Pendidikan tinggi jarak jauh dan terbuka berperan penting untuk mewujudkan akses pendidikan berkualitas yang inklusif, setara, fleksibel, dan terjangkau. Hal ini relevan dengan pemenuhan hak bagi setiap warga untuk pendidikan. Apalagi, kemampuan belajar sepanjang hayat pada era digital semakin penting.
Topik ini mengemuka dalam konferensi tahunan Asian Association of Open Universities (AAOU) ke-31 yang digelar di Yogyakarta, Rabu-Jumat (27-29/9). Forum ini diikuti sekitar 300 peserta dari 23 negara.
Acara pembukaan konferensi ini dihadiri Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Intan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah banyak mengubah cara hidup manusia, termasuk dalam belajar. Sumber belajar semakin terbuka dan kebutuhan belajar yang fleksibel juga berkembang. “Yang penting dipastikan, kualitas pendidikan terjamin sesuai standar,” katanya.
Menurut Intan, pendidikan jarak jauh dengan mengoptimalkan pemanfaatan TIK jangan hanya fokus pada kognitif atau akademik. Harus dipastikan, kemampuan emosional (soft skills) mahasiswa juga dikembangkan. Termasuk pula kepedulian terhadap persoalan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan berperan mencari solusinya.
Presiden AAOU Melinda dela Pena Bandalaria mengatakan, pendidikan jarak jauh semakin potensial, terutama untuk menjangkau generasi milenial yang secara teknis menguasai pemanfaatan TIK untuk kehidupan, termasuk belajar. “Namun, keuntungan dari UT ini, belajar dapat diakses oleh siapa saja, yang muda dan tua, di mana saja, dengan gawai dan tipe koneksi, seperti apa pun,” kata Melinda yang juga Rektor UT Filipina.
Menurut Melinda, akses pendidikan yang fleksibel dibutuhkan banyak profesional supaya mereka dapat terus mengembangkan diri. Pada masa mendatang, muncul banyak pekerjaan baru yang butuh orang mampu belajar mandiri lewat sumber belajar terbuka. Pendidikan jarak jauh yang ada saat ini berpeluang menjawab kebutuhan belajar warga dunia yang disiapkan menjadi pemelajar sepanjang hayat.
Mutu universitas disorot
Direktur Pusat Penelitian Universitas Terbuka Hongkong Kim Cheong Li mengatakan, pendidikan jarak jauh ini terus disorot dalam peningkatan kualitas pemelajaran dan institusinya. Pengembangan pendidikannya harus mampu mengantarkan peserta didik sukses lewat efektivitas pemelajaran serta kepuasan dan prestasi peserta didik.
Adapun di tingkat institusi, inovasi dalam pemanfaatan TIK harus mengarah pada terwujudnya pendidikan yang inklusif dan setara sehingga memberikan rasa nyaman dan terbuka bagi semua orang.
Presiden Singapore University of Social Science Cheong Hee Kiat mengatakan, tantangan bekerja pada masa depan butuh cara berpikir yang berbeda soal belajar. Kompetensi dapat ditingkatkan dengan belajar mandiri yang sumbernya melimpah dengan perkembangan digital. Perguruan tinggi pun bisa menawarkan sistem belajar yang fleksibel, yakni mahasiswa paruh waktu, mahasiswa penuh, atau untuk kebutuhan pelatihan dan belajar lebih lanjut. (ELN)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 September 2017, di halaman 12 dengan judul “Pendidikan Jarak Jauh Relevan dengan Era Digital”.