Pemerintah Siapkan Enam Langkah
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, jauh dari target Tujuan Pembangunan Milenium. Perlu intervensi banyak pihak untuk mengejar target mengingat kompleksnya persoalan di lapangan.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) masih 359 jiwa per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Sensus Penduduk (SP) 2010 AKI masih 259 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target AKI dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun target AKI dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014 sebesar 118.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, Sabtu (19/4), mengatakan, Kementerian Kesehatan tidak hanya akan melihat AKI hasil penghitungan SDKI dan SP yang metodenya berbeda. ”Kemenkes lebih mencermati angka kematian ibu absolut yang dari tahun 2012 ke tahun 2013 meningkat dari 4.986 menjadi 5.019 kasus,” kata dia di Jakarta.
Angka kematian ibu absolut adalah jumlah kasus kematian ibu dalam setahun.
Lebih dari separuh kematian ibu saat ini terjadi di provinsi dengan populasi penduduk tinggi, seperti Jabar, Jateng, Jatim, DKI Jakarta, Banten, Sumsel, Sumut, Lampung, dan Sulsel. Oleh karena itu, fokus penurunan AKI ada di provinsi-provinsi itu.
Tingginya AKI, kata Anung, tak terpisah dari banyaknya kehamilan di bawah 20 tahun. Dalam konteks menunda kehamilan pertama, program Keluarga Berencana belum berhasil.
Dari sisi pelayanan kesehatan, mutu layanan yang belum merata masih jadi persoalan dalam menekan AKI. Sistem rujukan yang belum berjalan mulus ditambah rendahnya kesadaran masyarakat soal kegawatdaruratan turut memicu tingginya AKI.
Menurut Anung, perlu intervensi terus-menerus di berbagai bidang oleh berbagai pihak. Bukan hanya fasilitas layanan kesehatan yang berperan, melainkan juga sekolah, masyarakat, dan keluarga. ”Harapannya, intervensi yang kontinu menurunkan angka absolut kematian ibu,” kata dia.
Tahun 2015, Kemenkes menargetkan AKI absolut tahun 2013 turun 15-20 persen.
Kasus hipertensi
Dokter kebidanan dan kandungan pengasuh rubrik konsultasi kehamilan di kompas.com, Achmad Mediana, menjelaskan, ibu hamil dengan hipertensi banyak ditemui tak hanya di daerah, tetapi juga perkotaan. Aktivitas fisik kurang, obesitas karena kebanyakan mengonsumsi makanan cepat saji dan kurang asupan antioksidan, stres, serta polusi menjadi penyebabnya.
Hipertensi pada ibu hamil berisiko menimbulkan pre-eklampsia, bahkan eklampsia, saat persalinan. Pre-eklampsia adalah kerusakan sistem pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran protein dari pembuluh darah. Seluruh tubuh bengkak. Kelenturan pembuluh darah yang buruk jadikan jantung bekerja lebih keras sehingga tekanan darah naik.
Eklampsia ialah pre-eklampsia disertai kejang. ”Belum diketahui penyebab pasti pre-eklampsia. Pemicu kejang juga tidak tahu,” ujar Achmad.
Dihubungi dari Jakarta, bidan di Puskesmas Padang Serai, Kota Bengkulu, Emi Suhana, menuturkan, 30 persen ibu hamil di Teluk Sepang yang daerah pinggiran kota mengalami tekanan darah tinggi. Itu disebabkan asupan makanan yang tak memperhatikan keseimbangan gizi.
Anung mengatakan, guna mengejar target penurunan AKI, Kemenkes mengintervensi 6 hal: meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, melengkapi kebutuhan obat, manajemen informasi dan regulasi, memberdayakan warga, mendorong litbang, serta membangun jejaring. (ADH)
Sumber: Kompas, 21 April 2014