Sinabung Terkait Toba

- Editor

Selasa, 4 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dapur Magma Sinabung Mungkin Tumbuh di Atas Toba Purba
Peneliti menemukan mineral zirkon dalam aliran lava Gunung Sinabung berasal dari sumber yang sama dengan mineral zirkon yang dikeluarkan letusan supervolcano Toba sekitar 74.000 tahun lalu. Hal ini mengindikasikan ada suplai magma baru dari sumber lebih dalam yang menyebabkan lamanya letusan Sinabung.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal internasional Nature Communication pada Mei 2017 ini dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Oregon State (Amerika Serikat), Universitas Curtin (Australia), Universitas Heidelberg (Jerman), Universitas Stanford (Amerika Serikat), dan Badan Geologi.

“Ditemukannya zirkon (Zr) Toba di lava Sinabung mengindikasikan adanya injeksi material baru ke gunung ini. Di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan masih ada sisa aktivitas di dapur magma Toba setelah letusan besar saat itu,” kata Indyo Pratomo, peneliti dari Museum Geologi Badan Geologi, yang turut serta dalam penelitian tersebut, di Jakarta, Minggu (2/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Zirkon merupakan mineral logam yang sangat jarang di alam dan biasa dipakai dalam teras reaktor nuklir karena tahan karat, tahan panas, dan tidak menyerap neutron.

Toba, yang kini dikenal sebagai danau air tawar terbesar di Indonesia, terbentuk akibat letusan gunung api raksasa atau dikenal sebagai supervolcano sekitar 74.000 tahun lalu. Indyo mengatakan, letusan Toba saat itu mengeluarkan material vulkanik hingga 2.800 kilometer kubik. Akibat letusan ini, terjadi kekosongan dapur magmanya sehingga memicu runtuhnya tubuh gunung dan terbentuklah danau.

“Ternyata yang runtuh saat itu baru bagian atap dapur magma. Di bawahnya masih ada dapur magma sangat besar. Sisa aktivitas dapur magma Toba ini setelah letusan 74.000 tahun lalu ini bisa dilihat dengan terjadinya pengangkatan Pulau Samosir, yang dulu di dasar danau kaldera dengan kedalaman sampai 500 meter, kini sudah menjadi daratan sendiri,” katanya.

Dapur magma Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kata Indyo, kemungkinan tumbuh di atas dapur magma Toba purba. Sinabung tergolong gunung api baru yang terbentuk jauh setelah letusan Toba. Selama 1.200 tahun, gunung ini tidak meletus sehingga sempat dikategorikan tidur (dormant).

“Setelah ribuan tahun tidur kemudian meletus, artinya ada injeksi magma baru ke dapur magma Sinabung. Injeksi ini rupanya menerobos dapur magma Toba purba dan terbawalah mineral zirkon dari sana. Mineral ini yang berhasil kami temukan dengan menganalisis lava Gunung Sinabung,” kata Indyo.

Sekalipun penelitian telah menemukan ada material Toba lama dengan aktivitas Sinabung saat ini, menurut Indyo, belum bisa disimpulkan bahwa dapur magma kedua gunung ini berhubungan secara langsung. “Posisi dapur magma Toba dan Sinabung ada di ketinggian berbeda. Kita juga tidak perlu khawatir bahwa fenomena ini mengindikasikan bangunnya kembali Gunung Toba,” katanya.

Indyo mengatakan, Gunung Toba memiliki periode letusan besar sekitar 350.000 tahun sekali. Sebelumnya, gunung ini pernah meletus besar sekitar 840.000 tahun lalu, berikutnya 500.000 tahun lalu, dan yang paling besar dan terbaru terjadi 74.000 tahun lalu.

“Jika konsisten dengan siklusnya, masih sangat lama gunung ini akan meletus lagi. Untuk memicu letusan sangat besar, dibutuhkan pengisian dapur magma yang sangat lama,” katanya.

Aktivitas Sinabung
Tenaga ahli kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan, letusan Gunung Sinabung diprediksi masih lama. “Sekalipun letusannya belum akan berhenti, saya percaya karakter letusannya tidak akan besar. Untuk skala letusannya masih tetap di bawah 4 VEI,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, hingga kini Sinabung masih terus meletus. Sepanjang Minggu, teramati guguran kubah lava dengan jarak luncur 1-1,5 kilometer (km) dari puncak ke arah timur, tenggara, dan selatan. Disimpulkan, aktivitas vulkanik masih tinggi.

Badan Geologi telah merekomendasikan agar masyarakat tidak berada dalam radius 3 km dari puncak dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, dan 4 km untuk sektor utara-timur gunung ini. Selain itu, masyarakat yang bermukim di sungai-sungai yang berhulu di Sinabung juga perlu mewaspadai ancaman bahaya lahar karena saat ini terbentuk bendungan alam di hulu Sungai Laborus. Sewaktu-waktu, bendungan ini bisa jebol dan memicu banjir lahar besar. (AIK)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Juli 2017, di halaman 12 dengan judul “Sinabung Terkait Toba”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 27 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB