Pengolahan Emas, Alternatif Teknologi untuk Ganti Merkuri

- Editor

Selasa, 16 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ada banyak pilihan teknologi untuk mengganti merkuri yang selama ini banyak digunakan untuk memproses pemisahan emas dari batu mineral. Beberapa teknologi bahkan tidak menggunakan zat kimia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sedang melakukan kajian tentang teknologi alternatif pengganti merkuri.

”Untuk membuat konsentrasi emas bisa dilakukan tanpa bahan kimia, murni mekanis,” kata Yuyun Ismawati dari organisasi non-pemerintah Balifokus, dari Londong, yang dihubungi Kompas pada akhir pekan lalu. Yuyun menanggapi hasil kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) soal penggunaan sianida dalam proses mendapatkan emas dari batu mineral.

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN–Ribuan pohon sagu di kaki Gunung Botak, Kabupaten Buru, Maluku, mati akibat terpapar sejumlah zat kimia termasuk merkuri yang dipakai petambang untuk mengolah emas hasil tambang liar seperti tampak pada Rabu (8/11/2017). Hingga kini, penambangan dan penggunaan merkuiri masih terus berlanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yuyun melakukan penelitian mendalam soal penambangan emas dan proses pengolahannya sampai mendapatkan emas. Dia mengatakan, beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat konsentrasi emas tanpa bahan kimia antara lain menggunakan sistem sentrifugal, meja getar, dan sistem putar.

KOMPAS/FRANS PATI HERIN–Seorang pengojek sepeda motor pada Rabu (8/11/2017) mengangkut material hasil tambang dari puncak Gunung Botak menuju lereng untuk diolah menjadi emas. Lokasi tambang berikut pengolahan menggunakan merkuri di Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku, itu telah merusak lingkungan.

Untuk mineral dengan konsentrasi emas 6 gram per ton dan yang lebih besar bisa dengan meja getar. ”Tidak perlu dihaluskan,” ujar Yuyun. Beberapa teknologi pengolahan emas yang mekanistik itu telah digunakan di beberapa negara Afrika.

Jika penggunaan sianida dilegalkan, jumlah pengguna akan masif. ”Siapa yang akan melakukan pemantauan, pengawasan, dan siapa (yang akan ) memastikan mereka patuh dengan cara yang disusun. Apakah pemerintah daerah bisa memonitor untuk selanjutnya?” katanya.

Secara terpisah, Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, pihaknya membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengembangkan teknik pengolahan emas tanpa merkuri. Pada Tahun Anggaran 2018, KLHK berencana membangun fasilitas pengolahan emas di pertambangan rakyat di 14 kabupaten.

Beberapa teknik proses pengolahan emas yang diteliti BPPT adalah teknik perlindian menggunakan sianida, tiosulfat, dan tiourea. Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral BPPT Dadan M Nurjaman mengatakan, BPPT menentukan pilihan atas pertimbangan keekonomian, kemudahan teknologi, ketersediaan bahan pengolahan dan yang penting dampak lingkungan dan harus dikelola.

Dalam pengkajian sejak 2014, terpilih sianida karena memiliki kelebihan, antara lain daya larut kuat hingga 90 persen untuk mengekstrak emas hingga membentuk senyawa emas yang stabil. ”Ini lebih baik ketimbang merkuri yang mengekstraksi bijih emas hanya 50 persen,” ujar Dadan. (ISW/YUN)

Sumber: Kompas, 16 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB