Peta Jalan Muat 31 Rekomendasi Strategis
Potensi pertumbuhan pasar perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia diproyeksikan terus meningkat pada tahun mendatang. Ada empat faktor dasar masih menjadi persoalan utama, yaitu infrastruktur, kesiapan teknologi, pendidikan tinggi dan pelatihan, serta inovasi. Keempatnya mendesak diperbaiki.
“Penggerak evolusi industri digital terdiri dari faktor kondisi suplai, permintaan, lingkungan institusi pemerintah, serta inovasi dan perubahan teknologi. Indonesia perlu mengoptimalkan pasar kelas menengah, budaya wirausaha bidang teknologi, arus masuk pendanaan dalam dan luar negeri, penggelaran infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, dan regulasi,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bambang Heru Tjahjono, dalam diskusi Forum Ekonomi Nusantara bertema “E-Dagang dan Sumbangsih terhadap Ekonomi Indonesia” yang diselenggarakan oleh harian Kompas dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kamis (19/11), di Jakarta.
Selain Bambang, narasumber lainnya adalah Direktur Jenderal Perdagangan dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina, Direktur BNI Anggoro Eko Cahyo, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza, Deputi Direktur Pengawasan Bank I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tris Yulianta, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Daniel Tumiwa, dan Chief Executive Officer Bukalapak.com Achmad Zaky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ekosistem e-dagang di negara lain jauh lebih matang. Empat persoalan mendasar tersebut teratasi. Sebagai contoh, Amerika Serikat dengan Sillicon Valey dan Singapura.
“Sementara itu, Indonesia unggul di pasar besar karena jumlah penduduk ataupun pertumbuhan kelas menengah,” kata Bambang.
Sesuai hasil survei APJII dan Pusat Komunikasi UI (2014), jumlah pengguna internet selama kurun waktu 2005-2014 tumbuh 27,1 persen. Pada 2014, total pengguna mencapai 88,7 juta orang dari keseluruhan penduduk Indonesia. Diperkirakan tahun 2017, jumlahnya naik menjadi 112 juta orang.
Anggoro Eko Cahyo mengatakan, perbankan telah mengantisipasi perkembangan e-dagang dengan menyediakan sistem pembayaran yang mendukung.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN—Direktur Utama Bukalapak.com Achmad Zaky memberikan pemaparan dalam diskusi Forum Ekonomi Nusantara yang diselenggarakan Kompas dan BNI di Hotel Santika, Kamis (19/11). Diskusi yang membahas e-dagang dan sumbangsihya terhadap ekonomi Indonesia ini turut menghadirkan pembicara Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi Bambang Heru Tjahjono, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina, Direktur Bank BNI Anggoro Eko Cahyo, Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Jamalul Izza, Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia Daniel Tumiwa, dan Pengawas Bank Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan Tris Yulianta.
Menurut Achmad, internet mampu memberikan kenaikan pendapatan kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. (UMKM). Mereka yang melek teknologi digital diperkirakan dapat mendongkrak penerimaan bisnis dua kali lipat. Nilai transaksi e-dagang tahun 2013 adalah Rp 24,4 triliun, lalu naik menjadi Rp 35,5 triliun pada 2014.
“Transaksi e-dagang memang terus naik. Rata-rata anggota laman kami mengaku memperoleh kenaikan pendapatan lima kali lipat lebih tinggi dari tahun ke tahun. Namun, faktor mendasar, seperti kompetensi sumber daya manusia, belum juga kunjung ditingkatkan,” kata Achmad. Pemerintah seharusnya memikirkan bagaimana mengembangkan industri e-dagang jangka panjang. Pasalnya, transaksi antarnegara semakin dimudahkan.
Hal senada diungkapkan Tris. Menurut dia, keamanan bertransaksi menjadi isu konsumen. OJK dan Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membahas pembangunan pusat data di dalam negeri bagi perusahaan pendukung e-dagang.
Lebih jauh, Bambang mengungkapkan, sebanyak 31 rekomendasi sudah terangkum di dalam peta jalan e-dagang. Rekomendasi tersebut merupakan usulan 10 kementerian dan lembaga.
Menurut dia, peta jalan akan dibahas di kementerian koordinator bidang perekonomian. Srie menyampaikan, Kementerian Perdagangan mengusulkan kepemilikan modal asing maksimal 49 persen untuk perusahaan ritel daring. Adapun investasi asing di laman pemasaran boleh hingga 65 persen. (MED)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 November 2015, di halaman 17 dengan judul “Potensi Besar E-Dagang Lokal”.