Plagiarisme Pejabat Tinggi: Kisah Memalukan dari Jerman

- Editor

Kamis, 3 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kasus dugaan plagiarisme yang melibatkan seorang guru besar di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, tahun lalu, begitu mempermalukan dunia pendidikan tinggi Indonesia. Tak terbayangkan kasus seperti itu bisa terjadi di negara maju, kampiun ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Jerman.

Namun, nyatanya, negara yang punya sejarah panjang tradisi ilmiah dan standar akademis sangat tinggi itu justru tersandung skandal plagiarisme yang jauh lebih memalukan.

Menteri Pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg resmi mengundurkan diri, Selasa (1/3), setelah ketahuan disertasi doktoralnya ternyata hasil menjiplak. ”Ini adalah langkah paling menyakitkan dalam hidup saya,” tutur Zu Guttenberg, yang juga mundur dari posisinya sebagai anggota parlemen Jerman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia sebelumnya selalu membantah tuduhan tersebut dan bahkan pada 18 Februari menantang para penuduhnya dengan secara sukarela melepas gelar doktornya untuk sementara sampai tuduhan tersebut terbukti.

Namun, akhirnya kampus tempat ia meraih gelar doktor, Universitas Bayreuth, benar-benar mencopot gelar doktornya, 24 Februari. Menurut pihak universitas, Zu Guttenberg telah ”melanggar tugas-tugas ilmiah” hingga tingkat yang tak bisa diabaikan lagi.

Presiden Universitas Bayreuth Ruediger Bormann menyebut disertasi Zu Guttenberg bukan hasil kerja ilmiah yang benar. Sementara profesor pembimbingnya, Oliver Lepsius, mengaku ”telah ditunggangi seorang penipu”.

Kasus ini muncul setelah seorang profesor ilmu hukum, yang dekat dengan kelompok oposisi di Jerman, menyempatkan membaca secara terinci disertasi setebal 475 halaman itu. Profesor itu menemukan bahwa Zu Guttenberg banyak mengutip hasil penelitian orang lain tanpa menyebutkan sumbernya.

Begitu kasus ini muncul ke permukaan, 16 Februari lalu, para aktivis internet langsung membuat laman kolaborasi (wiki), yang memungkinkan semua orang secara bersama-sama mengecek disertasi berjudul Konstitusi dan Traktat Konstitusional: Perkembangan Konstitusional di Amerika Serikat dan Uni Eropa itu. Hasilnya, sekitar dua pertiga disertasi itu terbukti merupakan hasil copy and paste tanpa atribusi.

Zu Guttenberg mengajukan disertasi tersebut pada 2007 atau lima tahun setelah ia menjadi anggota legislatif dari Partai Uni Sosial Kristen (CSU), yakni partai pendukung Uni Demokrat Kristen (CDU), yang dipimpin Angela Merkel.

Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Zu Guttenberg mengakui telah berbuat kesalahan besar, tetapi tetap membantah bahwa ia sengaja melakukan itu untuk menipu siapa pun.

Kasus Zu Guttenberg sungguh mengejutkan. Meski baru berusia 39 tahun, pria kelahiran Muenchen itu adalah salah satu politikus populer di Jerman.

Bintangnya bersinar terang sejak ia diangkat sebagai Menteri Perekonomian dalam kabinet Kanselir Angela Merkel, 2009. Ia kemudian dipindah ke pos Menteri Pertahanan setelah pemilu dan dikenal dengan kebijakan perampingan anggaran pertahanan Jerman.

Ia disenangi rakyat Jerman karena tampil sebagai pejabat yang berbicara lugas dan mengutamakan kerja daripada banyak omong. Bahkan, setelah kasus plagiarisme ini mencuat, sebuah jajak pendapat menyebut 73 persen rakyat Jerman senang dengan kinerja Zu Guttenberg.

Ia sangat dipercaya Merkel dan bahkan digadang-gadang akan menjadi penerusnya sebagai Kanselir Jerman pada masa depan. Merkel pun terus membela Zu Guttenberg saat kasus ini memanas dua pekan terakhir. ”Saya menunjuk dia sebagai menteri pertahanan, bukan sebagai asisten riset,” ujar Merkel tentang skandal akademik ini.

Selain itu, Zu Guttenberg berasal dari keluarga bangsawan Franconian, yang sangat terhormat dan tinggal di sebuah kastil di daerah Bavaria, Jerman. Pria bergelar baron itu bernama lengkap Karl Theodor Maria Nikolaus Johann Jacob Philipp Franz Joseph Sylvester Freiherr von und zu Guttenberg. Ia adalah keturunan Kaisar Leopold II (1747-1792) dan kakek moyangnya bisa ditelusuri hingga abad ke-12.

Istrinya, Stephanie, juga seorang bangsawan keturunan kanselir pertama Jerman, Otto von Bismarck (1815-1898).

Semoga tidak ada pejabat tinggi atau orang terhormat di Indonesia yang terjangkit plagiarisme seperti ini. (AP/AFP/Reuters/ BBC.CO.UK/DHF)

Sumber: Kompas, 3 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB