Pemanfaatan BPPT Perlu Diperkuat
Peran teknologi dalam kehidupan dan pembangunan ekonomi di masa depan akan semakin besar. Untuk itu, inovasi teknologi dan pembangunan industri berbasis teknologi harus terus didorong. Peran lembaga riset dan penerapan hasilnya pun harus diperkuat.
“Peran BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) tidak bisa seperti sekarang, kurang dimanfaatkan. Ke depan, harus lebih bagus,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat pembukaan Kongres Teknologi Nasional 2017, di Auditorium BPPT, Jakarta, Senin (17/7).
Pemanfaatan riset dan inovasi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada 2030 diprediksi memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) kelima di dunia. Forum Ekonomi Dunia (WEF) memprediksi PDB Indonesia saat itu 5,4 triliun dollar AS atau setara Rp 72.000 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Itu akan membuat Indonesia lepas dari jebakan masyarakat berpendapatan menengah dengan pendapatan per kapita 29.000 dollar AS (setara Rp 386 juta),” ujarnya.
Hal itu akan tercapai jika didukung berbagai lembaga. BPPT tak mungkin menyelesaikan semua masalah bangsa sendirian. Selain itu, semua pihak harus menciptakan suasana yang mendukung agar ekonomi tumbuh optimal.
Namun, Luhut mengakui, soal koordinasi dan integrasi kebijakan terkait untuk menopang pembangunan lemah. “Kini kian baik, salah satunya dibuktikan proyek LRT (kereta ringan) yang sejak perencanaan terintegrasi agar hasilnya terlihat cepat,” ujarnya.
Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, berbagai proyek infrastruktur transportasi, mulai dari pembangunan kapal untuk program tol laut, kereta cepat Jakarta-Surabaya, hingga penyediaan transportasi massal perkotaan butuh sentuhan teknologi.
Kebutuhan akan teknologi bukan hanya pada sarana dan prasarana transportasinya, melainkan juga sistem pengaturan, pemantauan atau penjejakan angkutan, jadwal moda angkutan terkoneksi, dan sistem pembayaran. Teknologi membuat semua sistem lebih efisien dan meningkatkan kandungan dalam negeri industri transportasi.
Dengan kondisi itu, Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, KTN digelar untuk memberi rekomendasi kebijakan tentang tantangan pengembangan teknologi saat ini dan masa depan bagi pemerintah, akademisi, dan industri. Penerapan rekomendasi itu diharapkan membuat terobosan yang mendorong inovasi dan industri dalam negeri.
Sebagai contoh, masalah besar transportasi adalah kelambatan, daya angkut, dan keselamatan rendah. “Teknologi transportasi massal dan integrasi intermoda mendesak dilakukan,” katanya
Terobosan
Saat peran BPPT dalam pengembangan teknologi masih diharapkan, BPPT sudah membuat berbagai terobosan. Salah satu yang diresmikan pada pembukaan KTN kemarin oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur ialah sistem e-Performance Based Budgeting atau Sistem Elektronik Perencanaan, Penganggaran, dan Informasi Kinerja Terintegrasi (Sepakat).
Aplikasi itu dibuat untuk mengatasi besarnya pemborosan anggaran belanja teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah. Tingkat utilitas sarana TIK hanya 30 persen.
Selain itu, beragam aplikasi yang dipakai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah membuat pengendalian dan pemantauan perencanaan dan penganggaran sulit dilakukan. Dengan Sepakat, berbagai persoalan itu bisa diatasi.
Pada saat bersamaan, BPPT meluncurkan outlook teknologi kesehatan. Dalam tinjauan itu, BPPT memprediksi perkembangan teknologi pengembangan bahan baku obat kimia dan herbal, biofarmasi dan alat kesehatan sampai 2035.(MZW/YUN)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Juli 2017, di halaman 14 dengan judul “Peran Inovasi Teknologi ke Depan Kian Penting”.