Sebuah kasus penularan bakteri Escherichia coli dari anjing ke manusia dilaporkan di Finlandia. Kasus ini kemungkinan adalah kasus pertama kali yang dilaporkan di dunia.
KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Timbunan salju menumpuk di sepanjang jalan di Kampung Santa Klaus, Rovaniemi, Finlandia, Minggu (30/4/2017). Anjing hound Ffnlandia adalah jenis anjing yang sering dipelihara penduduk Finlandia.
Penularan itu dilaporkan dalam penelitian berjudul ”Berbagi Lebih dari Persahabatan: Transmisi Escherichia coli NDM-5 ST167 dan CTX-M-9 ST69 antara Anjing dan Manusia dalam Keluarga, Finlandia, 2015” itu dimuat dalam jurnal Eurosuveillance 5 Juli 2018 yang disiarkan sciencedaily.com 9 Juli 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut di antaranya Thomas Grönthal dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Helsinki, Finlandia, dan Merja Rantala dari Otoritas Keamanan Pangan Finlandia.
Penelitian tersebut awalnya adalah meneliti kekebalan bakteri terhadap antibiotika karbapenem yang disebabkan oleh enzim yang dihasilkan bakteri E coli penghasil enzim tersebut yaitu New Delhi-metallo-beta-laktamase (NDM). Antibiotika karbapenem masih diperbolehkan digunakan pada manusia, tetapi sejak 2014 pemerintah melarang penggunaannya pada hewan.
Sebagian anggota Komunitas Himpunan Trah Anjing Kintamani Bali, Sabtu (19/3/2016), di sela-sela FCI Asia Pacific Section Dog Show 2016 di Ecovention, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Resistensi antiobiotika dilaporkan terjadi di anjing dan manusia.
Di Finlandia, bakteri penghasil karbapenemase telah ditemukan pada manusia, meskipun kasusnya masih jarang, dengan 20-34 kasus baru setiap tahun pada tahun 2013-2016. Lebih dari setengah dari kasus mungkin ditularkan dari luar negeri. Bakteri tersebut belum pernah diidentifikasi pada hewan di Finlandia.
Namun, pada musim semi tahun 2015, E coli yang kebal meropenem didiagnosis dari dua spesimen telinga anjing di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKH Universitas Helsinki. Para pasien adalah dua anjing hound finlandia, anjing A (5 tahun) dan anjing B (2 tahun), yang tinggal di keluarga yang tinggal di perdesaan Finlandia timur.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI–Seekor anjing disteril dalam program sterilisasi bersubsidi yang diselenggarakan Forum Komunikasi Dokter Hewan se-Magelang di Puskesmas Hewan Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/4). Anjing sering terkena penyakit, seperti radang telinga, yang disebabkan bakteri.
Kedua anjing memiliki riwayat panjang otitis eksterna atau radang telinga bagian luar yang berulang. Faktor yang menyebabkan tidak teridentifikasi. Anjing A terkena otitis eksterna pertama pada Februari 2013, ketika dokter hewan setempat mendiagnosis peradangan telinga dengan pertumbuhan jamur berlebihan di telinga kanan anjing. Anjing B mulai mengalami masalah telinga pada Oktober 2013. Kedua anjing terus mengalami gejala infeksi telinga berulang meskipun sudah diobati adengan antibiotika topikal dan sistemik dan terapi non-antimikroba, termasuk kortikosteroid.
Keluarga pemilik anjing terdiri dari dua orang dewasa dan satu-satunya hewan adalah anjing-anjing tersebut. Kedua anggota keluarga berasal dari etnis Finlandia. Anjing-anjing itu tinggal bersama di halaman berpagar dengan rumah anjing. Anjing digunakan untuk berburu kelinci. Makanan anjing terutama terdiri dari kelinci dan jeroan rusa, di samping makanan anjing komersial. Anjing-anjing dibawa ke hutan untuk berburu atau berlatih sekitar tiga kali per minggu.
Anjing-anjing itu tidak bepergian ke luar Finlandia dan tidak pernah berhubungan dengan hewan lain saat di rumah. Namun, saat berburu, mereka memiliki kontak dengan hewan liar, terutama kelinci, tetapi mungkin juga dengan tikus. Anggota keluarga manusia telah mengunjungi Estonia, Swedia, Norwegia, dan Kroasia dalam dua tahun sebelumnya. Riwayat medis mereka menunjukkan pernah dirawat inap di Finlandia, tetapi tidak di luar negeri.
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO–Rusa di Istana Bogor, Jumat (28/4/2014). Di Finlandia, rusa juga menjadi hewan buruan, jeroannya menjadi makanan anjing di sana.
Temuan luar biasa ini mengawali penyelidikan epidemiologi dan molekuler bersama dengan Otoritas Keamanan Pangan Finlandia dan Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional.
Persetujuan tertulis untuk penyelidikan epidemiologi diperoleh dari pemilik anjing. Investigasi mencakup garis waktu hingga dua tahun sebelum temuan. Rekam medis anjing diperoleh dari dokter hewan yang merawatnya. Pemilik diminta untuk mengisi kuesioner elektronik yang mencakup riwayat medis mereka, termasuk rawat inap, kontak manusia dan hewan, riwayat perjalanan dan kondisi hidup anjing.
”Melalui analisis genom bakteri, kami menyimpulkan bahwa isolat bakteri dari anjing dan manusia adalah identik, yang berarti bahwa mereka ditularkan antara anjing dan manusia,” kata Thomas Grönthal.
Studi ini mungkin yang pertama dilakukan di dunia, di mana penularan bakteri E coli NDM-5 antara anjing dan manusia telah dibuktikan. Bakteri E coli NDM-5 sangat jarang pada anjing. Bakteri E coli NDM-5 hanya pernah diisolasi di Aljazair sebelumnya. Bakteri kebal karbapenem lainnya telah dilaporkan pada anjing di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman.
–Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Yantyati Widyastuti, menunjukkan contoh penyimpanan mikroba Actinomycetes di lemari pendingan di Laboratorium Pusat Penelitian Bioteknologi di Cibinong Science Centre di Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (24/10/2011). Mikroba ini merupakan hasil penelitian bersama lembaga riset Jepang dan dapat dimanfaatkan untuk bahan antibiotik. Kekebalan terhadap bakteri menjadi masalah dewasa ini.
”Bakteri E coli NDM-5 mungkin pindah dari manusia ke anjing karena bakteri ini belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada hewan di Finlandia,” kata Merja Rantala.
Bakteri E coli yang terinfeksi pada manusia menyebabkan masalah kesehatan, terutama pencernaan.–SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 10 Juli 2018