Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan proyek pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 13.000 kilometer selesai pada triwulan pertama 2019. Pengerjaan proyek akan dipacu karena wilayah Indonesia timur baru mencapai 78 persen dari target pembangunan.
Proyek infrastruktur telekomunikasi yang diberi nama Palapa Ring itu akan melalui 57 kabupaten dan kota di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) adalah badan yang melaksanakan pengelolaan, pembiayaan, dan penyediaan infrastruktur proyek tersebut.
Bakti mencatat, penggarapan proyek belum selesai dilaksanakan di wilayah Indonesia bagian tengah, yakni 99 persen, dan Indonesia bagian timur, yang baru mencapai 78 persen. Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan, Palapa Ring di Indonesia bagian tengah saat ini sedang memasuki masa uji kestabilan sistem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Di Indonesia bagian timur, masih dalam tahap pembangunan infrastruktur mencakup 33 kota dan kabupaten,” katanya saat konferensi pers di Jakarta, Senin (26/11/2018) siang.
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Direktur Utama Bakti Anang Latif
Selain itu, kendala yang dihadapi di lapangan cukup kompleks. Anang mengatakan, kabel serat optik direntangkan di darat dan laut. Kabel di darat kerap dicuri karena disangka berupa kabel tembaga, sedangkan kabel yang merentang di laut kerap terkendala arus air bawah laut yang kuat.
Selain itu, tantangan menjaga kabel optik yang merentang di laut dangkal adalah pembuangan sauh oleh kapal nelayan. Kapal nelayan ilegal dari dalam dan luar negeri kerap membuang sauh dan memutuskan serat optik di bawah laut.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN–Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (depan kanan) didampingi Direktur Utama PT Len Telekomunikasi Indonesia RW Pantja Gelora (depan kiri) meletakkan batu pertama untuk menandai pembangunan stasiun pendarat pada proyek Palapa Ring Paket Tengah di Desa Gotalamo, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Selasa (22/11/2016). Proyek ini merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur komunikasi jaringan kabel serat optik yang akan menjangkau wilayah-wilayah terpencil yang selama ini belum terkoneksi dengan internet.
Anang mengatakan, hal ini menjadi evaluasi keamanan untuk menjaga serat optik. Keamanan akan ditingkatkan bekerja sama dengan pemerintah daerah.
Menurut pemberitaan Kompas (18/4/2018), pada April 2016, jaringan di Kota Jayapura hingga Kabupaten Jayapura terganggu akibat kabel serat optik di perairan Sarmi-Biak. Sebelumnya, jaringan di Kabupaten Mimika dan Merauke juga terganggu karena kabel fiber optik terputus di perairan Mimika-Kaimana, awal Maret 2018.
Anang mengatakan, konektivitas tidak akan terganggu jika proyek Palapa Ring sudah rampung. Sebab, jika salah satu serat optik putus, jaringan internet bisa melalui jaringan lain. Hal itu terjadi karena jalur Palapa Ring melingkar.
”Kecepatannya sama, tidak berubah,” ujar Anang.
Proyek Palapa Ring terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dengan nilai investasi Rp 20 triliun. Ini untuk mengintegrasikan jaringan yang sudah ada dengan jaringan baru yang berkapasitas 100 gigabita.
Direktur Eksekutif Indonesia Information Communication Technology Institute Heru Sutadi, Rabu (18/4/2018), mengatakan, selain mengejar pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi di pelosok, pemerintah juga perlu memperhatikan harga layanan seluler.
Pemerintah perlu memberikan insentif ataupun subsidi harga. Dengan demikian, tercipta pemerataan dan kesetaraan mengakses layanan seluler (Kompas, 19/4/2018). (SUCIPTO)–ADHI KUSUMAPUTRA
Sumber: Kompas, 26 November 2018