Parasit Malaria yang Paling Mematikan Diurutkan Genomnya

- Editor

Senin, 7 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Parasit malaria yang paling mematikan, Plasmodium falciparum, untuk pertama kalinya berhasil diketahui urutan genomnya. Temuan ini memberi peluang ilmuwan untuk mengetahui dengan lebih jelas bagaimana susunan genetika parasit yang menyebabkan 90 persen kematian akibat infeksi malaria. Ini menjadi dasar bagi pengembangan obat malaria yang lebih kuat.

Keberhasilan ini dicapai setelah tim peneliti yang dipimpin ilmuwan dari University of South Florida, Amerika Serikat menciptakan teknik baru yang disebut piggyBax. Dengan teknik ini, mereka berhasil mengidentifikasi sekitar 3.300 dari 6.000 gen dari Plasmodium falciparum. Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Science pada 3 Mei 2018, peneliti berhasil mengisolasi adenine dan thymine, dua dari empat senyawa kimia penyusun DNA.

Plasmodium falciparum merupakan varian parasit malaria yang paling mematikan, yaitu mencapai 95 persen dari 500.000 penderita malaria yang meninggal tiap tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

DOKUMENTASI UNIVERSITY OF SOUTH FLORIDA–Tampilan parasit malaria paling mematikan, Plasmodium falciparum, dalam ukuran mikroskopik.

“Ini capaian penting,” kata penulis utama kajian ini, John H Adams, profesor dari University of South Florida College of Public Health dalam siaran pers dari kampus ini. “Genom dari parasit malaria ini sebelumnya resisten dari segala alat analisis genetik. Akibatnya sebelumnya kita hanya tahu sedikit tentangnya.”

Menurut Adams, identifikasi genetika parasit ini dan memahami bagaimana kerjanya akan menjadi dasar untuk mempercepat pembuatan obat dan vaksin.

Parasit malaria terdiri dari empat varian, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium falciparum. Di antara empat varian ini, Plasmodium falciparum merupakan yang paling mematikan, yaitu mencapai 95 persen dari 500.000 penderita malaria yang meninggal tiap tahun. Data WHO, sebanyak 220 juta orang di seluruh dunia saat ini terinfeksi malaria.

KOMPAS/AHMAD ARIF–Tim Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dibantu Perkumpulan Warsi memeriksa kesehatan Orang Rimba di Pakuaji, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Senin (7/12/2015). Pemeriksaan ini, terutama difokuskan pada penanganan malaria dan hepatitis, selain juga pemetaan genetika.

Di Indonesia malaria juga masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang tingkat prevalensinya sangat tinggi, terutama di Papua, Maluku, sebagian Nusa Tenggara Timur, dan Jambi. Malaria juga masih ditemukan di Jawa bagian selatan.

Sumber: Kompas, 7 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB