Penginderaan Jauh, Bantu Percepat Pembangunan Ekonomi

- Editor

Rabu, 18 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemanfaatan data penginderaan jauh (inderaja) membuat sejumlah kegiatan ekonomi menjadi lebih efisien hingga mempercepat laju pembangunan ekonomi. Namun, jumlah ahli dan praktisi yang mampu mengolah dan menganalisis data inderaja, khususnya di daerah, amat kurang.

“Ke depan, teknologi inderaja makin diharapkan guna mendukung program pemerintah dan percepatan pembangunan ekonomi,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Monty Giriana dalam Seminar Nasional Inderaja 2017 di Depok, Selasa (17/10).

Manfaat ketersediaan data inderaja dengan berbagai tingkat resolusi itu diungkapkan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Selatan Andi Muhammad Yamin. “Proses perencanaan industri, penentuan lokasi aneka proyek, dan potensi investasi bisa dilakukan lebih cepat,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di Indonesia, data inderaja sudah dimanfaatkan untuk pendataan sumber daya alam, seperti penghitungan luas hutan, perkebunan, dan potensi sumber air. Inderaja juga dimanfaatkan untuk pemantauan lingkungan, seperti pengecekan lokasi longsor dan pemantauan titik panas pemicu kebakaran hutan-lahan.

Mulai tahun 2017, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sebagai lembaga yang menyediakan data inderaja nasional mulai menyediakan peta inderaja resolusi sangat tinggi, yakni 50 sentimeter (cm). Artinya, citra satelit inderaja bisa menangkap obyek di muka Bumi berukuran 50 cm x 50 cm.

“Data itu diterima secara langsung oleh stasiun Bumi Lapan, bukan lagi dibeli sesuai kebutuhan, sehingga informasi yang diharapkan bisa diperoleh lebih cepat dan efektif,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin.

Peta inderaja resolusi amat tinggi dipakai untuk keperluan lebih luas, seperti penentuan obyek pajak dan pemantauan fase pertumbuhan padi guna pendistribusian pupuk bersubsidi hingga pembuatan peta desa.

Data inderaja juga bisa dimanfaatkan untuk menentukan zona penangkapan ikan, prediksi cuaca dan iklim, serta pembuatan berbagai informasi tematik untuk perencanaan pembangunan. Namun, sektor pertambangan dan penentuan zona pariwisata belum banyak memanfaatkan data inderaja.

Makin luas
Saat ini, ada 18 kementerian atau lembaga, 30 provinsi, 5 perusahaan swasta, dan 10 perguruan tinggi yang sudah memanfaatkan data inderaja Lapan. Untuk memenuhi kebutuhan yang besar dan spesifik, Lapan menyiapkan Bank Data Inderaja Nasional.

“Bank data akan membuat lembaga yang memerlukan data inderaja tak perlu mengopi data melalui Lapan, tetapi bisa langsung mengunduh dan mengolahnya di mana pun berada,” kata Deputi Bidang Inderaja Lapan Orbita Roswintiarti.

Meski kebutuhan terus meningkat, tenaga yang mampu meriset, mengolah, dan menganalisis data inderaja masih sangat terbatas. “Kebutuhan ilmuwan data ke depan akan semakin besar karena data yang terkumpul di era digital makin banyak,” kata Guru Besar Teknik Komputer Universitas Indonesia Kalamullah Ramli.

Untuk memenuhi tenaga yang mampu mengolah dan menganalisis data inderaja, Lapan secara rutin mengadakan pelatihan bagi staf dari sejumlah lembaga. “Bimbingan teknis itu diharapkan mampu memenuhi kekurangan tenaga yang mampu mengolah data inderaja secara mandiri tanpa perlu mengandalkan Lapan,” ucap Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M Rokhis Khomarudin.(MZW)

Sumber: Kompas, 18 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB