SDM; Kebutuhan Industri Belum Terpenuhi

- Editor

Senin, 16 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebutuhan industri akan sumber daya manusia yang mumpuni belum terpenuhi. Adanya jurang antara kualitas lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan industri dianggap sebagai penyebabnya.
Itulah yang terungkap dalam acara Indonesia Talent Outlook 2015 di Kuningan City, Jakarta, Sabtu (14/2). Head of Human Resources Division Nutrifood Veronica Shinta mengatakan, lulusan perguruan tinggi yang berkualitas, yakni mampu beradaptasi dan berdaya kreatif, masih sulit didapatkan.


”Di antara 500 pelamar (pekerjaan), mendapatkan 5 orang saja itu sudah bagus,” katanya.

Menurut Veronica, lulusan perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan diri dengan kultur perusahaan dan memiliki keinginan untuk terus berkreasi. ”Cari pekerja yang berkualitas itu susah. Padahal, permintaan perusahaan untuk jumlah pekerja itu banyak,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal tersebut ironis dengan data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik pada Agustus 2014 yang menyatakan, di Indonesia terdapat 9,5 persen (688.660 orang) dari total jumlah penganggur terbuka yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki ijazah diploma tiga (D-3) atau strata satu (S-1).

Komunikasi dan teknologi
Kesulitan mencari tenaga kerja berkualitas juga dirasakan Martha Bambang Priambodo selaku Head of Human Resource World Bank Indonesia. Menurut dia, kemampuan lulusan perguruan tinggi untuk berkomunikasi dan bertahan dalam dunia kerja, termasuk perbankan, masih kurang.

”Dunia kuliah itu berbeda dengan dunia kerja,” katanya. Jika lulusan perguruan tinggi pernah berorganisasi, kemampuan berkomunikasi dapat terbentuk.

Editor in Chief Femina Magazine Petty Fatimah menyatakan, kemampuan menggunakan teknologi dan kecepatan lulusan perguruan tinggi dalam bekerja juga penting. Terlebih lagi, informasi dari teknologi dapat diakses lebih cepat. ”Jika pekerja lambat, mereka tidak akan bertahan di perusahaan,” katanya.

Harapan
Perguruan tinggi diharapkan dapat mengetahui kebutuhan industri. Ia berharap program magang dapat terus dilakukan.

”Perguruan tinggi dapat mengekspos mahasiswanya melalui magang di perusahaan,” kata Veronica. Apalagi, tantangan lulusan perguruan tinggi ke depan ialah berkompetisi dengan para lulusan dari negara-negara Asia Tenggara.

Bambang menyatakan bahwa perguruan tinggi seharusnya tidak hanya fokus pada bidang akademik saja, tetapi juga dapat memahami dunia industri. ”Perguruan tinggi dapat melakukan riset yang nantinya dapat digunakan oleh perusahaan,” ujar Bambang. (B05)

Sumber: Kompas, 16 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB