Tak Sesuai Arah Pembangunan
Pilihan calon mahasiswa terhadap program studi di perguruan tinggi sangat dipengaruhi pasar, terutama peluang kerja setelah lulus. Kondisi ini tak selalu sejalan dengan arah pembangunan yang dicanangkan pemerintah untuk kemandirian dan kemajuan bangsa Indonesia.
Program studi (prodi) favorit yang diburu banyak pendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dari tahun ke tahun, antara lain komunikasi, kedokteran, manajemen, ekonomi, dan teknologi informasi. Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat, misalnya, jurusan yang paling banyak diminati di kampus itu adalah Prodi Ilmu Komunikasi dan Manajemen, masing-masing peminatnya berjumlah 4.637 orang dan 4.396 orang. Padahal, jatah yang tersedia untuk dua jurusan itu, masing-masing hanya 100 kursi.
“Masyarakat memilih jurusan yang dinilai lebih besar peluangnya terserap di dunia kerja atau lebih terbuka dalam memperoleh peluang usaha,” kata Koordinator Humas UPI Wahudin di Bandung, Rabu (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi serupa berlangsung di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Humas Unpad Soni A Nulhaqim mengemukakan, Prodi Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) paling banyak peminatnya, yakni mencapai 4.411 orang.
Namun, beberapa jurusan justru minim peminat dengan kondisi yang bervariasi di sejumlah perguruan tinggi, antara lain Budidaya Pertanian, Sastra Jawa, Sastra Rusia, Ilmu Sejarah, Sastra Sunda, atau ilmu-ilmu sains murni seperti Matematika, Kimia, dan Fisika. Beberapa jurusan itu tidak terlalu diminati karena dinilai kurang memberikan jaminan kerja bagi para sarjananya.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto mengatakan, ada beberapa prodi yang “kurang laku” di kampus itu, seperti Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap dan Teknologi Hasil Perairan. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rohmat Wahab mengatakan, pemilihan program studi yang cenderung itu-itu saja karena dipengaruhi kepastian atau jaminan lapangan pekerjaan setelah lulus.
Tak sesuai pembangunan
Pemilihan jurusan oleh calon mahasiswa ternyata tidak selalu sejalan dengan arah pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Menurut Ina Liem, infopreneur seputar jurusan kuliah dan peta karier, program studi yang sejalan dengan platform ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo semestinya adalah bidang pangan, energi, dan logistik, belum dilirik. Prodi terkait logistik juga dibutuhkan karena Indonesia sedang membangun banyak pelabuhan dan infrastruktur lain. “Bidang pangan baru dilirik untuk kuliner. Padahal, yang juga penting hulunya, misal untuk budidaya pertanian,” katanya.
Menurut Illah Sailah, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, pemerintah memiliki sejumlah program untuk mendorong mahasiswa baru memilih prodi yang dibutuhkan untuk pembangunan bangsa. Penerima mahasiswa Bidikmisi yang merupakan mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu, diprioritaskan memilih jurusan yang menjadi prioritas untuk pembangunan, seperti pertanian, teknik, dan sains. Anak-anak yang cerdas memenangi olimpiade sains nasional dan internasional diberi beasiswa kuliah di dalam dan luar negeri dari S-1 hingga S-3. Dengan demikian, Indonesia punya calon ilmuwan dari anak-anak bangsa yang unggul.
Uji keterampilan SBMPTN
Rabu kemarin, para peserta SBMPTN mengikuti ujian keterampilan di sejumlah kampus tertentu. Di Yogyakarta, misalnya, sebanyak 2.475 peserta menjalani ujian keterampilan di UNY. Begitu pula para pendaftar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Hasil ujian keterampilan itu menjadi salah satu penentu penerimaan mahasiswa di jurusan terkait bidang seni dan keolahragaan, selain ujian tulis.
“Ujian ini menjadi salah satu dasar pertimbangan mahasiswa baru,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik UNY Wardan Suyanto. (ELN/LUK/SEM/DNE/HRS)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2015, di halaman 12 dengan judul “Pemilihan Jurusan Dipengaruhi Pasar”.
Posted from WordPress for Android