Pelajar Indonesia Terbaik di Kompetisi Fisika Eropa

- Editor

Selasa, 28 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim Olimpiade Fisika Indonesia berhasil meraih prestasi di ajang European Physics Olympiad.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

DOKUMENTASI YAYASAN SIMETRI—Peter Addison Sadhani dari SMA Santo Aloysius 1 Bandung, peraih absolute winner dan best experiment di kompetisi European Physics Olympiad Ke-4.

Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang diseleksi dan dibina Yayasan Sinergi Mencerdaskan Tunas Negeri berhasil meraih absolute winner atau nilai tertinggi di antara semua peserta dan the best experimental results atau nilai eksperimen tertinggi di antara semua peserta di ajang European Physics Olympiad. Kompetisi secara daring ini diikuti 257 siswa dari 54 tim, terdiri dari 31 negara Eropa dan 22 negara tamu.

Peraih absolute winner dan best experiment di kompetisi European Physics Olympiad Ke-4 ini adalah Peter Addison Sadhani dari SMA Santo Aloysius 1 Bandung. Peter berhasil mencapai nilai 40,0 dari maksimum 50.

”Dalam sejarah empat tahun penyelenggaraan EuPhO, belum pernah ada siswa meraih nilai setinggi ini,” kata Hendra Kwee, pemimpin Yayasan Sinergi Mencerdaskan Tunas Negeri (Simetri), yang dihubungi dari Jakarta, Senin (27/7/2020).

Peter juga merupakan satu-satunya peraih medali emas dari tim Indonesia. Selain itu, Indonesia meraih 4 medali perak yang dipersembahkan Timotius Jason (Ignatius Global School Palembang), Rizky Ramadhana (SMA Taruna Nusantara, Magelang), Nixon Widjaja (SMAK IPEKA Plus BSD Tangerang), dan Fadli Januar (SMAN Unggulan MH Thamrin, Jakarta).

Olimpiade Fisika Eropa Ke-4 diselenggarakan secara daring pada 20-26 Juli 2020. Menurut Hendra, anak-anak Indonesia mengerjakan soal dari rumah masing-masing. Mereka secara live mengerjakan soal teori selama 5 jam pada 20 Juli, lalu soal eksperimen selama lima jam pada 21 Juli.

”Peserta harus pakai satu kamera untuk mengawasi mereka bekerja. Jadi, potensi kecurangan sangat rendah,” jelas Hendra.

EuPhO tahun ini, lanjut Hendra, sangat unik. Sebab, soal eksperimen dilakukan dengan simulasi komputer. Siswa diberikan program yang dapat diberikan input.

Soal dibuat cukup riil karena ada ketidakpastian eksperimen pada hasil yang diberikan oleh progam. Salah satu soal eksperimen adalah mengenai hamburan Rutherford menggunakan elektron.

Siswa dapat mengatur posisi penembakan elektron dan energi mula-mula elektron. Elektron terhambur oleh suatu muatan lain yang besar dan ketiga koordinat posisinya tidak diketahui dan elektron ini akan terdeteksi pada layar yang berada pada jarak tidak diketahui dari muatan.

Siswa harus merancang eksperimen untuk menghitung posisi muatan dan besar muatan. ”Peserta menggunakan laptop dan hanya boleh menjalankan program yang disediakan panitia,” kata Hendra.

DOKUMENTASI YAYASAN SIMETRI—Suasana kompetisi Olimpiade Fisika Eropa atau EuPhO Ke-4 tahun 2020 yang dilaksanakan secara daring. Tim Olimpiade Fisika Indonesia meraih satu medali emas dan empat medali perak. Bahkan, pelajar Indonesia terbaik di tes teori dan eksperimen.

Pimpinan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) tahun ini adalah Hendra Kwee, Herry Kwee, Zainul Abidin, dan Jong Anly Tan. Penyelenggara EuPhO tahun ini adalah Universitas Bucharest dan Komite Akademik EuPhO yang terdiri atas delapan anggota dari sejumlah negara.

Herry Kwee menjelaskan, EuPhO merupakan kompetisi tahunan untuk siswa SMA yang menyerupai dunia riset. Siswa diberi soal yang singkat sehingga siswa dapat memberikan jawaban secara kreatif.

Herry memaparkan, TOFI tahun ini sebenarnya diseleksi dan dibina untuk mengikuti Asian Physics Olympiad (APhO) Ke-21 pada 10-18 Mei 2020 di Taipei, Taiwan. Akibat pandemi Covid-19, penyelenggaraan APhO ditunda ke tahun 2021.

Penyelenggaraan EuPhO yang awalnya direncanakan di Satu Mere, Romania, pada 2-6 Juni 2020, digeser mundur dan pelaksanaannya menjadi daring. ”Banyak negara dari berbagai belahan dunia memilih mengikuti EuPhO tahun ini karena penyelenggaraan International Physics Olympiad juga dimundurkan ke tahun 2021,” jelas Herry.

Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor: MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 27 Juli 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB