Rudy Raymond, Pemegang 15 Paten Komputer Kuantum

- Editor

Kamis, 13 September 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saat berbincang-bincang dalam bahasa Indonesia, aksen Jepang Rudy Raymond (41) sedikit-sedikit terdengar. Maklum, laki-laki kelahiran Padang itu sudah 22 tahun merantau dan berkarya di Jepang. Ia tercatat sebagai peneliti algoritma kuantum di pusat riset perusahaan teknologi dunia IBM Research-Tokyo. Sejauh ini, ia memegang 15 paten di bidang algoritma dan penambangan data.

“Perkembangan komputer kuantum saat ini seperti mengulang sejarah komputer klasik tahun 1960-1970. Hardware-nya butuh ruangan sebesar ini,” tutur Rudy sambil menunjuk kulkas ukuran 2 x 2 x 1 meter. “Perkembangannya masih dalam tahap infancy (bayi).”

Bisa dikatakan, komputer kuantum masih serupa dengan komputer 50 tahun yang lalu yang belum seringkas zaman sekarang. Chip processor kuantum milik IBM, lanjut Rudy, diselubungi dengan sistem pendingin sebesar kulkas. Sistem pendingin itu menjaga suhu prosesor di suhu absolut nol derajat atau nol Kelvin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Komputer kuantum berbeda dengan komputer biasa. Apabila pada komputasi biasa, informasi berupa barisan bit yang masing-masing menyimpan informasi 0 atau 1, pada komputasi kuantum, setiap qubit (quantum bits) menyimpan kedua informasi tersebut; baik 0 dan 1. Dengan demikian komputer kuantum menjanjikan kecepatan super dibanding komputer biasa.

Rudy memberi gambaran, untuk menyimpan informasi dua qubit, komputer klasik perlu memori setara dengan 2 pangkat 2 atau empat bit. Sementara itu, untuk menyimpan informasi 50 qubit, komputer klasik perlu memori setara 2 pangkat 50 bit atau dalam skala eksabit berada di luar jangkauan superkomputer klasik yang ada saat ini.

Rudy mengatakan, pada 2017 IBM telah berhasil menciptakan komputer kuantum dengan 50 qubit. “Tahun ini, Google bahkan sudah berhasil membuat yang 72 qubit,” kata dia.

Kemampuan ini membuat komputer kuantum dapat melakukan kalkulasi kompleks yang tidak dapat dilakukan komputer biasa. Komputer kuantum dapat melakukan simulasi atau pemodelan atom yang dapat mengarah pada penciptaan material baru.

“Dari simulasi atom dapat berkembang ke simulasi molekul, tidak ada batasnya. Melalui komputer kuantum, penciptaan material untuk pesawat luar angkasa hingga penciptaan obat yang lebih berkhasiat dapat dilakukan. Namun semua itu masih ‘janji kuantum’ yang harus kita capai,” kata Rudy.

Saat ini, komputer kuantum memang belum stabil dan sangat rumit. Sebuah komputer kuantum, jelas Rudy, harus dikalibrasi setiap hari dan mesti bebas dari gangguan elektromagnetik dari luar. Namun, komputer kuantum menjanjikan banyak hal.

Peluang bagi Indonesia
Saat ini, fase perkembangan komputer kuantum yang masih muda. Oleh karena itu, menurut Rudy, hal ini mesti dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti Indonesia masuk ke dunia komputer kuantum. Bukan mengenai penyempurnaan piranti kerasnya, tetapi penciptaan algoritma-algoritma yang memanfaatkan kemampuan piranti keras tersebut.

KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI–Ilmuwan Rudy Raymond memberikan gambaran ukuran prosesor kuantum, saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/9/2018) siang. Rudy menjelaskan, komputer kuantum saat ini bisa dikatakan serupa dengan komputer 50 tahun yang lalu, yang belum seringkas jaman sekarang. Chip processor kuantum milik IBM diselubungi dengan sistem pendingin sebesar kulkas yang menjaga suhu prosesor di suhu absolut nol derajat atau nol Kelvin.

Di fase perkembangan yang masih muda ini, sebuah algoritma berpotensi menjadi sebuah temuan yang dapat digunakan oleh generasi-generasi berikutnya. “Misalnya di bidang Internet of Things, itu ada algoritma liniernya berasal dari temuan tahun 1970-1980,” kata Rudy.

Keuntungan dari penciptaan algoritma-algoritma dasar ini adalah penguasaan hak kekayaan intelektual. Setiap piranti lunak atau keras di dunia yang menggunakan algoritma itu akan mendatangkan royalti yang akan masuk sebagai devisa bagi Indonesia.

IBM, lanjut Rudy, membuka akses beberapa komputer kuantumnya kepada publik. Saat ini ada dua komputer 5 qubit dan sebuah komputer dengan 16 qubit yang dapat dimanfaatkan. Dua komputer 20 kubit hanya tersedia untuk institusi yang bekerja sama dengan IBM, seperti North Carolina State University.

“Asal punya kemauan untuk belajar fisika, matematika, dan teknik informatika semua orang bisa masuk dalam dunia ini,” kata Rudy.

