Pengendalian Nyamuk Menjadi Kunci

- Editor

Selasa, 25 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dampak sejumlah penyakit yang ditularkan nyamuk di Indonesia bisa ditekan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kasus penyakit yang ditularkan nyamuk masih tinggi sehingga menimbulkan beban biaya penanganan besar. Untuk itu, pengendalian nyamuk tetap harus digalakkan.

“Nyamuk menyebabkan kesakitan, kematian, dan difabilitas. Karena itu, penting untuk kita memutus rantai penularan penyakit yang disebabkan nyamuk,” kata Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dalam peringatan Hari Pengendalian Nyamuk, Kamis (24/8), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sejauh ini, Indonesia berhasil menekan dampak berbagai penyakit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Contohnya, angka kematian akibat demam berdarah menjadi kurang dari 1 persen. “Angka disabilitas akibat filariasis (kaki gajah) juga turun secara bermakna,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Namun, kita tak boleh tinggal diam,” kata Nila. Sebab, angka kasus penyakit disebabkan nyamuk tinggi dan penanganannya butuh biaya tinggi. Contohnya, tahun 2016 ada 204.171 kasus demam berdarah di Indonesia dan pengobatannya menghabiskan Rp 986 miliar.

Terkait hal itu, masyarakat diimbau menggalakkan pengendalian nyamuk. Cara mencegah penyakit ditularkan nyamuk ialah menghindari gigitan nyamuk dan mengendalikan sarang nyamuk.

Gigitan nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan sejumlah metode, misalnya memasang kelambu atau menanam tanaman yang bisa mengusir nyamuk. Adapun pengendalian sarang nyamuk bisa dilakukan dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, dan memanfaatkan barang bekas yang bisa menampung air.

Nila menambahkan, pengendalian penyakit disebabkan nyamuk perlu melibatkan instansi terkait, misalnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga perlu dilibatkan karena area pertambangan rawan menjadi sumber penyakit ditularkan nyamuk.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Asjikin Iman Hidayat menambahkan, Hari Pengendalian Nyamuk diperingati tiap tanggal 20 Agustus untuk mengenang penemuan parasit Plasmodium yang menyebabkan malaria oleh dr Ronald Ross dari Inggris pada 1897. Momentum itu untuk mengingatkan masyarakat pentingnya terus memberantas sarang nyamuk. (HRS)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Agustus 2017, di halaman 14 dengan judul “Pengendalian Nyamuk Menjadi Kunci”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB