Tim Olimpiade Geografi Internasional dari Indonesia meraih dua medali perak dan dua perunggu dalam 15th International Geography Olympiad (IGeO) 2018 di Kota Quebec, Kanada. Prestasi ini menempatkan peringkat tim Indonesia membaik, dari peringkat 12 pada tahun lalu menjadi peringkat 9 pada tahun ini.
Dua medali perak dipersembahkan Fernando (SMA Sutomo 1 Medan) dan M Nadafa Isnain (SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta). Adapun dua medali perunggu diraih Rizky Amalia Wulandari (SMA Kharisma Bangsa Tangsel) dan Jamal Habibur Rahman (SMA Taruna Nusantara Magelang).
“Selama satu bulan terakhir, siswa kita telah mengumpulkan 25 medali sejak diadakannya olimpiade sains internasional 2018, terdiri dari 4 medali emas, 13 perak, dan 7 perunggu. Prestasi ini terus meningkat luar biasa, patut kita banggakan dan pertahankan,” ujar Kepala Subdirektorat Peserta Didik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Suharlan, di Jakarta, Senin (13/8/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DOKUMENTASI KEMDIKBUD–Tim pelajar Indonesia meraih empat medli dari Olimpiade Geografi Internasional 2018 di Kanada. Untuk perama kalinya, tim Indonesi masuk 10 besar peraih medali, dengan meraih posisi di ranking 9.
Menurut Suharlan, forum prestasi anak bangsa ini sangat bermanfaat sebagai diplomasi kebudayaan, mengharumkan Indonesia, dan mengangkat derajat bangsa. “Perlu kita wadahi dalam rangka mengembangkan bakat minat siswa yang memiliki passion berbeda-beda,” ujar Suharlan.
Pemimpin tim Indonesia, Bintang Rahmat Wananda, menjelaskan IGeO 2018 berlangsung dalam tiga babak tes, yaitu tes tertulis, tes lapangan, dan tes multimedia. “Kami merasa bangga dengan prestasi tim Indonesia. Baru pada tahun ini untuk pertama kalinya Indonesia berhasil masuk 10.besar dari seluruh negara partisipan IGeO. Selain itu, pada tahun ini pula untuk pertama kalinya seluruh anggota tim berhasil mendapatkan medali,” kata Bintang.
Sementara itu, Nafada mengatakan, olimpiade ini tidak hanya bicara soal medali, tapi banyak pengalaman berharga lain yang didapat peserta. “Salah satunya menjalin persahabatan antarnegara dengan beragam suku dan ras bangsa-bangsa dunia. Berbeda-beda tapi bisa saling berkomunikasi dan menjalin hubungan persahabatan,” ujar Nadafa.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 14 Agustus 2018