Beragam kegiatan petani berkaitan dengan metode adaptasi perubahan iklim di bidang pertanian kini bisa diakses masyarakat luas melalui laman web Warung Ilmiah Lapangan. Data itu bisa jadi rujukan bagi petani dalam menentukan strategi antisipasi cocok tanam di tengah ketidakteraturan musim, ancaman iklim ekstrem, dan kemungkinan serangan hama.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Petani menyiapkan lahan untuk ditanami padi di areal persawahan Desa Peguyangan, Denpasar Utara, Denpasar, Bali, Senin (23/7/2018).
Laman web Warung Ilmiah Lapangan dan aplikasi omplong atau sistem informasi data agrometeorologi petani diluncurkan secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia Rosari Saleh di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (4/12/2018). Laman itu menyajikan beragam kegiatan petani, termasuk aplikasi data curah hujan dan agroekosistem yang memungkinkan petani mengunggah dan mengunduh data yang dihimpunnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Website dan sistem informasi data ini merupakan hasil dari program Warung llmiah Lapangan (WIL) yang dikembangkan Universitas Indonesia. Harapannya, website itu menjadi sarana berbagi hasil pembelajaran transdisiplin dan multidisiplin dalam menanggapi persoalan yang dihadapi masyarakat, khususnya para petani Indonesia,” katanya.
–Tampilan depan laman web Warung Ilmiah Lapangan.
Adapun metode pembelajaran yang terdapat pada program WIL seperti cara mengukur curah hujan setiap hari, cara mengamati dan mendokumentasikan kondisi agroekosistem lahan pertanian, cara mengevaluasi hasil panen, dan cara mengelola kegiatan WIL oleh petani sendiri.
Selain itu, petani diajarkan untuk menyebarluaskan skenario musiman untuk tiga bulan ke depan yang diperbarui setiap bulan, menyajikan pengetahuan baru yang dibutuhkan petani sesuai kondisi di lahannya, dan melaksanakan eksperimen sama-sama menang (win-win solution) di lahan petani.
Metode itu membantu petani dalam mengembangkan kemampuan analisis, antisipasi, dan pengambilan keputusan tentang strategi budidaya tanaman yang lebih jitu dalam menghadapi kondisi iklim tertentu. Hal ini dilakukan melalui pengamatan lebih rinci, cermat, dan tercatat atas kondisi lahan yang dikelolanya.
”Sepatutnya catatan dan pengalaman petani itu didokumentasikan secara saksama dan sistematis. Web ini bisa menjadi media tepat agar dokumentasi yang telah dikumpulkan bisa tersimpan baik,” kata Wakil Ketua WIL, yang juga dosen departemen antropologi UI, Rhino Ariefianyah.
Ia melanjutkan, melalui laman web ini, pengalaman dan pengetahuan yang telah dilakukan petani melalui program WIL juga sekaligus dapat menginspirasi pada petani lain di Indonesia serta masyarakat luas, mulai dari akademisi, praktisi, berbagai pihak kepentingan lainnya.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 5 Desember 2018