Pengawet Alami Itu Hasil Eksperimen Sekolah

- Editor

Kamis, 3 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berawal dari kegundahan menyaksikan tahu-tahu berformalin di pasar, Akhmad Supriyatna (51) bersama murid-muridnya melakukan percobaan untuk membuat pengawet alami. Tak dinyana, permintaan yang begitu tinggi membuat Supriyatna terus menambah hasil kreativitasnya itu.

Padahal, pengawet yang disebut palata itu bermula dari eksperimen sederhana di laboratorium Sekolah Menengah Atas (SMA) Bina Putera. Sekolah di Desa Rancasumur, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang, Banten, itu didirikan Supriyatna pada tahun 2003. Inilah salah satu contoh kreativitas pembelajaran dari sebuah sekolah di daerah.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS–Akhmad Supriyatna dan beberapa muridnya meramu pengawet alami tahu atau palata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mereka mulai melakukan percobaan dengan menggunakan pisang, gula, sirsak, markisa, pepaya, dan singkong untuk mencari bahan terbaik. Hasil bumi itu difermentasikan dengan bakteri. Mereka jatuh bangun selama setahun hingga mendapatkan hasil terbaik pada awal 2015.

”Saya menggunakan tong untuk wadah percobaan. Palata akhirnya ditemukan. Arti nama itu sebenarnya sederhana,” ujarnya. Palata adalah singkatan dari pengawet alami tahu. Supriyatna masih harus bekerja keras. Para pengelola pabrik tahu perlu diyakinkan untuk menggunakan palata.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS–Pendiri Sekolah Menengah Atas Bina Putera, Akhmad Supriyatna (kedua dari kiri), bersama murid-muridnya membuat pengawet alami tahu atau palata di Desa Rancasumur, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang, Banten.

Tak mudah bagi mereka yang sudah terbiasa menggunakan formalin dan beralih pada palata. Namun, Supriyatna tak mudah menyerah hingga para pengelola pabrik tahu menyaksikan kemanjuran palata. Bahkan, Supriyatna lambat laun kewalahan memenuhi permintaan mereka.

Pada pertengahan 2016, palata sudah dipakai sekitar 100 pabrik tahu. Produksi palata saat itu sekitar 500 liter per hari. Jumlah tersebut masih jauh dari potensi permintaan hingga 3.000 liter per hari. Palata masih diproduksi mengacu pada kebutuhan.

”Produksi itu masih dilakukan sebelum pengajuan izin kepada Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan). Namun, legalitas produk harus dijaga,” ujarnya. Kini, produksi palata rata-rata 800 liter per hari. Palata sudah diproduksi dengan skala industri. Supriyatna bermitra dengan dunia usaha di Jakarta.

”Kami bekerja sama dengan beberapa pihak. Namun, produksi saat ini pun masih direm. Terbatas karena sedang menempuh tahap untuk mendapatkan izin dari Badan POM,” ujarnya. Jika izin sudah diperoleh, produksi dapat ditingkatkan hingga 5.000 liter per hari.

Bentuk kreativitas lain SMA Bina Putera adalah mengolah kedelai menjadi tempe secara hemat energi. Bahan yang digunakan hampir sama dengan palata. Hanya bakteri yang diaplikasikan untuk mengolah tempe berfungsi melunakkan kedelai sehingga tak perlu lagi dimasak berjam-jam.

Murid-murid SMA Bina Putera juga ditanamkan untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka, misalnya, menanam kangkung, bahkan menjual sayur itu ke pasar. Di sekolah yang berjarak 44 kilometer dari Kota Serang itu, murid-murid juga diajarkan menjahit.–DWI BAYU RADIUS

Sumber: kompas, 2 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB