Riset yang melibatkan para pihak dari berbagai bidang menjadi sarana mendekatkan hubungan sekaligus kerja sama antara Australia dan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk melalui organisasi Perhimpunan Bangsabangsa Asia Tenggara (ASEAN). Keterlibatan kampus, pusat-pusat studi, pihak swasta dengan lembaga pemerintah mendorong proses itu menjadi lebih cepat dan berpotensi menjadi masukan bagi pemerintah.
Wakil Direktur Pusat Asia Tenggara Sydney (SSEAC) Thushara Dibley mengatakan, riset yang melibatkan banyak pihak menjadi salah satu alternatif memetakan masalah hingga memberikan solusi alternatif atas masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan melibatkan lebih dari 300 pakar dari kalangan akademisi dari multidisiplin, SSEAC terus berupaya mendorong generasi baru pakar-pakar di Asia Tenggara.
Lima area tema menjadi pilihan riset SSEAC, yaitu pembangunan ekonomi dan sosial, lingkungan dan sumber daya alam, kesehatan, seni dan sejarah, serta masyarakat dan negara. ”Setiap tahun SSEAC menggelar aneka kegiatan untuk mendorong keterlibatan publik. Forum politik, forum ASEAN, dan forum bisnis di ASEAN mendorong keterlibatan publik yang lebih besar atas isu-isu terkini di kawasan, baik di Australia maupun di Asia Tenggara dan bahkan global,” kata Dibley, Rabu (21/2), di Sydney, Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejak tahun 2014, SSEAC bekerja sama dengan Pemerintah Australia menggelar aneka pelatihan kepemimpinan bagi pemberdayaan perempuan dan kaum difabel di Indonesia. Dibley mengatakan, melalui kursus itu SSEAC turut membina hubungan baik Australia-Indonesia dan rasa saling mengerti di antara kedua negara.
Esmond Esguerra, Manajer Hubungan Internasional di lembaga Office for Global Health, mengatakan, banyak riset dilakukan yang pada akhirnya berguna memperkuat hubungan Australia dengan ASEAN, termasuk riset di bidang kesehatan. Hubungan itu diperkuat dengan hubungan lembaga riset dengan institusi-institusi di negara-negara ASEAN, termasuk institusi kenegaraan di masingmasing negara.
Salah satu periset SSEAC, Prof David Guest, mengatakan, penelitian di bidang pertanian ikut memegang peranan dalam jalinan hubungan Australia dengan kawasan lain, termasuk di Asia Tenggara. Hal itu terutama karena pertanian menjadi basis hidup masyarakat Asia Tenggara. Guest mengaku banyak melakukan riset di bidang pertanian, termasuk riset tentang pertanian dan petani kakao di Pulau Sulawesi. ”Serangan hama menjadi salah satu pemukul kehidupan para petani karena hal itu dapat membuat hasil panen mereka anjlok, bahkan hingga 80 persen,” kata Guest.
Menurut dia, jalinan kemitraan menjadi salah satu cara untuk mendekatkan, memetakan prioritas, dan perbandingan untuk mencapai solusi. Ia mencontohkan, gejala turunnya produksi panen kakao secara global akan membuat cokelat makin mahal, tetapi petani tidak terangkat kehidupannya.
Program kemitraan, baik oleh swasta maupun agen pemerintah dengan para petani, diharapkan meningkatkan hasil, harga panenan, dan pada akhirnya taraf kehidupan mereka. Guest mengatakan, penghasilan petani kakao di Indonesia masih rendah, bahkan ada yang kurang dari Rp 13 juta per tahun.–BENNY D KOESTANTO DARI SYDNEY, AUSTRALIA
Sumber: Kompas, 22 Februari 2018