SNMPTN Pacu Sekolah Berbenah

- Editor

Kamis, 17 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penetapan kuota penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2016 berdasarkan akreditasi memacu semangat sejumlah SMA untuk memperbaiki mutu pembelajaran, terutama sekolah swasta.

Paling tidak, hal itu ditunjukkan oleh SMA yang berakreditasi B (baik) dengan harapan kelak akreditasinya naik jadi A (sangat baik). Sementara yang berakreditasi A bertekad mempertahankan prestasinya.

Kepala SMA Dian Persada, Jakarta Timur, Heru Prasetyo menuturkan, pihaknya kini berbenah secara bertahap agar akreditasi B yang disandangnya sejak 2014 bisa naik menjadi A. Sejumlah upaya dilakukan secara bertahap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misalnya, membenahi laboratorium komputer. Jumlah komputer ditambah dari 10 unit menjadi 15 unit. Pada 2015, dua proyektor pun melengkapi perpustakaan.

“Kami juga berencana membangun ruang multimedia agar siswa memanfaatkan teknologi dalam proses belajar-mengajar,” ujarnya, Rabu (16/3).

1cd655a6f45e49ed8d8ac50102f9c367Sri Suharti, Koordinator Guru Bimbingan Konseling SMA Dian Persada, menambahkan, SMA yang telah berdiri sejak 1989 tersebut memiliki nilai akhir 72 yang berarti terakreditasi B. Sekolah terkendala minimnya sarana penunjang proses belajar- mengajar. Misalnya, belum ada laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). “Padahal, ada satu atau dua siswa yang tertarik masuk IPA. Akhirnya kami arahkan siswa itu ke jurusan IPS,” ujar Sri.

Semangat berbenah juga ditampakkan SMA Padindi, Jakarta Barat. Wakil kepala SMA tersebut, Yulianti, bertekad meningkatkan kinerja agar akreditasinya naik dari B ke A.

Tantangan utama yang dihadapi adalah minimnya ruang belajar dan sarana penunjang serta terbatasnya tenaga pengajar.

SMA yang berdiri pada 2003 ini belum punya laboratorium. Guru yang berjumlah 11 orang pun tak memadai untuk menangani kegiatan ekstrakurikuler.

Umumnya, sekolah kewalahan memperbaiki akreditasi karena faktor sarana dan tenaga pendidik. Berdasarkan laman Badan Akreditasi Nasional (BAN) Sekolah/Madrasah, ada delapan komponen yang menjadi pertimbangan penilaian akreditasi terhadap suatu sekolah. Komponen tersebut, antara lain, meliputi standar isi, proses, kompetensi, pendidik, sarana, pengelolaan, dan biaya. Penilaian dilakukan setiap lima tahun sekali.

Pertahankan akreditasi
Secara terpisah, Dwi Priyo Eko S, Wakil Kepala SMA Negeri 50, Jakarta Timur, berujar, walau sekolah asuhannya memiliki nilai akhir 93,03 dan terakreditasi A, pihaknya tidak tinggal diam. Sejumlah upaya ditempuh agar akreditasinya tak melorot.

Dwi mengatakan, sumber daya manusia di sekolah tersebut diwajibkan mengikuti pelatihan setiap bulan. Pelatihan yang ditawarkan berupa bimbingan teknik mengajar dan bimbingan mental.

Upaya mempertahankan akreditasi A juga diutarakan Wakil Kepala SMA Negeri 111 Jakarta Utara Endang Edyantini. Ia menjelaskan, sekolah mereka masih kekurangan laboratorium untuk program IPS. Keterbatasan lahan pun menyebabkan mereka tidak bisa memperbaiki kekurangan tersebut lebih jauh.

Salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan kualifikasi pendidikan guru. Tahun ini, lima dari 36 guru di SMA tersebut tengah menempuh program magister.

Faktor kuota SNMPTN
Akreditasi menjadi obsesi bagi SMA karena hal itu menentukan peluang dan jumlah siswa yang lolos masuk perguruan tinggi favorit. SNMPTN yang merupakan jalur undangan bagi siswa SMA mematok kuota berdasarkan akreditasi. Tahun ini, panitia SNMPTN mematok kuota 75 persen murid terbaik di sekolah terakreditasi A.

Kuota 50 persen diberikan kepada sekolah yang berakreditasi B. Adapun kuota 20 persen diberikan kepada sekolah berakreditasi C. Sementara sekolah yang berakreditasi lainnya memiliki kuota 10 persen. (C02/C04)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “SNMPTN Pacu Sekolah Berbenah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB