Berawal di Kampus Dramaga, Institut Pertanian Bogor. Di sinilah, Ranitya Nurlita (24), mahasiswi Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, merasa terkena ”cuci otak” dan dicekoki doktrin lingkungan hidup oleh kalangan senior.
”Itu yang mendorong saya berusaha menjadi environmentalist,” kata Ranitya saat ditemui di Kampus Baranangsiang yang rindang, Senin(1/12).
Kampanye pelestarian lingkungan hidup, terutama untuk mendorong masyarakat meninggalkan kantong plastik, membuat gadis kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, 25 Agustus 1981, ini amat sibuk menjalankan program. Keseriusannya mengampanyekan untuk tidak menggunakan kantong plastik ini telah membawanya keliling dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lita, demikian nama panggilan anak kedua dari tiga bersaudara buah hati Cahyo Lukito dan Retya Firmawati asal Bojonegoro atau ”Kota Tayub” itu. Selain masih dipusingkan dengan program kampanye, Lita juga ingin segera menyelesaikan pendidikan sarjana.
”Semoga skripsi cepat kelar, jangan sampai dapat surat cinta dari kampus,” katanya dengan nada yang renyah, tetapi mantap.
Sukarela
Lita saat ini merupakan Project Director ASEAN Reusable Bag Campaign. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi Presiden Komunitas HiLo Green dan eksekutif di beberapa organisasi lingkungan hidup tingkat kampus, nasional, dan internasional.
Menulis daftar organisasi yang pernah dan sedang digeluti serta berbagai penghargaan yang diraih Lita, rasanya akan membuat spidol sang pewawancara kehabisan tinta dan lembar buku catatan.
”Saya masih mahasiswi, uang indekos pun masih dibantu orangtua,” katanya.
Lita mungkin berusaha membumi karena memang dari sana berasal. Lita masih ingat saat awal kuliah, tahun 2011, ia tergerak menjadi penggiat sukarela dan panitia acara pelestarian lingkungan hidup. Lita juga terlibat dalam Kompas Muda yang menginisiasi tim sukses membuat kebun khatulistiwa di School of Universe, di Parung, Bogor.
Selama 2011, bibit cinta lingkungan yang tersemai itu kian tumbuh. Lita aktif mengampanyekan pengurangan pemakaian kantong plastik sekaligus mengikuti berbagai lomba ilmiah. Setahun kemudian, Lita terlibat di program kampus, yakni Bina Desa, di Kronjo, Banten. Di sini, Lita mengeluarkan kepiawaiannya membuat komik. Komik ini dijadikan sebagai sarana bagi anak-anak desa untuk mengenal dan mencintai kekayaan perairan setempat.
”Saya suka gambar, suka desain,” kata Lita.
Berbagai komik mewarnai untuk anak kemudian dibuat dan diikutkan dalam lomba pelestarian lingkungan hidup. Lita juga mendesain permainan ular tangga untuk anak-anak sekolah dasar, yang berisi ajakan untuk mencintai alam yang menjadi tempat tinggal kita.
Mendunia
Lita memang ”emoh diam” dan selalu ingin aktif. Berbagai kesempatan untuk pergi menimba ilmu sekaligus menambah teman dan jaringan dari berbagai konferensi dan pelatihan di mancanegara pun tidak dilewatkan.
Turki, Banglades, India, Malaysia, Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat adalah beberapa negara yang pernah Lita singgahi untuk mengikuti konferensi dan pelatihan, baik sebagai peserta, penceramah, maupun penerima penghargaan. Yang dilakukan Lita sebenarnya sederhana, terus mencoba ”memengaruhi” masyarakat agar mengurangi pemakaian kantong plastik.
Berbekal berbagai pelatihan dan tantangan dari mancanegara yang pernah diikutinya, Lita kemudian membuat Proyek ASEAN Reusable Bag Campaign. Selain itu, Lita mendirikan FISH.Co (Fisheries and Aquatic Environment Comic) agar pelita cinta terhadap dunia lukis dan desain untuk anak-anak tetap menyala dan terpelihara.
”Jangan mengabaikan kekuatan anak-anak, mereka merupakan ujung tombak bagi masa depan kita,” kata Lita.
Oh, ucapan itu mungkin keluar karena Lita bakal harus siap untuk membina keluarga. Ya, Lita mengakui sudah punya calon suami, bukan pacar atau kekasih, di Bojonegoro. Mungkin selepas kuliah, Lita ingin segera berusaha dalam bidang pengelolaan sampah sekaligus memulai berkeluarga.
Ingin setia
Sampai sekarang, Lita masih memproduksi sendiri tas kain untuk kampanye pengurangan pemakaian kantong plastik. Tas tersebut dibuat dalam berbagai bentuk kreasi. Ada yang berupa keranjang, dilipat dalam kemasan, atau bentuk yang lucu, yakni boneka.
Ketika barang-barang itu sudah jadi, sebagian akan dibagikan kepada masyarakat. Sebagian dijual agar produksi dapat berkelanjutan, sekaligus menjamin keberlangsungan kampanye dan proyek.
Lita pun berharap proyek kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik ini tidak boleh putus, harus abadi sampai semua orang berpikiran yang sama.
Lita pun mengaku kagum dengan berbagai komunitas pelestari lingkungan hidup di Indonesia. Ia menilai, komunitas pelestari lingkungan hidup itu amat gigih dan setia berkegiatan melindungi alam. Sekadar menyebutkan, ada komunitas yang setiap akhir pekan memulung sampah di Sungai Ciliwung tanpa peduli cemooh atau ejekan yang sering dilontarkan orang lain.
”Mereka setia ya, saya kagum,” katanya.
Di pengujung wawancara, kami pindah dari dalam kedai ke bawah pohon kapuk besar nan rindang. Langit mendung dan terdengar guruh di langit pertanda hujan tidak lama lagi turun. Sebelum air jatuh dan mengguyur bumi, Lita bersedia bergaya untuk pemotretan. Setelah itu, Lita pamit pulang naik angkutan kota menuju indekos di dekat Kampus Dramaga.
RANITYA NURLITA
LAHIR:
Bojonegoro, 25 Agustus 1981
AYAH:
Cahya Lukito
IBU:
Retya Firnawati
PENDIDIKAN:
SD Negeri Kadipaten 2 Bojonegoro
SMP Negeri 1 Bojonegoro
SMA Negeri 1 Bojonegoro
Institut Pertanian Bogor
PRESTASI:
Mahasiswa Terinspiratif IPB 2015
Wempy Dyocta Koto Award 2015
Presentasi Terbaik ISCES 2015
Alumni Leadership Impact Award 2015 (Study of The US Institute)
Top 20 Youth for Arctic Indonesia 2015
Top 50 Wold Muslimah 2014 (World Muslimah Foundation)
Health Agent Award Nutrifood 2013
Narasumber Social Media for Good Conference 2015 di Istanbul, Turki
Narasumber Young Southeast Asian Leaders Initiative Summit 2015
Presiden HiLo Green Community
Pemimpin Proyek FISH.Co
Project Leader ASEAN Reusable Bag Campaign
Koordinator Batik Girl Project Jakarta
AMBROSIUS HARTO
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Desember 2015, di halaman 16 dengan judul “Kampanye Lingkungan”.