Guna menyiasati tanda-tanda musim yang tak jelas lagi, petani rumput laut, nelayan, dan penyedia jasa penyeberangan antarpulau di Kota dan Kabupaten Kupang memanfaatkan aplikasi SMS Penting. Melalui program Smesta itu, mereka mendapat pesan singkat berisi informasi musim dan cuaca untuk menunjang aktivitas.
”Kami memanfaatkan informasi cuaca dari web Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),” kata Public Outreach Officer Perkumpulan Pikul Danny Wetangterah saat kunjungan lapangan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) di Kupang, Kamis (13/11). LSM Pikul menjalankan program itu.
ICCTF mendanai Smesta dengan anggaran Rp 490 juta yang berjalan sejak Juli 2014. Saat ini, pengguna layanan SMS Penting 1.084 orang. Smesta dilatarbelakangi minimnya warga yang mengakses informasi cuaca dan musim serta kesulitan memahami data BMKG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tanpa kemampuan mengantisipasi musim dan cuaca, petani dan nelayan merugi. Petani berisiko gagal panen karena salah memperkirakan awal musim tanam. Nelayan juga bisa kehilangan nyawa. ”Tiga tahun terakhir, 12 kapal nelayan tenggelam atau rusak karena terlambat memprediksi cuaca buruk,” kata Danny.
Koordinator program Smesta Kota Kupang, Un Weo, mengatakan, program itu membantu petani rumput laut di Tablalong, Kupang, menghindari risiko kerugian pada Agustus 2014. Petani yang mematuhi peringatan dini cuaca buruk menarik rumput laut ke daratan dan terhindar dari potensi kerugian Rp 10 juta, sedangkan petani yang mengabaikan peringatan dini merugi.
Menurut Kepala Bidang Informasi Perubahan Iklim Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Nasrullah, tanda-tanda alam untuk membaca pergantian musim dan cuaca tak bisa lagi dijadikan satu-satunya pegangan. ”Tanda-tanda alam semakin tak terlihat,” ujarnya.
Contohnya, daerah Timor yang biasa mendapat hujan pertama pada 31 Oktober tahun ini bergeser 7 November. Hujan pertama dipakai petani Timor memperkirakan awal musim. (JOG)
Sumber: Kompas, 14 November 2014