Kasus dugaan plagiarisme yang melibatkan seorang guru besar di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, tahun lalu, begitu mempermalukan dunia pendidikan tinggi Indonesia. Tak terbayangkan kasus seperti itu bisa terjadi di negara maju, kampiun ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Jerman.
Namun, nyatanya, negara yang punya sejarah panjang tradisi ilmiah dan standar akademis sangat tinggi itu justru tersandung skandal plagiarisme yang jauh lebih memalukan.
Menteri Pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg resmi mengundurkan diri, Selasa (1/3), setelah ketahuan disertasi doktoralnya ternyata hasil menjiplak. ”Ini adalah langkah paling menyakitkan dalam hidup saya,” tutur Zu Guttenberg, yang juga mundur dari posisinya sebagai anggota parlemen Jerman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia sebelumnya selalu membantah tuduhan tersebut dan bahkan pada 18 Februari menantang para penuduhnya dengan secara sukarela melepas gelar doktornya untuk sementara sampai tuduhan tersebut terbukti.
Namun, akhirnya kampus tempat ia meraih gelar doktor, Universitas Bayreuth, benar-benar mencopot gelar doktornya, 24 Februari. Menurut pihak universitas, Zu Guttenberg telah ”melanggar tugas-tugas ilmiah” hingga tingkat yang tak bisa diabaikan lagi.
Presiden Universitas Bayreuth Ruediger Bormann menyebut disertasi Zu Guttenberg bukan hasil kerja ilmiah yang benar. Sementara profesor pembimbingnya, Oliver Lepsius, mengaku ”telah ditunggangi seorang penipu”.
Kasus ini muncul setelah seorang profesor ilmu hukum, yang dekat dengan kelompok oposisi di Jerman, menyempatkan membaca secara terinci disertasi setebal 475 halaman itu. Profesor itu menemukan bahwa Zu Guttenberg banyak mengutip hasil penelitian orang lain tanpa menyebutkan sumbernya.
Begitu kasus ini muncul ke permukaan, 16 Februari lalu, para aktivis internet langsung membuat laman kolaborasi (wiki), yang memungkinkan semua orang secara bersama-sama mengecek disertasi berjudul Konstitusi dan Traktat Konstitusional: Perkembangan Konstitusional di Amerika Serikat dan Uni Eropa itu. Hasilnya, sekitar dua pertiga disertasi itu terbukti merupakan hasil copy and paste tanpa atribusi.
Zu Guttenberg mengajukan disertasi tersebut pada 2007 atau lima tahun setelah ia menjadi anggota legislatif dari Partai Uni Sosial Kristen (CSU), yakni partai pendukung Uni Demokrat Kristen (CDU), yang dipimpin Angela Merkel.
Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Zu Guttenberg mengakui telah berbuat kesalahan besar, tetapi tetap membantah bahwa ia sengaja melakukan itu untuk menipu siapa pun.
Kasus Zu Guttenberg sungguh mengejutkan. Meski baru berusia 39 tahun, pria kelahiran Muenchen itu adalah salah satu politikus populer di Jerman.
Bintangnya bersinar terang sejak ia diangkat sebagai Menteri Perekonomian dalam kabinet Kanselir Angela Merkel, 2009. Ia kemudian dipindah ke pos Menteri Pertahanan setelah pemilu dan dikenal dengan kebijakan perampingan anggaran pertahanan Jerman.
Ia disenangi rakyat Jerman karena tampil sebagai pejabat yang berbicara lugas dan mengutamakan kerja daripada banyak omong. Bahkan, setelah kasus plagiarisme ini mencuat, sebuah jajak pendapat menyebut 73 persen rakyat Jerman senang dengan kinerja Zu Guttenberg.
Ia sangat dipercaya Merkel dan bahkan digadang-gadang akan menjadi penerusnya sebagai Kanselir Jerman pada masa depan. Merkel pun terus membela Zu Guttenberg saat kasus ini memanas dua pekan terakhir. ”Saya menunjuk dia sebagai menteri pertahanan, bukan sebagai asisten riset,” ujar Merkel tentang skandal akademik ini.
Selain itu, Zu Guttenberg berasal dari keluarga bangsawan Franconian, yang sangat terhormat dan tinggal di sebuah kastil di daerah Bavaria, Jerman. Pria bergelar baron itu bernama lengkap Karl Theodor Maria Nikolaus Johann Jacob Philipp Franz Joseph Sylvester Freiherr von und zu Guttenberg. Ia adalah keturunan Kaisar Leopold II (1747-1792) dan kakek moyangnya bisa ditelusuri hingga abad ke-12.
Istrinya, Stephanie, juga seorang bangsawan keturunan kanselir pertama Jerman, Otto von Bismarck (1815-1898).
Semoga tidak ada pejabat tinggi atau orang terhormat di Indonesia yang terjangkit plagiarisme seperti ini. (AP/AFP/Reuters/ BBC.CO.UK/DHF)
Sumber: Kompas, 3 Maret 2011