Indonesia Rentan Terjangkit Berbagai Virus Influenza
Simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza digelar di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Selasa sampai Rabu (19-20/9). Kegiatan itu bertujuan untuk menguji seberapa kuat sistem penanggulangan bencana non-alam di Indonesia.
“Simulasi tahun ini dilakukan dalam kerangka kesiapsiagaan,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh, kemarin.
Simulasi kali ini berbeda dengan dua simulasi sebelumnya. Simulasi pandemi tahun 2017 merekatkan sistem penanganan pandemi dengan sistem penanggulangan bencana nasional setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana terbentuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua simulasi sebelumnya dilakukan pada 2007 di Bali dan 2008 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dari sisi cakupan area, ada empat tempat utama penyelenggaraan simulasi 2017, yakni di Tangerang Selatan (Puskesmas Setu, Kelurahan Setu, kawasan Pusat Penelitian Iptek, pasar modern BSD, Rumah Sakit Eka, serta Badan Tenaga Nuklir Nasional). Sejumlah tempat lain ialah, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang, Bandar Udara Soekarno Hatta, dan Pelabuhan Merak.
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menyampaikan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki panduan pencegahan, deteksi, dan respons pandemi dalam Peraturan Kesehatan Internasional (IHR). Namun, hanya 16 persen negara di dunia yang dinilai siap menghadapi pandemi.
Oleh karena itu, simulasi perlu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas sistem penanggulangan bencana terhadap ancaman pandemi.
Menurut Subuh, lima prinsip diuji pada simulasi penanganan pandemi influenza. Lima prinsip itu meliputi komunikasi, kolaborasi, kontribusi, koordinasi, dan kepatuhan.
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, menambahkan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan membatasi lokasi potong ayam di Kota Tangerang Selatan, untuk menekan risiko infeksi virus flu burung. Sosialisasi kepada masyarakat pun terus dilakukan.
Bahan evaluasi
Menurut Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Vinod Bura, simulasi dilakukan bukan untuk mencari kesalahan pihak tertentu dalam penanggulangan bencana. Simulasi untuk menguji kapasitas sistem penanggulangan bencana. Kekurangan yang ditemukan selama simulasi jadi bahan evaluasi dan perbaikan.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Petugas mensterilkan los yang biasa digunakan berjualan daging saat digelar simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan, Selasa (19/9). Simulasi ini sebagai persiapan dan antisipasi terhadap kemungkinan situasi penularan penyakit baru yang mematikan karena virus influenza.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu menjelaskan, pandemi terjadi saat virus yang menginfeksi manusia termasuk baru. Virus itu menular antarmanusia.
Sejarah dunia mencatat beberapa pandemi influenza pernah terjadi, yakni pandemi flu spanyol pada 1918 akibat virus H1N1 menewaskan 40-50 juta orang, dan flu Asia tahun 1957 karena infeksi H2N2 (1-4 juta orang meninggal). Selain itu, terjadi wabah flu hongkong akibat virus H3N2 tahun 1968 (korban jiwa 1-4 juta), dan flu babi akibat virus H1N1 pada 2009 dengan korban jiwa 100.000-400.000.
Indonesia adalah negara endemis H5N1. Sejak pertama kali muncul pada 2005 sampai 2017, ada 199 kasus konfirmasi H5N1, 167 di antaranya meninggal. Kasus H5N1 pada manusia muncul di 58 kabupaten atau kota di 15 provinsi, kasus H5N1 pada unggas muncul di semua provinsi.
Virus influenza lain berpotensi jadi pandemi, yakni H5N6, H7N9, dan H9N2. Di Indonesia belum ada kasus infeksi tiga virus itu. Namun, letak geografis Indonesia di jalur migrasi unggas liar dari China dan perdagangan unggas antarnegara sehingga Indonesia harus waspada. (ADH)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Sistem Penanggulangan Bencana Pandemi Diuji”.