Indonesia berkomitmen mengurangi pencemaran laut, khususnya sampah plastik. Untuk itu, Indonesia memperkuat kerja sama di Asia Timur dalam penanganan sampah plastik di perairan.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Tavares mengatakan, sampah plastik di laut jadi perhatian nasional, regional, hingga internasional, karena masalah lingkungan itu dialami banyak negara dan lintas batas wilayah. Sampah plastik tak hanya mencemari lautan, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia.
“Soal pencemaran laut akibat sampah plastik kami bahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur,” kata Jose seusai membuka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur tentang Pemberantasan Sampah Plastik di Laut, di Kabupaten Badung, Bali, Rabu (6/9). Jose mewakili Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi membuka KTT Asia Timur itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jose menyatakan, KTT Asia Timur itu diadakan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru. Konferensi itu menindaklanjuti pernyataan bersama KTT Asia Timur tentang peningkatan kerja sama maritim regional diprakarsai Indonesia pada 2015.
Stephen Harris, perwakilan Pemerintah Selandia Baru dari Kementerian Urusan Luar Negeri dan Perdagangan menyatakan, pemerintahnya bekerja sama dengan negara-negara di Asia Timur untuk membahas penyelesaian soal pencemaran laut akibat sampah plastik. Sampah plastik jadi masalah global.
Menurut Jose, Indonesia menyiapkan rencana aksi nasional untuk mengurangi sampah plastik. Itu akan diusulkan sebagai referensi penyusunan rencana aksi regional di Asia Timur.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin menambahkan, Indonesia menyiapkan strategi menekan volume sampah plastik. Itu dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia dan Rencana Aksi Nasional 2017-2025. “Indonesia berkomitmen mengatasi sampah plastik sampai 70 persen sebelum 2025,” ujarnya.
Koordinator Aliansi Global untuk Insinerator Alternatif Asia Pasifik Froilan Grate dari Filipina mengatakan, penanganan sampah plastik di laut harus dimulai dari pengelolaan sampah yang baik di darat. (COK)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Perkuat Kerja Sama Regional Asia Timur”.