Kegiatan riset ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia kurang berkembang karena tidak menerapkan bentuk kelembagaan dan model manajemen yang sesuai. Perlu pembenahan agar lembaga riset lebih maju.
Hal itu dilontarkan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko, Jumat (1/6/2018), terkait dengan programnya sebagai pimpinan LIPI yang baru. Handoko dilantik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir di Kantor Pusat LIPI Jakarta, Kamis (31/5/2018). Ia menggantikan Iskandar Zulkarnain yang wafat pada 2 Juli 2017. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kepala LIPI ditunjuk Bambang Subiyanto yang juga Wakil Kepala LIPI.
Menurut Handoko, hal yang mendesak dibenahi di LIPI saat ini adalah manajemen riset internal dan mekanisme pengelolaan anggaran litbang. Selama ini manajemen di LIPI dan lembaga litbang di Indonesia lainnya cenderung serupa dengan institusi administratif lainnya. Padahal, seharusnya dikelola secara berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DOKUMENTASI LIPI–Kawasan Cibinong Science Center and Botanical Garden di Cibinong, Jawa Barat, yang menjadi salah satu kawasan pusat penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Meskipun lembaga induk semacam LIPI tetap sebagai lembaga pemerintah murni, pusat penelitian di bawahnya tidak seharusnya sebagai lembaga pemerintah murni. Hanya satuan kerja tertentu saja yang tetap sebagai lembaga pemerintah murni. Misalnya, kebun raya, pusat dokumentasi dan informasi, serta sejenisnya yang memiliki tugas fungsi yang tidak bisa dialihkan dengan mudah.
Sebaliknya, pusat-pusat penelitian teknis yang fokus pada bidang penelitian tertentu dapat dibentuk berbasis proposal yang dibuka kompetitif, serta berstatus entitas swasta, urai Handoko, yang banyak terlibat kerja sama penelitian di lembaga riset dunia. Pusat-pusat ini bisa dikelola swasta murni, menempel sebagai lembaga penelitian di berbagai perguruan tinggi.
Pengoperasian pusat-pusat ini berbasis kontrak dalam periode tertentu, yaitu 7 tahun hingga 10 tahun, dan setiap tahun mendapat dana dari lembaga induk dalam bentuk block grant dengan sistem evaluasi berbasis kinerja tahunan atau akhir kontrak. ”Dengan model ini, sistem keuangan di internal pusat penelitian menjadi lebih luwes dan berbeda dengan lembaga administrasi umumnya,” ulas Handoko.
Model pengelolaan semacam ini juga diadopsi pusat penelitian di bawah Max-Planck, Fraunhofer, dan Helmholz di Jerman. Keuntungan sistem ini fleksibel dalam pengelolaan keuangan, tercipta kompetisi yang sehat, serta fleksibilitas kelembagaan sesuai dengan dinamika keilmuan yang terus berubah. ”Dengan demikian, apabila suatu bidang penelitian sudah tidak relevan, dengan mudah bisa diganti dengan bidang penelitian yang lebih sesuai,” katanya.
KOMPAS/YUNI IKAWATI–Laksana Tri Handoko
Dalam sambutannya, Nasir mengharapkan agar LIPI dapat meningkatkan kualitas riset iptek untuk menghadapi tantangan berat Revolusi Industri 4.0, yaitu dengan mengarahkan SDM dan pengembangan teknologinya. Selain itu, LIPI harus mengatasi masalah utama saat ini, yaitu ketahanan pangan, energi, dan ketersediaan air. LIPI harus dapat menjadi pionir dalam pengembangan iptek dan termasuk juga ilmu sosial, kata Nasir.
Sementera itu, Nasir menyampaikan harapan Presiden kepada LIPI agar lembaga riset ini menjadi tulang punggung iptek di Indonesia bersama lembaga penelitian yang lain. ”Penelitian tidak hanya untuk publikasi, tetapi juga harus menghasilkan inovasi yang mempunyai nilai masyarakat industri dan nonindustri,” ujarnya.
Handoko akan mendorong agar LIPI mampu berkiprah di kancah dunia, sebagai representasi Indonesia, pada saat yang sama sebagai lembaga yang didanai masyarakat yang harus mampu menjadi penyedia solusi berbasis iptek untuk berbagai masalah di masyarakat. ”Jadi, LIPI harus menjadi lembaga riset yang mendunia dan memasyarakat,” ulasnya.
Program prioritasnya dalam waktu dekat adalah melanjutkan pembenahan manajemen riset di internal LIPI. Pembenahan ini akan mengikuti norma dan standar global. Dalam kaitan itu akan dilakukan percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi riset. Hal ini mencakup kualifikasi dan jumlah sumber daya manusia. ”Untuk memenuhi target jumlah SDM, akan dilakukan perekrutan diaspora secara masif,” ujarnya
Kegiatan riset pun akan ditingkatkan melalui kolaborasi dengan mitra di dalam dan luar negeri. Kerja sama dengan semua pihak, baik akademisi maupun industri, akan dijalin LIPI sebagai penyedia infrastruktur riset nasional. Dengan demikian, aktivitas kreatif berbasis iptek di Indonesia dapat lebih berkembang, urainya.
Pakar fisika
Laksana Tri Handoko (50) menempuh pendidikan S-1 hingga S-3 bidang fisika di Universitas Kumamoto dan Hiroshima, Jepang. Kariernya sebagai peneliti di Pusat Penelitian Fisika LIPI dimulai sejak tahun 2002. Sebelum itu karier penelitiannya sebagai pakar fisika partikel elementer teoretik dirintis di lembaga riset Jepang, Italia, dan Jerman. Kerja sama riset di tingkat dunia masih dilanjutkan hingga kini antara lain di Italia untuk Simons the Abdus Salam International Centre for Theoretical Physics (ICTP) Associate Fellow (periode 2014-2019).
Sebagai peneliti LIPI, sejak tahun 2006 hingga kini Handoko telah memiliki sembilan hak kekayaan intelektual, tiga di antaranya berupa paten Sistem Koneksi ke Multigrid dengan Klaster Terbuka, Sistem Robot Jaringan Modular, dan Pengendali Elektronik Otomatis Ketinggian Air dalam Bak Penampung. Atas prestasinya, sejumlah penghargaan diraihnya, antara lain PII Adhidarma Profesi Award, Satyalancana Wira Karya untuk Sains, Achmad Bakrie Awad, Asia Pacific ICT Award, dan Habibie Award untuk Bidang Ilmu Dasar.
Karier birokrasi di lingkungan LIPI dimulai sebagai Kepala Grup Fisika Teori dan Komputasi (2002-2012), Kepala Pusat Penelitian Informatika (2012-2014), dan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik (2014-2018). Adapun di luar waktunya di LIPI, Handoko aktif mengajar di Departemen Fisika UI dan IPB.
Kegiatan sosial ditunjukkan dengan menjadi perintis terbentuknya komunitas fisika teori (Grup Fisikawan Teoritik Indonesia) dan komputasi sains (Masyarakat Komputasi Indonesia).
Ia pun menjadi pionir aneka sistem pengelolaan pemerintahan berbasis inovasi teknologi informasi antara lain Sistem Penerimaan CPNS Online, ISSN Online, Jurnal Online, BUKU-e LIPI, Indonesian Scientific Index, ARSIP. Selain itu dikembangkan pula aneka perangkat lunak open-source orisinal: openNR (open networked-robot), openISI (open topical data integration), dan openPC (Public Cluster toolkit).–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 2 Juni 2018