Serangan Siber; Sistem di 100 Negara Terganggu

- Editor

Minggu, 14 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Serangan siber yang masuk dalam kategori serangan teroris siber melanda 130.000 sistem di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia, Sabtu (13/5). Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Komunikasi dan Informatika, serangan di Indonesia ditujukan pada Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais di Jakarta.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel A Pangerapan mengatakan, serangan siber ke Indonesia berjenis ransomware. Ransomware adalah sebuah jenis malicious software atau malware yang menyerang komputer korban dengan cara mengunci komputer korban atau semua file yang ada sehingga tidak bisa diakses kembali.

”Tahun ini jenis ransomware baru telah muncul dan diperkirakan bisa memakan banyak korban. Ransomware baru ini disebut WannaCry,” kata Semuel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

WannaCry ransomware mengincar PC berbasis Windows yang memiliki kelemahan terkait fungsi server message block (SMB) di komputer itu. Serangan WannaCry memakan banyak korban di sejumlah negara.

Pembajak siber ini mengelabui korbannya untuk membuka file malware yang dilampirkan di surat elektronik spam. Lampiran itu mirip tawaran pekerjaan, peringatan keamanan, dan file yang terlihat resmi.

Laporan dari sejumlah negara menunjukkan serangan siber secara global dengan skala yang dilukiskan belum pernah terjadi sebelumnya. Akibat serangan itu, pabrik mobil Renault menyetop produksinya di Perancis barat laut. Pabrik mobil Nissan di Inggris juga tak luput dari serangan.

Hal serupa dialami jaringan situs perusahaan global FedEx. Di Jerman, serangan itu sempat menimpa operator kereta api nasional Deutsche Bahn. Layar informasi jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta di sejumlah stasiun negeri itu terganggu meski tak sampai mengganggu keseluruhan operasi kereta api.

Di Inggris, Menteri Dalam Negeri Amber Rudd mengatakan, sedikitnya 45 organisasi pelayanan kesehatan masyarakat terkena serangan itu. Hal itu menyebabkan komputer di sejumlah rumah sakit tak berfungsi dan sejumlah layanan, seperti panggilan ambulans dan perawatan rutin pasien, terganggu.

Investigasi kompleks
”Serangan terbaru ini berada di level yang belum pernah terjadi sebelumnya dan butuh investigasi internasional yang kompleks untuk mengidentifikasi pelaku serangan,” sebut Pusat Kejahatan Siber Kepolisian Eropa atau Europol.

Di Asia, sejumlah rumah sakit, sekolah, universitas, dan lembaga lain di China, Filipina, Vietnam, dan Korea Selatan juga menjadi target serangan. Peneliti di perusahaan pembuat keamanan perangkat lunak, Avast, menyatakan sedikitnya 57.000 malware di 99 negara terinfeksi, dengan target utama serangan adalah komputer atau situs di Rusia, Ukraina, dan Taiwan.

Mikko Hypponen, kepala riset perusahaan keamanan siber F-Secure di Helsinki, Finlandia, menyatakan, serangan ini menginfeksi sedikitnya 130.000 sistem di lebih dari 100 negara. Ia menyebut ini sebagai serangan ransomware terbesar dalam sejarah. Secara khusus, kata Hypponen, serangan ini berdampak luas di Rusia dan India karena di dua negara itu masih banyak digunakan versi sistem operasi Windows XP yang sudah tua dan rentan terkena serangan siber.

Serangan ransomware memakai sistem yang diyakini pernah dikembangkan Badan Keamanan Nasional AS dalam mengumpulkan data intelijen dan belakangan dibocorkan di internet.

Dari tampilan diketahui WannaCry meminta dana tebusan agar file yang dibajak dengan enkripsi bisa diakses kembali. Tembusan yang diminta adalah dengan pembayaran bitcoin yang setara dengan 300 dollar AS. WannaCry memberikan alamat bitcoin untuk pembayarannya.

Foto yang menyebar di media sosial memperlihatkan layar komputer di bawah jaringan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (National Health Service) menyala merah dengan pesan ”Oops, file Anda telah dienkripsi!” dan pesan yang meminta tebusan itu. (REUTERS/BEN/DHF)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Mei 2017, di halaman 1 dengan judul “Sistem di 100 Negara Terganggu”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Apa Itu Big Data yang Didebatkan Luhut Vs Mahasiswa
Fenomena Bahasa Pemrograman PHP
Ketahanan Jaringan Internet Semakin Krusial di Era Pandemi Covid-19
Ancaman Serius ”Ransomware” di Fasilitas Kesehatan
Jaringan 5G Privat dapat Menggantikan Wi-Fi
Google: Kebijakan Kesehatan Harus Diambil Berbasis Bukti dan Data
Tidak Semua Aplikasi Belajar Populer Difasilitasi Kuota Belajar
Membatasi Gerak Rangkaian ”Buzzer” dan Media Fiktif Lintas Negara di Facebook
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 13 April 2022 - 21:15 WIB

Apa Itu Big Data yang Didebatkan Luhut Vs Mahasiswa

Kamis, 8 Juli 2021 - 07:42 WIB

Fenomena Bahasa Pemrograman PHP

Rabu, 14 Oktober 2020 - 21:43 WIB

Ketahanan Jaringan Internet Semakin Krusial di Era Pandemi Covid-19

Rabu, 14 Oktober 2020 - 15:36 WIB

Ancaman Serius ”Ransomware” di Fasilitas Kesehatan

Kamis, 1 Oktober 2020 - 13:37 WIB

Jaringan 5G Privat dapat Menggantikan Wi-Fi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB