Pasar Indonesia Sangat Besar
industri kreatif di negara ASEAN mulai menggeliat. Di bidang usaha rintisan berbasis teknologi, pelaku memiliki peluang besar maju ke tingkat global. Meski begitu, pelaku usaha mengalami kendala, seperti finansial, pemasaran, pelatihan, dan dukungan pemerintah.
Kepala Perwakilan Asia Tenggara untuk Lean Startup Machine Zafrul Noordin di sela-sela kegiatan Indonesia Lean Startup Machine 2015, Sabtu (5/9), di Jakarta mengatakan, Indonesia merupakan negara ketiga setelah Malaysia dan Singapura yang ditunjuk Lean Startup Machine New York untuk penyelenggaraan pelatihan bisnis bagi pelaku usaha rintisan. Penunjukan Indonesia ini telah berlangsung pada tahun 2014.
“Di Asia Tenggara, pertumbuhan pelaku usaha rintisan berbasis teknologi marak bermunculan tahun 2013. Di Malaysia dan Singapura, dukungan pemerintah terhadap perkembangan bisnis aplikasi buatan pengusaha rintisan cukup tinggi. Beberapa aplikasi untuk telepon seluler bahkan sudah memiliki pasar di luar negara mereka,” ujar Zafrul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia mencontohkan, aplikasi Grab Taxi buatan perusahaan rintisan berbasis teknologi asal Malaysia pada 2011. Aplikasi ini kini masif digunakan penduduk di enam negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Hingga sekarang, jumlah pengunduh sudah mencapai lebih dari 3,8 juta. Para pengunduh itu berasal dari pengguna ponsel pintar berbasis sistem operasi Android, iOS, dan Blackberry. Kemudian, pengemudi taksi yang terdaftar menggunakan Grab Taxi lebih dari 75.000 orang.
“Pelaku usaha rintisan berbasis teknologi di Indonesia juga terus bermunculan, semisal di Bandung dan Bali. Namun, kami sempat menemukan keluhan kesulitan pendanaan dan pemasaran,” kata Zafrul yang sekaligus menjadi Commander in Chief Code Ar.my, perusahaan Malaysia yang bergerak di bidang konsultasi bagi industri digital.
Pada saat bersamaan, Manager of Accelerator Program Mountain Kejora Ventures Karen Kamal mengatakan, perbedaan kesiapan Indonesia dan negara ASEAN lainnya terletak pada pangsa pasar. Mountain Kejora Ventures adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang konsultasi dan inkubasi.
Singapura dan Malaysia memang diuntungkan karena pemerintah mereka lebih aktif menggerakkan industri digital. Akan tetapi, Indonesia mempunyai pasar lebih besar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang besar ataupun penetrasi ponsel. Dari segi aplikasi, buatan lokal juga tak kalah digemari, misalnya Go-Jek, PicMix, dan Cekaja.com. Cekaja.com menawarkan jasa solusi perbandingan produk perbankan dan finansial. Selain di Indonesia, penggunanya telah menyebar di Filipina.
Fatin Arifin, peserta Indonesia Lean Startup Machine dari Brunei, menyebutkan, dukungan pemerintah terhadap industri digital serta usaha kecil dan menengah telah dimulai pada pertengahan 2007-2008. Di Brunei, misalnya, telah berdiri iCentre, pusat pengembangan inovasi dan inkubasi bagi ekosistem pelaku usaha rintisan.
“Sekitar 20 perusahaan rintisan berbasis teknologi telah berdiri. Sebagian besar aplikasi menyasar untuk kebutuhan kota pintar,” ungkap Fatin. (MED)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 September 2015, di halaman 19 dengan judul “Potensi Industri Aplikasi Lokal”.