Pengelola Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone berhasil menemukan musang sulawesi atau Macrogalidia musschenbroekii. Keberadaan satwa langka endemik Sulawesi itu selama ini menjadi misteri sejak terakhir terlihat 15 tahun lalu.
Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) Lukita Awang di Manado, Sulawesi Utara, Senin (2/4/2018), mengatakan, musang sulawesi itu ditemukan tim patroli bersama Resor Dumoga Timur–Lolayan Doloduo Balai TNBNW dan tim Wildlife Conservation Society (WCS) sepanjang Maret lalu.
Tim patroli menemukan hewan itu dalam kondisi terjerat. Menurut Lukita, satwa itu selama bertahun-tahun menjadi misteri karena keberadaannya hampir tidak pernah ditemukan lagi sejak terakhir terdokumentasikan pada tahun 2003.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Musang sulawesi merupakan salah satu dari tiga jenis musang endemik Sulawesi. Musang sulawesi merupakan hewan yang bersifat nokturnal, soliter, serta satwa karnivora terbesar di Sulawesi. Panjang badan satwa itu dapat mencapai 50-60 sentimeter.
EARTH.COM–Musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii)
John Tasirin dari WCS mengatakan, penemuan musang sulawesi itu cukup mengejutkan disebabkan satwa ini sulit ditemukan. Penemuan ini, membuktikan satwa tersebut masih ada di alam dan belum punah. Meski begitu, ancaman terhadap keberadaannya masih sangat tinggi.
Selanjutnya, Lukita mengatakan, keberhasilan menjumpai kembali musang sulawesi di kawasan TNBNW tidak lepas dari adanya perubahan pengelolaan kawasan. Hal itu adalah manajemen kelola kawasan berbasis tapak (Resort Based Management), yaitu membangun sistem patroli dan penjagaan kawasan bersama masyarakat desa-desa di sekitar kawasan.
Temuan musang sulawesi ini menjadi awal untuk riset lanjutan yang sangat mungkin mengarah pada temuan spesies flora dan fauna baru di kawasan TNBNW.
Sejak dua tahun terakhir, menurut Lukita, TNBNW menyempurnakan teknik pemantauan satwa dengan menggunakan kamera jebakan (camera trap). Sebelum penemuan langsung musang sulawesi, pihak TNBNW telah merekam keberadaan satwa tersebut melalui sembilan kamera jebakan yang dipasang di 9 lokasi berbeda.
“Tahun ini kami berencana menambah kamera jebakan sebanyak 80 buah dari program Enhancing the Protected Area System in Sulawesi Project for Biodiversity Conservation (EPASS Project) untuk dipasang di kawasan TNBNW,” kata Lukita.–RIZAL JEAN LAYUK
Sumber: Kompas, 3 April 2018