Pintu air memiliki berbagai macam manfaat, salah satunya sebagai pengendali banjir air rob atau limpasan air laut ke darat. Umumnya, material pintu air menggunakan bahan dari baja ataupun besi sehingga rentan terhadap kerusakan seperti korosi. Tidak jarang, bahan ini juga berpotensi untuk dicuri.
Mempertimbangkan berbagai risiko tersebut, inovasi sistem pintu air komposit otomatis pun dikembangkan oleh Balai Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain terhindar dari korosi, bahan ini lebih murah dan tahan lama dengan waktu pengoperasian bisa lebih dari 10 tahun.
Komposit merupakan material baru hasil rekayasa yang merupakan gabungan dari dua jenis material yang berbeda. Material ini digunakan sebagai material penguat dan material matriks atau material kerangka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk inovasi pintu air komposit yang dihasilkan kali ini menggunakan material matriks dari polimer. Sementara, material penguatnya berbentuk serat gelas.
BALAI TEKNOLOGI POLIMER BPPT–Gambar pintu air komposit
“Seratnya bisa menggunakan serat alam atau serat sintetis. Pada pintu air milik kami saat ini menggunakan serat gelas untuk penguatnya dan resin epoksi sebagai matriks,” ujar Erny S A Soekotjo, Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT.
Otomatis
Selain dibuat dengan bahan komposit, pintu air ini beroperasi secara otomatis tanpa penggerak motor atau energi listrik. Dengan begitu, biaya operasional dan perawatannya menjadi lebih murah dibanding pintu air pada umumnya.
Pintu air komposit otomatis bekerja berdasarkan ketinggian permukaan air. Mekanisme buka tutup pintu air diatur menggunakan pelampung. Saat banjir rob terjadi, permukaan air di sungai akan naik dan masuk melalui saluran air yang menuju permukiman. Pada posisi ini, pelampung yang menggerakkan pintu air akan ikut naik.
Ketika ketinggian muka air sudah melewati batas permukaan, pelampung akan berada di titik tertinggi dan secara otomatis pintu akan menutup rapat saluran air. Sebaliknya, ketika permukaan air sudah menurun, pelampung juga akan turun dan pintu air akan terbuka. Air pun dapat kembali mengalir.
Namun, sistem pintu air ini tidak bisa optimal apabila ketinggian air melebihi permukaan daerah aliran sungai. Hal ini lantaran air tidak bisa ditampung sehingga tetap meluap.
Mekanisme dengan cara otomatis ini diharapkan bisa mengantisipasi kemungkinan pintu air yang terlambat ditutup. Selain itu, sistem otomatis ini juga bisa memangkas biaya dan tenaga untuk penjaga pintu air.
Manajer Penelitian Balai Teknologi Polimer BPPT Hendro Sat Setijo Tomo mengatakan, pintu air komposit otomatis berpeluang untuk diterapkan di daerah yang memiliki kendala pasang air laut atau pun karena banjir rob. Air laut biasanya lebih mudah menyebabkan korosi pada pintu air dari besi atau baja.
“Bahan yang digunakan pada sambungan, seperti as pintu air menggunakan bahan anti korosi. Jadi, pengguna tidak perlu khawatir sambungan akan patah akibat korosi,” katanya.
Sistem pintu air komposit otomatis telah diuji coba pada 2017 di Pekalongan, Jawa Tengah, tepatnya di Kelurahan Panjang Wetan, Pekalongan Utara. Pintu air ini digunakan untuk menahan banjir rob dari aliran Sungai Pekalongan.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Pintu air komposit yang dibangun di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Pekalongan Joko Purnomo mengatakan, sebelum ada pintu air ini sering terjadi banjir air rob yang masuk sampai menutupi jalan raya dan permukiman penduduk. Bahkan, banjir sering mengganggu aktivitas pembelajaran di SMPN 3 Pekalongan yang berada di daerah tersebut.
Namun, semenjak pintu air komposit ini beroperasi, air jarang naik hingga ke permukaan jalan. “Hanya memang masih ada genangan di daerah cekungan dan kalau memang air sudah tidak bisa tertampung lagi baru meluap ke jalanan,” ujarnya.
Untuk perawatan, tambah Joko, tidak terlalu banyak. Secara rutin petugas kebersihan mengambil sampah-sampah yang menyangkut di pintu air. Selain itu, jika ada hewan seperti keong yang menempel di pintu air harus diambil karena menyebabkan pintu air tidak bisa menutup rapat.
Dikembangkan
Untuk pengembangan ke depan, Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi menyampaikan, pintu air komposit akan dibuat dengan lapisan yang tidak bisa ditempeli oleh hewan seperti keong. Perkembangan inovasi akan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diminta oleh pengguna.
Ia juga mengatakan, selama ini pembangunan baru hanya pada papan pintu air dan pelampung. Untuk lebih memudahkan pengguna, BPPT berencana membuat satu set perangkat pintu air beserta dengan bak penampung saluran air. Hal ini agar lebih memudahkan pemasangan serta menghemat biaya yang diperlukan.
“Tujuan dari inovasi pintu air ini, selain untuk mengurangi dampak korosi juga memudahkan dalam pemasangan, perawatan, dan pengoperasian,” ujar Eniya.
Pembangunan saluran air berbahan komposit polimer ukuran 2 meter x 3,5 meter ini membutuhkan biaya sekitar Rp 40 juta. Eniya berharap, semakin banyak industri yang memproduksi teknologi ini sehingga bisa menekan biaya.
Pemerintah Kota Pekalongan telah menandatangai kerja sama pembangungan pintu air komposit otomatis ini dengan BPPT di beberapa titik lain.
Pembuatan pintu air komposit modular tersebut akan dibangun sebanyak tiga unit di Keluarahan Kramatsari (1 unit), Pekalongan Barat ,dan Kelurahan Seruni (2 unit), Pekalongan Timur. Ketiga unit pintu air ini akan dikerjakan pada Oktober-November 2018.
“Melalui pembangunan pintu air komposit ini diharapkan bisa mengurangi dampak banjir rob di Kota Pekalongan. Secara bertahap, rencangan pintu air ini akan dibangun di 14 titik pintu air di Pekalongan agar hasilnya bisa lebih maksimal,” ujar Joko.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 1 Oktober 2018