Rose Amal, Perempuan Perkasa di Dunia Sains

- Editor

Sabtu, 30 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sains dan teknologi sering dianggap sebagai dunia kaum lelaki di Australia. Namun, Rose Amal (52) membuyarkan anggapan itu dengan meraih penghargaan tertinggi lewat kontribusinya di bidang teknik kimia.

Datang sebagai mahasiswi Universitas New South Wales (UNSW), Sydney, tahun 1983, perempuan asal Medan ini dianugerahi Companion of the Order of Australia (AC) pada 11 Juni 2018, penghargaan yang setiap tahun hanya diberikan kepada 35 orang di antara 25 juta penduduk.

Ketika dihubungi lewat telepon, Rose mengatakan, awalnya dirinya tidak terlalu tahu tentang penghargaan itu. Namun, setelah teman-temannya ramai membicarakannya dan wartawan dari berbagai media mengejarnya, barulah ia sadar bahwa gelar AC berada di puncak dari empat penghargaan untuk warga sipil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

HARRY BHASKARA–Rose Amal

Ayah dan ibu saya begitu gembira dan bangga mendengar kabar ini. Ayah saya agak keras dalam mendidik.

Di bawah AC terdapat Officer of the Order (AO), Member of the Order (AM), dan Medal of the Order (OAM). Selain Rose, lima orang lain juga mendapat penghargaan AC, lima lainnya AO, satu AM, dan tiga OAM. Sistem penghargaan lain berlaku bagi kalangan militer.

”Saya dan keluarga awalnya juga tidak tahu penghargaan itu berbobot. Kami senang karena ini merupakan pengakuan dari negara,” ujarnya ketika ditanya tentang reaksi keluarganya.

”Ayah dan ibu saya begitu gembira dan bangga mendengar kabar ini. Ayah saya agak keras dalam mendidik. Ia menuntut anak-anaknya untuk belajar dengan sungguh-sungguh,” tutur si bungsu dari lima bersaudara ini.

Walau cara mendidiknya sama, lanjutnya, tiga anak menyelesaikan pendidikan universitas, satu menjadi guru piano, dan satu pengusaha. ”Setiap anak mempunyai minat yang berbeda.”

Awalnya, ayahnya ingin Rose menjadi dokter, tetapi ia merasa tak nyaman ketika harus menyayat kodok dalam eksperimen di pelajaran biologi di sekolahnya di Medan. ”Padahal, kodoknya sudah mati. Juga saya tidak tahan melihat darah,” ucapnya, ”tapi sejak dulu saya suka kimia.”

Ia mengatakan sesekali membeli bahan kimia untuk membuat percobaan kecil-kecilan di rumahnya ketika masih di bangku sekolah.

Suatu hari tangannya dipenuhi bintik-bintik hitam setelah melakukan sebuah percobaan. Ia bertanya kepada gurunya dan diberi tahu bahwa zat nitrat perak yang dipakainya tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.

”Betul juga, bintik-bintik itu hilang setelah beberapa hari,” ujar Rose yang kini menjadi profesor di Fakultas Teknik Kimia UNSW, satu dari delapan universitas terbaik di Australia untuk riset.

Bagaimana perasaannya menerima penghargaan ini? ”Saya merasa sangat, sangat dihargai,” ujar Rose yang sekarang berhak menambahkan singkatan AC di belakang namanya.

Gelar ini menggantikan Sir dan Dame (Knight and Dame of the Order of Australia), tradisi Inggris yang timbul tenggelam dalam sejarah Australia, sebelum kembali dihapus oleh Perdana Menteri Malcolm Turnbull pada akhir 2015, walau tetap berlaku bagi yang sudah memperolehnya. Australia yang berbentuk monarki konstitusional sering terlihat tarik ulur dengan tradisi negeri induknya.

Profesi
Menurut Rose, gelar ini diberikan karena kontribusinya pada profesi, masyarakat, dan negara. ”Banyak yang memiliki pencapaian yang hebat dalam profesinya. Namun, kabarnya saya dipilih karena gabungan ketiganya walau saya belum membaca apa yang disebutkan dalam nominasi saya,” katanya.

MARK GRAHAM–Rose Amal, penerima penghargaan Companion of the Order of Australia 2018.

Rose dinominasikan oleh mantan rektornya yang juga mantan dekan dan profesornya. Ia mengetahui hal ini hanya beberapa hari sebelum penghargaan itu diumumkan. Setiap orang berhak mengajukan nama untuk dinominasikan.