Situasi ini dirasakan oleh Rudy saat mulai mengenyam studi S1 di Kyoto University pada 1997. Pada tahun-tahun itu, laboratorium tempatnya melakukan penelitian mendapatkan dana hibah untuk penelitian komputasi kuantum, dan seorang profesor mengajak Rudy menjadi salah satu peneliti.

Penelitian komputasi kuantum dilakukan di atas kertas, sebab piranti keras komputer kuantum baru bisa diciptakan belasan tahun kemudian pada 2015.
“Mungkin saya termasuk orang yang pertama di Jepang atau mungkin di dunia yang meneliti quantum computing,” kata pemegang lebih dari 15 paten Amerika Serikat di bidang algoritma dan penambangan data (data mining).

Wawasan terbuka
Rudy tidak menyangka akan berkarya di bidang komputer kuantum seperti sekarang. Cita-citanya saat masih remaja di Padang adalah menjadi pegawai negeri sipil. “Saya bahkan tidak berpikir untuk pergi dari Padang. Saya pikir saya akan selamanya hidup di Padang. Saya juga tidak tahu kalau memiliki bakat di bidang fisika dan matematika saat itu,” katanya.

Saat SMA, Rudy terkenal pintar. Setiap tahun ia selalu jadi juara umum di sekolahnya dan juara lomba pidato antar kelas. Karena kepandaiannya, ia dipilih mewakili Indonesia dalam Olimpiade Fisika tingkat dunia di Sydney, Australia pada 1995. Rudy mendapatkan honorable mentions pada kompetisi itu.

Profesor Yohanes Surya yang membimbing tim Olimpiade Fisika Indonesia, lantas mengarahkan Rudy untuk memperdalam kemampuan matematik dan fisika di Kyoto University dengan beasiswa dari Pemerintah Jepang. Ia mengikuti arahan tersebut dan kuliah di bidang komputer dan informatika di sana.

Di tahun pertama kuliah di Jepang, ia kaget. Ternyata paradigma pendidikan matematika dan fisika di negeri itu sangat menghargai proses. “Syok juga, saya merasa kesusahan. Di Jepang, dilihat bagaimana prosesnya bisa mendapatkan jawaban.”

Seiring waktu, ia studinya berjalan lancar hingga ke tingkat doktoral. Setelah lulus, ia langsung bergabung dengan IBM Research–Tokyo.

Beberapa tahun terakhir, ia oleh IBM untuk meneliti di Keio University Tokyo. Di Jepang, jelas Rudy, sudah biasa sebuah perusahaan datang ke universitas untuk konsultasi mengenai permasalahan yang terjadi. Ekosistem semacam ini belum terbentuk di Indonesia. Menurutnya, ekosistem ini harus diciptakan demi perkembangan industri dan riset itu sendiri.

“Perkembangan teknologi ini bergerak sangat cepat. Jadi, betapa besar advantage yang dimiliki sebuah perusahaan apabila ia mau secara aktif mencoba mengaplikasikan teknologi yang terbaru?”

Rudy ingin ikut terlibat dalam membangun ekosistem riset yang baik di Indonesia. Dulu ia pernah berkomitmen untuk pulang ke Indonesia apabila telah berusia setidaknya 40 tahun. Kini ia telah berusia 41 tahun. Jadi dalam waktu dekat ia akan kembali ke Indonesia.

Bagaimana kalau tidak ada perusahaan yang memberikan kenyamanan dan fasilitas seperti yang ia peroleh dari IBM?

Ia menjawab pendek, “kalau tidak ada ya harus bikin sendiri.”
—————–
Rudy Raymond
Lahir: Padang, Sumatera Barat 19 Juli 1977

Pendidikan
S1 Teknik Komputer, Kyoto University (1997-2001)
S2 Informatika, Kyoto University (2001-2003)
S3 Informatika, Kyoto University (2003-2006)

Pekerjaan:
Peneliti di IBM Research-Tokyo (2006-2015)
Peneliti di Preferred Networks, Inc (2015)
Peneliti di IBM Research-Tokyo (2016-sekarang)

Penghargaan (antara lain)
IBM Japan GM Award for 2H 2018 on Technical Leadership (2018)
Best Paper of the Year 2014 dari Machigyoretu-Kenkyu-Bukao tentang Operation Research Society of Japan (2015)
The Best of IBM Award (2013)
Lead contributor of Outstanding Technical Achievement Award in Graph-Structure Data Mining (2013)

SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Sumber: Kompas, 13 September 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio
Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723
Purbohadiwidjoyo Geologiwan
Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
IPB University Punya Profesor Termuda Berusia 37 Tahun, Ini Profilnya
Haroun Tazieff, Ahli vulkanologi, dan Otoritas Tentang Bahaya Alam
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:35 WIB

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:30 WIB

Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

Minggu, 14 Mei 2023 - 14:17 WIB

Purbohadiwidjoyo Geologiwan

Minggu, 11 September 2022 - 16:13 WIB

Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Kamis, 26 Mei 2022 - 16:33 WIB

Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB