Situs komunitas daring terbesar di Indonesia, Kaskus, terus berkembang di tengah perkembangan industri digital yang ditandai semakin banyaknya situs marketplace dan e-commerce yang tumbuh. Loyalitas Kaskuser atau sebutan pengguna Kaskus menjadi kekuatan selain terus ditelurkannya produk-produk yang luwes menghadapi tuntutan zaman.
Kaskus awalnya merupakan situs yang didirikan oleh tiga mahasiswa asal Indonesia, yakni Andrew Darwis, Ronald Stefanus, dan Budi Darmawan, yang tengah melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat, pada 6 November 1999. Situs itu menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin mengetahui informasi terbaru di Indonesia.
Dalam perkembangannya, Kaskus kemudian dikelola secara profesional, termasuk dari segi bisnis, pada 2008, oleh Andrew dam Ken Dean Lawadinata. Kaskus pun terus tumbuh sebagai situs forum yang memperbincangkan banyak hal. Tak hanya itu, sebagai marketplace, Kaskus juga dikenal lewat Forum dan Jual Beli atau FJB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, sapaan ”gan” di antara sesama pengguna dan ”cendol” sebagai tanda reputasi positif amat melekat di benak warganet, khususnya Kaskuser. Istilah cash on delivery (COD), yakni pertemuan tatap muka dalam transaksi jual beli setelah berkomunikasi lewat FJB, juga booming.
Sapaan ”gan” di antara sesama pengguna dan ”cendol” sebagai tanda reputasi positif amat melekat di benak warganet, khususnya Kaskuser.
Pada 2011, Global Digital Prima Venture, anak usaha PT Djarum, tertarik untuk menanamkan investasi. Pada tahun tersebut, keduanya pun sepakat menjalin kerja sama.
Kini, pada usia ke-18, tentu semua tak sepenuhnya sama seperti dulu, seiring dengan cepatnya perkembangan industri digital. Namun, Kaskus tetap mengembangkan diri sebagai situs komunitas dan jual beli yang mengikuti perkembangan zaman.
Selain Forum dan JB, Kaskus juga memiliki produk lain, seperti Kaskus Plus, Kaskus Ads, dan Kaskus Chat.
INFOGRAFIS KASKUS–Infografis Perjalanan Kaskus
Pendiri Kaskus, Andre Darwis, dalam keterangannya, Senin (6/11), mengatakan, eksistensi Kaskus hingga tahun ke-18 berkat dukungan Kaskuser yang terus aktif meramaikan Forum dan Jual Beli. ”Loyalitas mereka yang mendorong kami untuk terus berkembang dan relevan di tengah perkembangan industri digital di Indonesia,” ujar Andrew.
Meski sudah merintis FJB sejak masa-masa awal berdiri, Kaskus belum banyak terdengar kiprahnya terkait perniagaan elektronik. Padahal, mekanisme COD merupakan alternatif yang banyak dipakai oleh pelaku lain untuk membangun kepercayaan konsumen agar mau belanja daring. Setidaknya, hal itu berlangsung hingga mereka resmi berulang tahun dan akhirnya memutuskan untuk menggarap bagian FJB dalam hal infrastrukturnya (Kompas, 17 Desember 2015).
Perubahan yang paling mencolok adalah penjual yang terverifikasi, artinya mereka yang biasa menjual produk bisa mendapatkan status verifikasi yang bisa menjadi referensi bagi calon konsumen. Untuk mendapatkannya, persyaratan minimal adalah melampirkan kartu identitas sehingga mudah untuk melacak jika sewaktu-waktu ada keluhan dari calon pembeli.
Selama ini, calon pembeli harus menimbang baik-baik penjual untuk memastikan mana yang benar-benar ingin berdagang dan mana yang berniat menipu. Setiap anggota bisa langsung menawarkan barang mereka untuk dijual sehingga sulit untuk memastikan mana yang bisa dipercaya. Salah satu kiat yang dipergunakan adalah membaca ulasan dari pengguna yang pernah bertransaksi dengan mereka.
Saat ini, Kaskus memiliki sekitar 30 juta pengunjung unik dan 10 juta anggota yang terdaftar. Selain itu, ada 400 forum aktif berbasis internet dan lebih dari 20.000 komunitas. Kaskus juga memiliki 58 regional di seluruh Indonesia.
Saat ini, Kaskus memiliki sekitar 30 juta pengunjung unik dan 10 juta anggota yang terdaftar. Selain itu, ada 400 forum aktif berbasis internet dan lebih dari 20.000 komunitas. Kaskus juga memiliki 58 regional di seluruh Indonesia.
Partner & Media Relations Kaskus Marsha Zakia Karindra menuturkan, kehadiran sejumlah produk seperti Kaskus Ads, Kaskus Chat, dan Kaskus Plus merupakan penyesuaian dan pengembangan dari kebutuhan Kaskuser dalam beraktivitas di Forum atau Jual Beli. ”Produk-produk itu hadir karena kebutuhan sehingga kini semuanya terintegrasi,” ucapnya.
Marsha menambahkan, memang ada perbedaan, misalnya dulu hanya ada Kaskus, tetapi kini bermunculan banyak situs sejenis. Kendati demikian, ia menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang positif. Pasalnya, setiap situs memiliki keunggulan dan ciri khas masing-masing. Terlebih, Kaskus tak pernah kehabisan ide untuk berinovasi.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Suasana salah satu sudut ruang kerja di kantor atau Playground Kaskus di Jakarta, Senin (6/11). Kaskus, yang berulang tahun ke-18 pada Senin, merupakan situs komunitas daring terbesar di Indonesia yang miliki lebih dari 20.000 komunitas dan 400 forum berbasis internet.
Dalam bekerja, kami cenderung santai, tetapi tetap bertanggung jawab. Namun, seperti enggak ada tingkatan di antara kami. Semua bebas untuk mengutarakan pendapat.
Salah satu agenda rutin Kaskus ialah Markas, berupa bazar, yang bertujuan memperkuat jaringan antarkomunitas yang diwadahi Kaskus. Melalui konsep kopi darat, anggota komunitas di Kaskus dapat bertemu tatap muka dalam bazar tersebut. Ikatan sesama Kaskuser pun menguat.
”Seluruh Kaskuser, baik penjual, pembeli, maupun anggota komunitas lain, dapat melakukan interaksi, tidak terbatas pada transaksi, karena banyak sekali program dari acara ini, mulai dari stan foto, area piknik, hingga lapak artis,” tutur Andrew (Kompas, 19 Mei 2016)
Kaskus Playground
Kaskus juga memiliki kantor dengan sebutan ”Playground” di salah satu gedung di Kuningan, Jakarta. Tak seperti perkantoran pada umumnya, Playground berkonsep unik dan santai. Kaskus juga memiliki auditorium yang menjadi tempat gelaran acara, seperti sharing antaranggota Kaskus.
Marsha menyebutkan, bagi karyawan Kaskus atau Kaskus officers, yang kini berjumlah 185 orang, disajikan suasana kantor yang nyaman agar lebih santai dan tidak berkesan serius. ”Dalam bekerja, kami cenderung santai, tetapi tetap bertanggung jawab. Namun, seperti enggak ada tingkatan di antara kami. Semua bebas untuk mengutarakan pendapat,” ujarnya.–ADITYA PUTRA PERDANA
Sumber: Kompas, 6 November 2017