Dalam profesinya, Rose sudah dikenal di mancanegara sebagai periset teknik kimia papan atas, paling tidak dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 450 publikasi lahir dari tangan lulusan SMA Santo Thomas Medan ini, yang secara kumulatif telah dikutip 11.700 kali sampai Februari 2017 dengan indeks H-61.

Indeks Hirsch merupakan ukuran produktivitas ilmuwan serta banyaknya kutipan dalam publikasi lain pada bank data (database) ilmiah Scopus. Ilmuwan dengan prestasi memadai umumnya berada pada indeks H-20.

Sebenarnya di sini (UNSW) banyak profesor dan dosen yang berasal dari Indonesia. Bila ada program, entah dari universitas, pemerintah, atau pihak swasta yang mau mengirim dosen atau mahasiswa yang benar-benar senang sains, kami siap membimbing.

Sebagai profesor, ia telah membimbing sedikitnya 30 PhD dan lima master, termasuk mahasiswa dari Indonesia. ”Kemarin ini ada yang baru pulang dari ITB (Institut Teknologi Bandung). Belum lama ini juga ada dari UI (Universitas Indonesia),” ucapnya. ”Sayangnya, biasanya mereka kalau sudah pulang jarang sekali yang melanjutkan risetnya karena biasanya mereka terlalu sibuk dan risetnya tidak menjadi prioritas lagi.”

Rose mengatakan akan sangat senang apabila bisa membantu mantan mahasiswanya dari Indonesia yang mau meneruskan risetnya.

”Sebenarnya di sini (UNSW) banyak profesor dan dosen yang berasal dari Indonesia. Bila ada program, entah dari universitas, pemerintah, atau pihak swasta yang mau mengirim dosen atau mahasiswa yang benar-benar senang sains, kami siap membimbing,” tutur Rose yang sudah menjadi warga negara Australia.

Salah satu bekas muridnya yang berasal dari Indonesia, ujarnya, menjadi profesor Fakultas Teknik di Universitas Monash di Melbourne, juga termasuk universitas riset terbaik di Australia.

Di tingkat komunitas, selain periset andal, Rose juga dikenal sebagai mentor yang mumpuni, ikon, dan sumber inspirasi khususnya bagi perempuan untuk menggeluti dunia sains.

Rose juga selalu mendorong siswa sekolah menengah untuk menekuni bidang-bidang yang dikenal sebagai STEM (science, technology, engineering, mathematics atau sains, teknologi, teknik, dan matematika).

Penghargaan yang diberikan untuk memperingati ulang tahun Ratu Elizabeth II ini, yang adalah Kepala Negara Australia, menjadi semacam puncak pencapaian di antara setumpuk penghargaan lain di tangannya.

Deretan penghargaan berikut menjadi bukti bahwa kaum hawa pun mampu berkibar di bidang sains. Ia pada 2003 terpilih sebagai periset terbaik UNSW, menjadi Scientia Professor sejak 2009 di UNSW sampai sekarang, masuk dalam kelompok 100 Insinyur Top Paling Berpengaruh di Australia selama tiga tahun berturut-turut (2012-2015), serta pemenang Judy Raper Women in Engineering Leadership Award pada 2012.

Ia juga menjadi insinyur wanita pertama yang diterima di lembaga bergengsi Akademi Sains Australia (FAA), anggota Akademi Sains Teknologi dan Teknik Australia (FTSE), serta anggota kehormatan Engineers Australia.

Australia adalah tanah harapan, tak peduli apa pun ras Anda, jender Anda, bila bekerja keras, Anda akan meraih impian Anda.

Selain profesor, Rose juga Direktur Particles and Catalysis Research Laboratory di Fakultas Teknik Kimia UNSW serta Ketua IChemE untuk Australia dan pernah menjadi Direktur Centre of Excellence di Dewan Riset Australia (ARC) untuk nanomaterial (2010-2013).

”Australia adalah tanah harapan, tak peduli apa pun ras Anda, jender Anda, bila bekerja keras, Anda akan meraih impian Anda,” kata pionir serta pakar teknologi partikel, fotokatalisis, dan nanomaterial ini.

