Daya juang gerakan literasi berbasis masyarakat perlu terus dirawat secara berkesinambungan. Semangat memberdayakan masyarakat melalui gerakan intelektual pada gilirannya menopang gerakan literasi nasional berkelanjutan.
Dalam kaitan itu, perpustakaan perlu diperkuat dan dikembangkan sebagai pusat belajar masyarakat yang inovatif seirama dengan perkembangan teknologi informasi. Sebab, perpustakaan memiliki potensi untuk mengintegrasikan program literasi dengan upaya gerakan literasi nasional melalui strategi secara nasional dan lokal.
Demikian tanggapan yang terhimpun, Selasa (19/4), terkait dengan perkembangan gerakan literasi berbasis masyarakat. Tanggapan, antara lain, dikemukakan oleh Direktur Program PerpuSeru Erlyn Sulistyaningsih yang ditopang data analisis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya mentransformasi perpustakaan salah satunya lewat program PerpuSeru. Program ini merupakan bagian dari Global Library Initiative’ Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF) yang dalam waktu lebih kurang dua dekade ini telah menjangkau sedikitnya 253 juta orang melalui 28.000 perpustakaan di lebih dari 144 negara, termasuk Indonesia.
Di seluruh dunia, perpustakaan terbukti bisa ikut berperan menyediakan kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya, keluar dari ketidaksetaraan dan kemiskinan lewat keterbukaan akses informasi digital dan pengetahuan.
Di banyak tempat, perpustakaan bahkan merupakan satu-satunya tempat yang dapat menyediakan akses pendidikan informal, layanan internet, dan layanan utama lainnya.
Dengan memanfaatkan keberadaan perpustakaan umum yang sudah ada, program PerpuSeru difokuskan pada upaya memberdayakan jutaan warga, mendorong inovasi dan kreativitas baru, serta menyediakan berbagai pengetahuan praktis yang relevan. Kecakapan yang dimaksud khususnya bagi para perempuan, pemuda, dan pengusaha mikro (UKM).
Hal ini juga relevan dengan peran perpustakaan mendukung pencapaian Sustainable Development Goal (SDG) yang juga telah diadopsi oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan program dan kebijakan kesehatan, pendidikan, serta pengembangan ekonomi.
Erlyn Sulistyaningsih mengatakan, salah satu pilar utama dari keberlanjutan program PerpuSeru adalah terjalinnya kemitraan yang strategis antar-pemangku kepentingan. Yang paling utama adalah dukungan pemerintah daerah sebagai bagian dari motor penggerak perpustakaan di wilayah mereka.
Komitmen ini menjadi sangat penting karena pada akhirnya setiap perpustakaan mitra PerpuSeru harus mampu mandiri dengan terus bekerja sama dengan seluruh perangkat di daerahnya. Hal ini untuk memastikan agar program dan kehadirannya dapat terus relevan dengan tujuan pembangunan daerah mereka.
Titie Sadarini, Direktur Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia, mengungkapkan, program PerpuSeru diperluas yang merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Sejak tahun 2011, program PerpuSeru telah berhasil mendorong terjadinya berbagai perubahan positif pada lebih dari 3,5 juta penduduk Indonesia melalui peningkatan layanan dan berbagai pelatihan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lewat perpustakaan.
“Kami berharap bisa merangkul lebih banyak lagi perpustakaan daerah lainnya sehingga potensi perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat bisa terus dioptimalkan, khusus-nya dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah,” kata Titie.
Setelah melewati dua fase kemitraan dengan lebih dari 118 perpustakaan kabupaten dan desa, Coca-Cola Foundation Indonesia melalui program PerpuSeru kembali memperluas cakupan kemitraan. Pada periode 2016 hingga 2018, setidaknya akan ada 550 perpustakaan umum di 99 kabupaten dan 451 desa yang akan masuk sebagai mitra PerpuSeru.
Dalam workshop UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL) di Hamburg, Jerman, baru-baru ini, diakui peran perpustakaan yang penting untuk mendukung gerakan literasi nasional.
Ada banyak contoh kisah sukses soal ini. Perpustakaan mendapat kepercayaan yang kuat dari masyarakat dan diposisikan sebagai penyedia literasi yang lebih luas. Cakupannya lintas generasi, dari anak-anak, pemuda, hingga orang dewasa.
Direktur Arne Carlsen mengatakan, dalam mempromosikan literasi untuk semua, perpustakaan diletakkan sebagai agenda program literasi dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan. (ELN/C02/*)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 April 2016, di halaman 12 dengan judul “Perkuat Perpustakaan sebagai Pusat Belajar Masyarakat”.