Sains Turut Perkuat Daya Saing Anak

- Editor

Jumat, 22 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendidikan sains sebaiknya sudah dibiasakan sejak usia dini. Pendidikan ini tidak hanya terpaku pada buku teks yang kaku, melainkan dikemas dengan cara menyenangkan sesuai praktik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, prinsip sains lebih mudah ditanamkan pada anak dan mereka yang terbiasa dengan sains akan memiliki daya saing tinggi dalam kompetisi global.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Siswa mencoba memindahkan bola pingpong dengan cara meniup. Praktik ini merupakan contoh dari penerapan sains yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

“Pendidikan sains pada anak penting untuk bekal mewujudkan sumber daya manusia di masa depan yang siap bersaing lewat inovasi iptek. Jumlah ahli kita di bidang STEM (sains, teknologi, rekayasa, dan matematik) sampai saat ini masih kurang, ” kata Direktur Pusat Peragaan IPTEK (PP IPTEK) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek dan Dikti) Mochammad Syachrial Annas di sela-sela pembukaan acara “Discovery Camp” di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Syachrial menilai, anak yang sudah terbiasa untuk berpikir sains biasanya lebih mudah bertahan dengan persaingan di masa depan. Selain itu, anak yang sudah dibekali sains sejak dini diharapkan mampu berperan secara strategis dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Kegiatan “Discovery Camp” merupakan ajang kompetisi keterampilan ilmiah yang dikenal dalam bentuk perkemahan. Acara yang berlangsung pada 21-23 Maret 2019 ini diikuti oleh 75 pelajar berusia 13-15 tahun dari sekolah menengah di wilayah Jabodetabek. Nantinya, tiga pelajar dari peserta akan dilipih untuk mengikuti ajang kompetisi “Journey Science Odyssey” di Thailand pada Juni 2019.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Mochammad Syachrial Annas

Pendidikan sains di Indonesia masih perlu banyak perbaikan. Dari hasil Programme for International Students Assessment 2015 oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), kompetensi sains dan matematika siswa SMP Indonesia masih di tahap menghafal dan minim di tahap menalar. Bahkan, konsep sains belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Prinsip sains, antara lain mampu berpikir kritis, berkolaborasi dengan baik, menyelesaikan masalah sampai tuntas, serta mengedepankan nalar ketika menghadapi sesuatu. Jadi sains tidak melulu soal hitungan matematika atau fisika, “ ujarnya.

Memecahkan masalah
Dalam kompetisi “Discovery Camp”, anak-anak akan dilatih untuk memanfaatkan peralatan laboratorium dan melakukan pemecahan masalah terhadap suatu penelitian. Dalam proses penelitian harus dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari tiga orang.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Murid-murid PAUD Al Amin Cipayung mengikuti kegiatan pengenalan fenomena bencana alam seperti tsunami, gunung berapi, dan tanah longsor yang dikemas melalui permainan sains di Rumah Komunitas Kreatif, Jati Cempaka, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan ini selain bertujuan untuk pengenalan sains kepada anak-anak, juga memberikan pengetahuan kebencanaan sejak dini sekaligus belajar menyikapi bencana dengan mitigasi.

Kepala Divisi Operasi Pusat Peragaan (PP) Iptek Setyo Purnomo menilai, kerja kelompok ini sangat penting karena biasanya anak yang merasa bisa tidak mau bekerja bersama orang lain. Padahal, kunci dari penelitian adalah kolaborasi. Tanpa kolaborasi, penelitian sulit diwujudkan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Kepala Program dan Pendidikan PP Iptek Putu Lia Suryaningsih menambahkan, pendidikan sains bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengetahui proses destilasi atau proses memanaskan benda padat menjadi uap dengan memanfaatkan garam dapur. Dengan cara mengamati, anak bisa lebih mudah menerima pendidikan yang diajarkan.

Ia mengakui, sarana dan prasarana untuk mengajarkan sains di sekolah masih terbatas. Untuk itu, guru diharapkan bisa lebih kreatif mempraktikan sains melalui uji coba sederhana. “Sains itu tidak dihafal tetapi dipraktikan dengan melatih penalaran untuk menyelesaikan masalah,” ujarnya.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas, 21 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB