Pengembangan Produk Halal Butuh Riset

- Editor

Selasa, 7 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tren produk makanan dan minuman halal di dunia meluas hingga ke negara-negara berpenduduk mayoritas non-Muslim. Sementara teknologi pangan terus berkembang. Untuk membantu memastikan produk itu halal atau tidak, perlu riset dan fasilitas laboratorium memadai.
Direktur Lembaga Internasional Pelatihan dan Riset Halal (INHART) Prof Irwandi Jaswir mengemukakan hal itu di sela-sela World Halal Summit (WHS) 2015, Jumat (3/4), seperti dilaporkan wartawan Kompas, Adhitya Ramadhan, dari Kuala Lumpur Convention Center (KLCC), Kuala Lumpur, Malaysia.

Irwandi mengatakan, perkembangan industri pengolahan pangan yang kompleks jadi tantangan lembaga sertifikasi halal. Tantangan lain, diversifikasi bahan pangan yang dipakai industri dalam membuat produk.

6halal-foodSetiap tahapan produksi makanan olahan berisiko terkontaminasi. Sementara konsep halal yang disyaratkan semua lembaga sertifikasi halal ialah pada semua tahapan produksi memenuhi standar halal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mencontohkan, standar halal diterapkan mulai dari rumah potong hewan, pemakaian logistik, transportasi, pengemasan, hingga distribusi. “Jadi, tak ada kontaminasi komponen yang dilarang seperti alkohol pada minuman,” ujarnya.

Sertifikasi halal
Pada situasi seperti itu, peran teknologi jadi penting untuk membantu proses sertifikasi halal. Irwandi mencontohkan, fourier transform infrared (FTIR), teknik spektroskopi yang dipakai untuk analisis cepat kontaminasi kandungan lemak babi.

Contoh lain, hidung elektronik (electronic nose/e-nose) yang dikembangkan International Islamic University of Malaysia (IIUM). E-nose dipakai untuk deteksi kandungan etanol terutama dalam minuman.

Selain penggunaan teknologi untuk membantu proses sertifikasi halal suatu produk, ada juga riset bahan pangan yang halal. Misalnya, muncul inisiatif mencari bahan pengganti pembentuk gelatin selain dari babi. Selain itu, ada studi karotenoid yang sedang berlangsung. Karetonoid berpotensi tinggi menjadi salah satu bahan makanan yang halal di kemudian hari.

Associate Profesor Dzulkifly Mat Hashim dari Lembaga Riset Produk Halal Universiti Putra Malaysia (UPM) mengatakan, dalam proses sertifikasi halal, konsep halal harus diturunkan ke dalam ukuran ilmiah tertentu sehingga bisa terukur. Contohnya, ketika dinyatakan alkohol haram, ilmuwan harus memperjelas definisi alkohol dan dampaknya yang memabukkan ke perhitungan senyawa kimiawi.

Oleh karena itu, lanjut Dzulkifly, proses sertifikasi produk halal memerlukan keberadaan laboratorium forensik halal. Hal itu bertujuan membantu lembaga sertifikasi memutuskan suatu produk halal atau tidak.

Sementara itu, Direktur Hahal Science Center Chulalankorn Unversity Winai Dahlan memaparkan, dalam proses setifikasi halal, ilmuwan berperan membantu lembaga akreditasi dalam menetapkan halal atau tidaknya suatu produk. Lembaga itu harus diisi oleh tokoh agama yang mengerti hukum agama.

Dengan demikian, produk yang lolos sertifikasi halal telah memenuhi kaidah agama dan ilmiah. Jadi, produk yang lolos sertifikasi halal juga secara ilmiah terukur secara jelas.
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 April 2015, di halaman 14 dengan judul “Pengembangan Produk Halal Butuh Riset”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB