Siswa SMAN 2 Kudus Ikuti AFSC di Taiwan

- Editor

Rabu, 6 April 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua siswa SMA Negeri 2 Kudus, Jawa Tengah, akan mengikuti Apec Future Scientist Conference 2011 di Taiwan, 11-15 April. Keduanya akan mempresentasikan penelitian tentang energi alternatif dari limbah durian dan ampas tahu.

Kedua siswa itu, Huwaida Najla Audina, siswa kelas unggulan X2, dan Avip Noor Yulian, siswa kelas unggulan X1. Audina meneliti kulit durian sebagai pengganti penghantar listrik baterai, adapun Avip membuat etanol dari ampas tahu.

Audina, Selasa (5/4) di Kudus, mengatakan, kulit durian dapat menggantikan pasta atau elektrolit baterai. Caranya, kulit durian ditumbuk hingga halus, kemudian menggantikan pasta dari baterai tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baterai yang dipakai adalah baterai bekas. Syaratnya, dua elemen baterai yang lain, yaitu batang karbon (anoda atau kutub positif) dan seng (katoda atau kutub negatif), dalam kondisi baik dan tidak berkarat.

”Baterai yang elektrolitnya diganti dengan tumbukan kulit durian dapat bertahan lima hari,” kata Audina.

Audina memilih kulit durian karena menyelaraskan dengan tema AFSC 2011, ”Sustainable Green Energy and Environmental Solution”. Kulit durian dan baterai bekas merupakan sampah yang dapat diubah menjadi sumber energi listrik.

”Daripada dibuang dan mencemari lingkungan, lebih baik baterai diolah dan dipadukan menjadi sumber energi baru,” katanya.

Adapun Avip yang membuat etanol dari ampas tahu mengaku baru menghasilkan 1-3 tetes etanol. Etanol itu didapat dari hasil fermentasi dan destilasi ampas tahu. Proses fermentasi dengan ragi roti membutuhkan waktu tiga hari, kemudian dilanjutkan destilasi selama 5-8 jam.

”Rencananya, saya akan mengembangkan sebagai bahan campuran bensin,” kata Avip.

Mentor kedua siswa, Yuda Setiabudi, mengatakan, penelitian energi alternatif cukup berat dan membutuhkan kesabaran. Kedua siswa harus berulang kali mencoba mengolah ampas tahu dan kulit durian untuk mendapat hasil yang memuaskan.

Sebenarnya, mereka membuat etanol dari biji durian. Namun, proses fermentasinya lebih dari lima hari, dan proses destilasinya tak mudah. ”Kalaupun jadi, kami harus menguji kadar etanolnya. Kalau kadar etanol kurang dari 90 persen, akan sulit dijadikan campuran avtur,” kata Yuda.

Rencananya, menurut Yuda, mereka akan berangkat bersama dua siswa SMA Karangturi, Semarang. Kedua siswa SMA Karangturi itu membuat penelitian tentang teknologi mikrohidro turbin dan pisang sebagai penghantar listrik. (HEN)

Sumber: Kompas, 6 April 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB