Penyakit Infeksi Baru Masih Mengancam

- Editor

Jumat, 8 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebagai negara dengan kekayaan hayati dan keanekaragaman jenis fauna yang tinggi di dunia, Indonesia rentan terhadap ancaman penyakit bersumber binatang atau zoonosis. Interaksi antara manusia, hewan, dan lingkungan hidup menjadi salah satu faktor munculnya penyakit infeksi baru (emerging infectious disease).

Dalam 11 tahun terakhir, sebanyak 167 orang meninggal karena flu burung dari 199 orang yang tertular virus H5N1. Kasus itu tersebar di 15 provinsi dan 58 kabupaten atau kota.

–Petugas berada di laboratorium virologi dan BSL3, laboratorium Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan di Jakarta, Kamis (14/8/2014). Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan memiliki 10 laboratorium yang telah mendapat akreditasi darn laboratorium rujukan WHO untuk penyakit polio, campak, pemeriksaan specimen flu burung dan demam berdarah.–Kompas/Raditya Helabumi

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kesehatan lingkungan berpengaruh pada kesehatan manusia dan hewan khususnya satwa liar. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan setiap tahun lebih dari 12 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat lingkungan yang tidak sehat,” kata Indra Eksploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/6/2018).

–Tim Gabungan dari Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kota Bandar Lampung mengambil sample dari seekor ayam di rumah warga di Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung, Senin (23/1/2017). Hal ini guna menindaklanjuti dugaan penyebaran flu burung di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung.–Kompas/Angger Putranto

Salah satu kondisi yang meningkatkan risiko munculnya penyakit zoonosis adalah alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman atau perkebunan. Hal ini menyebabkan interaksi antara satwa liar dengan manusia serta ternak akan semakin tinggi.

Padahal, berbagai literatur menyatakan reservoir penyakit zoonosis paling tinggi ada di satwa liar seperti burung migran, kelelawar, monyet ekor panjang, dan tikus. (ADH)

Sumber: Kompas, 8 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB