Riang gembira mewarnai puluhan wajah murid, orangtua, serta guru pegiat teknologi informatika dan komputer di Aula Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Sabtu (7/5). Itu wajar karena mereka menjadi juara untuk kategori masing-masing dalam Olimpiade TIK Nasional 2015 pada 5-7 Mei. Namun, keriaan berkompetisi komputer itu bakal tak berlangsung lama. Sekembalinya mereka ke sekolah, tidak ada lagi TIK sebagai mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013.
Hanan Hanafi dan Miftahul Muharrom adalah siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Rawasari Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang berhasil meraih juara pertama lomba robotik pada olimpiade itu. Keduanya menyayangkan tidak ada lagi mata pelajaran TIK di kurikulum sekolah.
“Setelah menang lomba, rasanya sayang saja tak ada pelajaran khusus untuk mengembangkan keterampilan kami,” ujar Hanan yang masih berusia 15 tahun dan duduk di kelas X ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Remaja yang menyukai dunia komputer sejak kecil ini bercita-cita berkecimpung di dunia teknologi informasi kelak nanti. Kegemarannya akan mata pelajaran TIK hanya sampai SMP.
Ratno Pudjianto, guru pembimbing TIK MAN 3 Jakarta, menyayangkan hilangnya TIK sebagai mata pelajaran wajib dari kurikulum. “Seharusnya itu bukan dihilangkan dari kurikulum, tetapi dibenahi dengan cara ditambah dengan materi yang relevan untuk anak-anak,” ujar Ratno. Ia mengusulkan, materi pelajaran TIK berisi pelajaran perangkat lunak dan teknik dasar robotik.
Mereka mengungkapkan, rahasia kemenangan timnya menyisihkan peserta lain karena mereka sudah berlatih dalam dua minggu terakhir. “Kami dibekali keterampilan dasar perangkat lunak komputer. Jadi, saat lomba, walaupun perangkat lunaknya lebih modern, kami sudah ada bekal,” ujar Hanan.
Desi Susanti, guru pembimbing tim olimpiade TIK SDN Pondok Rangon 01, mengatakan, anak-anak selalu bersemangat dalam belajar komputer. Pada perlombaan kali ini, SDN Pondok Rangon 01 menyabet piala. Mereka menyapu bersih peringkat pertama hingga ketiga lomba membikin konsep gim komputer, menjadi juara kedua dan ketiga perlombaan membuat presentasi dan mengetik cepat.
Ia mengatakan, murid-muridnya menjadi yang terbaik juga karena telah terbiasa berlatih di sekolah. “Keterampilan mereka terus diasah,” ujar Desi.
Kurikulum 2013
Wakil Ketua Komunitas Guru Teknologi Informasi Komputer dan Keterampilan Komputer Tri Budiharjo mengatakan, salah satu tujuan dari olimpiade ini meminta pemerintah kembali memasukkan mata pelajaran TIK ke dalam Kurikulum 2013. “Saat ini zamannya perkembangan teknologi informasi komputer. Apalagi, pemerintah juga sudah menjalankan ujian nasional berbasis komputer, masak tidak ada mata pelajarannya? Mata pelajaran ini sangat relevan untuk mempersiapkan anak-anak kita kelak nantinya,” ujar Tri.
Sejak diberlakukan Kurikulum 2013, TIK bukan lagi jadi mata pelajaran wajib, melainkan hanya jadi program bimbingan. Guru TIK hanya mengajar saat ada siswanya yang membutuhkan bimbingan keterampilan.
Dihubungi terpisah pada Minggu (8/5), Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud Nizam mengatakan, saat ini TIK terpadu dengan mata pelajaran lain. Jadi, TIK digunakan untuk memfasilitasi pelajaran Bahasa Indonesia, sains, Matematika, dan lain-lain. “Jadi, TIK-nya bersifat terapan, bagaimana belajar mata pelajaran lain menggunakan TIK,” ujar Nizam.
Mengenai tidak dimasukannya lagi TIK dalam kurikulum, hal itu karena dikhawatirkan siswa akan banyak terbebani dengan mata pelajaran. “Pelajaran TIK sebelumnya berlatih Microsoft Office, itu saya kira mereka sudah bisa belajar sendiri. Jadi, kami arahkan supaya bersamaan dengan pelajaran yang lain,” ujar Nizam. (C11)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2016, di halaman 12 dengan judul “Setelah Lomba Itu Berlalu…”.