Fotokatalisis adalah proses yang mengonversi cahaya matahari untuk membuat energi kimia yang dapat digunakan antara lain dalam pemurnian air, udara, sintesis kimia, dan pembuatan hidrogen. ”Seperti solar panel yang mengonversi cahaya matahari menjadi tenaga listrik,” ucapnya.

Rose memang berangkat dari minatnya pada lingkungan, seperti tecermin pada pemilihan topik pemurnian air dan polusi udara untuk tesis doktornya.

Matahari
Di tingkat negara, Rose berhasil membawa kualitas riset Australia sejajar dengan negara maju lain.

Selama 30 tahun Rose telah melakukan berbagai macam riset, salah satu penemuannya baru-baru ini adalah pemanfaatan matahari untuk mendaur ulang gas rumah kaca dengan mengonversi karbon dioksida balik ke hidrokarbon dan metanol untuk digunakan sebagai bahan bakar yang terbarukan. Ini merupakan cara hemat untuk mengurangi dampak gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

”Sebagai insinyur teknik kimia, kita harus selalu memikirkan generasi berikut, bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhannya. Bahan bakar yang dihasilkan harus bersifat terbarui,” lanjutnya.

Karena matahari tersedia secara berlimpah, ada harapan pemanasan bumi bisa dikurangi.

”Biasanya penemuan seperti ini langsung ditangkap ilmuwan dari negara lain untuk kemudian dikembangkan lagi sehingga selalu tercipta kemungkinan-kemungkinan baru,” katanya.

”Penggunaan matahari dan air, saya pikir, akan menjadi masa depan teknik kimia. Sekarang hidrogen diproduksi dengan biaya mahal karena menggunakan fossil fuel, yang tidak terbarukan dan yang jumlahnya terbatas. Kontribusi saya adalah membuat proses itu lebih efisien dan lebih murah,” tuturnya.

Berbeda dengan kompetisi di dunia industri yang didasari pada perolehan profit, ilmuwan mancanegara berkompetisi dalam menemukan cara baru, tapi sekaligus bekerja sama karena tujuan mereka satu, yaitu untuk menyumbang sesuatu bagi perbaikan kehidupan manusia.

Penemuan dengan memanfaatkan matahari dan air laut ini masih terus ia kembangkan. Namun, Rose mengatakan sangat senang dengan hasil temuan ini.

Menurut Rose, ilmuwan di mancanegara selalu berkompetisi dalam arti positif, misalnya dalam memecahkan masalah pemanasan bumi dengan melakukan penelitian dengan pendekatan yang berbeda-beda.

”Kami juga memonitor penemuan-penemuan di negara lain, semisal Jepang dan Amerika, untuk selalu mengetahui perkembangan terakhir.”

”Berbeda dengan kompetisi di dunia industri yang didasari pada perolehan profit, ilmuwan mancanegara berkompetisi dalam menemukan cara baru, tapi sekaligus bekerja sama karena tujuan mereka satu, yaitu untuk menyumbang sesuatu bagi perbaikan kehidupan manusia,” tutur Rose.

Ilmuwan mancanegara bertemu paling tidak dua kali setahun untuk tukar-menukar pengalaman, lanjutnya. Juga mereka saling mengirim mahasiswa dan staf untuk memperluas pengalaman.

”Saya lebih betah di dunia ilmiah ketimbang di dunia industri karena saya senang belajar,” katanya ketika ditanya apakah ada perusahaan yang mencoba membajaknya.

Rose pernah ditawari masuk ke dunia industri ketika baru menyelesaikan gelar doktornya untuk bekerja di Singapura. Sepuluh tahun lalu ia kembali mendapat tawaran. Namun, kecintaannya pada ilmu tak tergoyahkan.

Dengan ringan, ia menjawab bahwa hak paten yang ia peroleh dari penemuan-penemuannya menjadi milik universitas. Sebagian besar dari hasil karyanya dibagikan kepada ilmuwan di mancanegara melalui publikasi ilmiah.

”Saya kira, semuanya kembali ke pertanyaan, apa yang kita kehendaki dalam hidup ini. Bagi saya, hidup adalah untuk menemukan hal-hal baru dalam dunia ilmu pengetahuan, belajar terus untuk menemukan apa pun yang dapat digunakan bagi masyarakat,” tutur ibu dari Tara (22) dan Ari (14) ini, yang menjawab semua pertanyaan dengan spontan, lancar, dan tanpa kesan berseakan sedikit pun.

