari 20 persen masing-masing,” kata Vice President of Network Solution Division Ericsson Indonesia and Timor Leste Ronni Nurmal dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/12).
Jika dibandingkan dengan paket data 10-50 GB dan tak terbatas, pada 2016 permintaan keduanya tidak mencapai 15 persen. Namun, pada 2017 permintaannya mencapai sekitar 25 persen masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perubahan ini menunjukkan adanya peralihan kebutuhan paket data. ”Dapat disimpulkan, kebutuhan paket data masyarakat Indonesia meningkat karena kebutuhan informasi juga semakin tinggi,” ujar Ronni.
Dapat disimpulkan, kebutuhan paket data masyarakat Indonesia meningkat karena kebutuhan informasi juga semakin tinggi.
Faktor peralihan permintaan paket data itu dapat ditinjau dari jumlah ponsel beredar dan jenis konten yang dikonsumsi. Pada kuartal ketiga 2017, jumlah ponsel meningkat 7 juta unit sehingga Indonesia menempati posisi kedua dalam pertumbuhan ponsel di dunia. Total ponsel beredar di dunia saat ini sebanyak 7,8 miliar unit.
M PASCHALIA JUDITH J UNTUK KOMPAS–Head of Ericsson Consumerlab di Asia Tenggara, Oseania, dan India Muhammad Afrizal Abdul Rahim (kiri) dan Vice President of Network Solutions Ericsson di Indonesia dan Timor Leste Ronni Nurmal (kanan) setelah konferensi pers di Jakarta, Senin (18/12).
Dari segi jenis konten yang diakses di ponsel, 55 persennya berupa video. ”Kami pernah menyurvei, orang-orang lebih stres menunggu video dimuat (loading atau buffering) daripada terjebak macet. Bahkan, generasi milenial tidak tahan jika waktu tunggu memuat video lebih dari 4 detik,” tutur Ronni.
Peningkatan lalu lintas (traffic) transmisi data diperkirakan mencapai dua kali lipat setiap tahunnya. Faktor pendukungnya ialah kebutuhan akan informasi dalam kemasan video, e-dagang, serta teknologi finansial.
Karena kebutuhan data dan informasi dalam jumlah yang besar dalam waktu yang cepat, pengguna ponsel di Indonesia mulai beralih dari jaringan 2G/3G ke jaringan 4G LTE. Pada 2017, jumlah pengguna 4G LTE berkisar 17 persen dan pengguna 2G/3G berkisar 52 persen. Ronni memprediksi, pada 2023, pengguna 4G LTE meningkat menjadi 79 persen dan pengguna 2G/3G menjadi 21 persen.
Orang-orang lebih stres menunggu video dimuat daripada terjebak macet.
Tren 2018
Lalu lintas transmisi data di Indonesia diprediksi melonjak saat Asian Games 2018. ”Dari tren acara-acara besar di dunia, jika ada suatu acara internasional, lonjakan lalu lintas data dapat mencapai 10 kali lipatnya,” kata Ronni.
Peristiwa yang menjadi acuan adalah acara olahraga di Rio pada 2016 dan kejuaraan internasional di Hongaria pada 2017. Saat perhelatan olahraga itu berlangsung, lalu lintas transmisi data paling banyak digunakan untuk siaran langsung video dan berjejaring lewat media sosial.
Sementara itu, Ericsson juga menyimpulkan ada 10 tren permintaan konsumen terhadap gawainya. Kesepuluh aspek itu antara lain mengendalikan perangkat elektronik dengan gerakan tubuh atau suara, sistem pendengaran cerdas (augmented hearing), peningkatan kemampuan secara tepat guna (misalnya, belajar memasak dari video di internet), seleksi konten pada media sosial, iklan cerdas, komunikasi dengan gawai, mengefektifkan dan mengefisiensikan pekerjaan dengan gawai, realitas virtual (virtual reality), pemanfaatan pesawat tanpa awak atau drone dalam pengiriman, serta waktu mengisi daya baterai yang singkat.
Menurut Head of Ericsson Consumerlab di Asia Tenggara, Oseania, dan India Muhammad Afrizal Abdul Rahim, pengguna ponsel di Indonesia mebutuhkan sistem seleksi konten di media sosial. ”Mereka perlu diberikan konten-konten yang membahas suatu isu dari segala perspektif dan tidak mengandung kebohongan atau hoaks,” tuturnya.
Mereka perlu diberikan konten-konten yang membahas suatu isu dari segala perspektif dan tidak mengandung kebohongan atau hoaks.
Dari segi produsen, ponsel-ponsel yang mungkin diciptakan pada 2018 dan memenuhi tren konsumen tersebut memiliki aspek kendali perangkat elektronik dengan gerak tubuh atau suara pengguna, pendengaran cerdas, komunikasi dengan gawai, serta realitas virtual. Untuk pendengaran cerdas, akan muncul alat pendengar atau earphone yang mampu menerjemahkan bahasa asing yang diucapkan oleh pembicara atau lawan bicara pengguna.
5G di Indonesia
Selain itu, pengguna ponsel di Indonesia, terutama generasi milenial (berusia 15-34 tahun) menantikan jaringan 5G di Indonesia. Sekitar 31 persen dari mereka berekspektasi jaringan 5G lebih cepat dari 4G/3G/2G. ”Mereka juga berharap waktu tunggu pemuatan informasi dan data semakin singkat, bahkan tidak ada,” ujar Ronni.
Ericsson pernah mendemonstrasikan penggunaan jaringan 5G pada April 2017 di Indonesia. Kecepatan transmisi datanya mencapai 5,7 GB per detik.
Ronni optimistis Indonesia dapat menerapkan jaringan 5G pada 2021. Dia menuturkan, frekuensi transmisi di Indonesia untuk mengirim data hingga 30 GB sudah tersedia. Selain itu, regulasi terkait lisensi pengadaan frekuensi transmisi pun lebih sederhana.
Apabila 5G berhasil diterapkan di Indonesia, pada 2026 akan menghasilkan tambahan pendapatan sebesar 30 persen bagi pihak-pihak yang menggunakan teknologi tersebut. Persentase itu diperkirakan senilai dengan 6 miliar dollar AS.
Prediksi 2023
Secara global, total lalu lintas transmisi data saat ini mencapai 14 exabita per bulan. Rata-rata, seorang pengguna ponsel membutuhkan paket data 2,6 GB per bulan.
Adapun pada 2023, rata-rata pengguna ponsel akan membutuhkan paket data 15 GB per bulan. ”Jumlah per tahunnya akan mencapai 110 exabita dengan 75 persennya untuk mengakses konten video,” kata Ronni.
Jumlah ponsel beredar di Asia Tenggara dan Oseania juga akan meningkat menjadi sekitar 1,3 miliar unit, 80 persennya merupakan ponsel pintar. Sementara di Indonesia jumlahnya menjadi 410 juta unit dan 80 persennya adalah ponsel pintar. (DD09)
Sumber: Kompas, 18 Desember 2017