Senyawa Episitoskirin A Dikembangkan sebagai Antibiotik

- Editor

Kamis, 13 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebutuhan antibiotik baru mutlak dibutuhkan seiring tingginya angka kasus resistensi kuman terhadap antibiotik yang ada. Untuk itu, berbagai riset dilakukan, salah satunya adalah penelitian terkait senyawa episitoskirin A pada jamur endofit yang berpotensi menjadi antibiotik.

”Secara in vivo (uji biologis hewan coba), senyawa episitoskirin A menghambat timbulnya abses atau borok pada hewan mencit yang diinfeksikan pada bakteri penyebab abses. Senyawa itu tak memicu efek toksin pada organ ginjal, hati, dan paru-paru,” kata Andria Agusta dalam orasi pengukuhan profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Rabu (12/12/2018).

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bambang Subiyanto menyerahkan widyamala dan piagam profesor riset kepada tiga peneliti LIPI, Rabu (12/12/2018) di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andria dikukuhkan sebagai profesor riset ke-126 dengan orasi berjudul ”Pengembangan Senyawa Episitoskirin A dari Jamur Endofit untuk Mendukung Kemandirian Antibiotik di Indonesia”. Gelar profesor riset juga diberikan kepada Eko Tri Sumarnadi Agustinus dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI dan Firman Noor dari Pusat Penelitian Politik LIPI.

Jamur endofit
Menurut Andria, senyawa episitoskirin A bisa ditemukan pada jamur endofit yang diisolasi dari tanaman gambir dan tanaman teh jenis Camellia sinensis. Sebelumnya juga ditemukan pada tanaman kina cina (Camptotheca acuminata).

Jamur endofit merupakan jenis jamur yang sepanjang siklus hidupnya tinggal dan berasosiasi di dalam jaringan sehat tumbuhan tertentu tanpa merugikan tumbuhan yang ditinggalinya. Penelitian mengungkapkan jamur endofit mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang dapat dikembangkan menjadi bahan obat.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Andria Agusta

”Dengan kondisi alam yang ideal untuk tempat tumbuh dan berkembangnya mikroba, Indonesia memiliki potensi sumber bahan baku obat yang tinggi. Ironinya, sampai saat ini belum satu pun antibiotik yang secara resmi dihasilkan dari mikroba yang berasal dari Indonesia,” kata Andria.

Oleh karena itu, kandidat antibiotik yang didapatkan dari episitoskirin A bisa menjadi antibiotik baru asli Indonesia. Penelitian dan pengembangan senyawa itu diklaim dilakukan sepenuhnya di Indonesia tanpa melibatkan peneliti asing.

Mengatasi infeksi
Andria menambahkan, pemerintah perlu memprioritaskan penelitian-penelitian dan mengalokasikan dana riset untuk menemukan obat antiinfeksi. Tidak hanya antiinfeksi yang disebabkan bakteri patogen, tetapi juga antiinfeksi yang disebabkan organisme lain, seperti malaria, tuberkulosis, dan infeksi yang disebabkan virus.

Sementara Kepala LIPI Laksana Tri Handoko berpendapat, penelitian itu perlu terus dikembangkan agar bisa bermanfaat bagi masyarakat di Indonesia, bahkan masyarakat global. Kandidat antibiotik itu bisa menjadi pengganti atau mengurangi ketergantungan terhadap impor obat antibiotik untuk kebutuhan nasional.

”Dukungan akan terus diberikan. Agar penelitian ini terus berlanjut, kolaborasi akan didorong agar percepatan hasil terwujud,” ujarnya.–DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 13 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB