Pemeriksaan pembuluh darah di otak secara rutin efektif mengetahui potensi stroke. Identifikasi dini menghindarkan seseorang dari derita stroke, mahalnya pengobatan, dan kerusakan bagian otak secara permanen.
”Sebaiknya mereka yang berusia 30-40 tahun atau ada riwayat stroke keluarga,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) Eka Julianta Wahjoepramono yang juga ahli bedah saraf pada jumpa pers 11th International Conference on Cerebrovascular Surgery (ICCVS) di Kampus FKUPH, Tangerang, Banten, Jumat (12/12). Pertemuan 262 ahli bedah saraf dari 26 negara itu membahas perkembangan terkini, seperti inovasi bedah tumor otak tanpa pisau bedah.
Menurut Eka, stroke masih penyakit nomor satu penyebab kecacatan. Angka kematian karena stroke juga tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi stroke 12,1 persen. Meski demikian, stroke dapat dihindari. ”Kuncinya deteksi dini dan mengendalikan faktor risiko,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemeriksaan pembuluh darah di otak jelas memegang peran yang vital. Selain dapat melihat penyakit sebenarnya di otak, pemeriksaan juga memungkinkan melihat potensi penyakit yang akan bersarang di otak.
Pemeriksaan otak bisa menggunakan pemindai tomografi terkomputasi (computerized tomography scan/CT-scan), CT-scan angiografi, pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging/MRI), dan MRI angiografi. ”Pemeriksaan otak sangat aman,” ujarnya.
Fernando Diaz, Guru Besar Bedah Saraf dari Beaumont Health System’s Neuroscience Center of Excellent, Detroit, Amerika Serikat, mengatakan, di Amerika Serikat, tantangannya mengubah perilaku masyarakat menghindari faktor risiko stroke. Beberapa di antaranya adalah kegemukan, hipertensi, dan merokok. (ADH)
Sumber: Kompas, 13 Desember 2014