Tara sudah bekerja setelah menyelesaikan studinya di bidang teknologi informasi. Sementara Ari menyukai public speaking walaupun di matematika ia juga kuat, tetapi tidak sekuat kakaknya, ujar Rose. Baru-baru ini, Ari menjadi juara public speaking di pertandingan antarsekolah SMP Katolik di Sydney.

”Belum tahu apakah Ari akan mengikuti jejak saya,” katanya. ”Saya memberi mereka kebebasan untuk memilih, tetapi meskipun tidak mengikuti jejak saya, STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematik) akan tetap perlu dalam hidup, dalam setiap profesi, seperti pengusaha atau pengurus rumah jompo,” lanjutnya.

”STEM mengajarkan pemecahan masalah dalam soal-soal yang kompleks, dan keahlian ini dibutuhkan seumur hidup dalam berbagai bidang kehidupan,” ucapnya.

Bangun pagi
Meskipun teman sekelasnya kadang menganggapnya aneh, sejak di sekolah dasar Rose sudah terbiasa bangun pukul lima pagi untuk belajar agar mendapat angka yang bagus dalam ulangan.

”Dari kenikmatan belajar, saya mulai tertarik pada beberapa mata pelajaran dan kadang saya bertanya tentang hal-hal yang terjadi di sekitar kita, kemudian menemukan jawabannya. Mungkin inilah yang membuat saya tertarik pada sains,” tuturnya.

”Selain itu, guru-guru di SMP dan SMA saya juga sangat baik dan membantu,” lanjutnya ketika ditanya tentang rahasia suksesnya. ”Mereka tetap bersedia menjawab pertanyaan meskipun itu di luar jangkauan pelajaran yang diberikan di kelas.”

”Saya senang mencari jawaban dari buku-buku. Dengan sains, saya bisa tahu, misalnya, mengapa pelangi itu berwarna-warni,” kata Rose yang selalu menjadi juara kelas di sekolahnya.

Sampai sekarang, ia mengatakan masih meneruskan kebiasaan bangun pagi. ”Saya merasa otak saya segar di pagi hari,” ujar istri dari Stephen, insinyur listrik lulusan Australia, yang kini menjadi pengusaha, ini.

Karena kesibukannya, Rose hanya sekali-sekali saja memasak, tetapi setiap pagi ia menyiapkan sarapan bagi anak-anaknya jika sedang tidak bepergian.

”Meskipun mereka sudah besar, kadang saya merasa mereka masih seperti anak kecil,” ucap ibu yang mengatakan harus sering menghadiri konferensi di luar negeri.

”Setelah mengerjakan tugas universitas di pagi hari, saya sisakan waktu paling tidak satu setengah jam untuk bersama dengan anak-anak,” lanjutnya.

”Akhir minggu selalu merupakan hari untuk keluarga.”

ROSE AMAL
Lahir: Medan, 1965
Pendidikan:
– 1977, SD Methodist Jalan Thamrin, Medan
– 1980, SMP Methodist Jalan Thamrin, Medan
– 1983, SMA Santo Thomas, Medan
– 1988, Bachelor of Engineering, University of New South Wales (UNSW), Sydney
– 1991, PhD in Chemical Engineering, UNSW

Pekerjaan/kegiatan:
– 1992, Lecturer in the School of Chemical Engineering, UNSW
– 1997, Director, Particles and Catalysis Research Group, UNSW
– 2004, Full professor, UNSW

Penghargaan:
– Periset Terbaik UNSW (2003)
– Scientia Professor di UNSW (2009-sekarang)
– Masuk dalam kelompok 100 Insinyur Top Paling Berpengaruh di Australia (2012-2015)
– Pemenang Judy Raper Women in Engineering Leadership Award pada 2012
– Companion of the Order of Australia (2018)

HARRY BHASKARA

Sumber Kompas, 29 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio
Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723
Purbohadiwidjoyo Geologiwan
Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
IPB University Punya Profesor Termuda Berusia 37 Tahun, Ini Profilnya
Haroun Tazieff, Ahli vulkanologi, dan Otoritas Tentang Bahaya Alam
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:35 WIB

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:30 WIB

Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

Minggu, 14 Mei 2023 - 14:17 WIB

Purbohadiwidjoyo Geologiwan

Minggu, 11 September 2022 - 16:13 WIB

Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Kamis, 26 Mei 2022 - 16:33 WIB

Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB