Riset Buktikan Bentuk Bumi

- Editor

Rabu, 21 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bentuk Bumi tidak datar, tetapi tidak pula bulat, melainkan berbentuk elipsoid. Permukaan Bumi atau topografi tidak beraturan tersebut dipengaruhi oleh perbedaan gaya berat antara satu lokasi dan lokasi lain.

Faktor itu disebabkan jenis lapisan batuan yang melingkupinya. Bumi tidak datar juga dibuktikan oleh ilmu astronomi yang memaparkan fenomena gerhana Bulan dan penentuan lokasi Bumi berdasarkan satelit navigasi.

Sejumlah pakar astronomi dan geodesi memaparkan pembuktian itu dalam diskusi bertema “Geoid, Bumi Datar atau Bumi Bulat?” yang diadakan Badan Informasi Geospasial (BIG) di Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/2). Mereka adalah pakar astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Moedji Raharto; ahli geodesi dari ITB, Heri Andreas; serta Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG Antonius Bambang Wijanarto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Heri dalam paparannya mengungkapkan, pemikiran tentang Bumi datar dicetuskan sekelompok orang di Amerika Serikat yang disebarkan media sosial, terutama Youtube, hingga terbentuk Masyarakat Bumi Datar. Jumlah pengikutnya di dunia berdasarkan data Facebook (@FlatEarthGeocentric) 187.000 orang dan 63.800 orang di antaranya di Indonesia, menurut Instagram indonesia_flatearth_society. Ini menunjukkan, hampir separuh penganut paham ini berdomisili di Indonesia.

Heri mengakui, tak mudah untuk memberi pemahaman kepada penganut Bumi datar di Indonesia. Itu karena pandangan mereka berdasarkan keyakinan agama dan tidak menerima pembuktian secara ilmiah.

HTTPS://WWW.NASA.GOV/SITES/DEFAULT/FILES/THUMBNAILS/IMAGE/EDU_ROTATE_LARGE.PNG–Bumi berputar pada sumbunya dengan kecepatan berbeda di setiap bagian, yaitu paling cepat di khatulistiwa dan paling lambat di kutub.

Maka dari itu, menurut Moedji, pertentangan dengan Masyarakat Bumi Datar tidak akan berakhir dan hal itu akan menguras tenaga serta pikiran. Karena itu, lanjut Heri, mengutip pernyataan Barack Obama, “Tidak ada waktu untuk membicarakan tentang Bumi datar.”

Riset gaya berat
Anton mengemukakan, survei gaya berat untuk membuat peta geoid (tinggi rendah atau topografi tiap wilayah atau topografi) tahun ini akan dilakukan BIG. Survei akan dilakukan di wilayah Sumatera dan Jawa Barat.

Hingga tahun 2019, seluruh wilayah di Indonesia ditargetkan selesai terpetakan. Sebelum ini telah terpetakan geoid di Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Dari data geospasial ini akan tersusun Jaring Kontrol Vertikal Nasional. Data tersebut melengkapi informasi Jaring Kontrol Geodesi, yaitu Jaring Kontrol Horizontal Nasional.

Data gaya berat ini memiliki beragam kegunaan. Salah satu manfaat data tersebut adalah untuk mengetahui pemodelan mitigasi atau pengurangan risiko bencana banjir berdasarkan data elevasi tiap wilayah.

Selain itu, subsidensi kawasan pesisir dapat terpetakan. Dari data gaya berat juga dapat diketahui jenis lapisan batuan demi mengetahui kandungan mineral untuk tujuan aktivitas pertambangan dan pembangunan wilayah permukiman.

Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke memiliki deretan pegunungan di sebelah selatan, yang dikenal dengan sebutan Cincin Api. Selain itu, kondisi topografi yang sangat variatif di setiap pulau menjadi hambatan dalam pengumpulan data gaya berat.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki lima pulau besar dan beberapa pulau kecil dengan total 16.056 pulau yang bernama dan berkoordinat. Sejauh ini masih banyak pulau yang perlu diverifikasi data gaya beratnya lebih lanjut.

Konsorsium
Untuk mempercepat tersedianya data gaya berat di seluruh Indonesia, BIG memprakarsai terbentuknya Konsorsium Gaya Berat Indonesia (KGI). Anggota KGI terdiri dari badan atau lembaga pemerintah, asosiasi profesi, badan usaha milik negara (BUMN), dan perwakilan perguruan tinggi.

Badan atau lembaga pemerintah yang tergabung dalam KGI antara lain Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Selain itu, BUMN yang tergabung dalam KGI adalah Pusat Teknologi Hulu (Upstream Technology Centre) Pertamina. Adapun perguruan tinggi yang tergabung dalam KGI antara lain Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Institut Teknologi Bandung; Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya; Universitas Indonesia; Universitas Diponegoro, Semarang; dan Universitas Pakuan, Bogor. (YUN)

Sumber: Kompas, 21 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 32 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB