Pandemi Mengancam Dunia

- Editor

Selasa, 28 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Globalisasi Percepat Penularan
Seiring perubahan iklim, mobilisasi manusia, barang, dan jasa, lintas negara, negara-negara di dunia kian rentan soal kesehatan akibat wabah penyakit dan bencana. Untuk itu, kemampuan mengantisipasinya perlu ditingkatkan.

Pada pembukaan forum “Ketahanan Kesehatan Global Tingkat Lanjut, dari Komitmen menuju Aksi”, di Nusa Dua, Bali, Senin (27/6), Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh menyatakan, negara kerap tak membuat ketangguhan kesehatan sebagai isu strategis.

Padahal, beberapa tahun terakhir, sejumlah wabah penyakit, seperti sindrom pernapasan akut parah (SARS), ebola, flu burung, dan sindrom pernapasan Timur Tengah akibat virus Corona (MERS-CoV), terjadi. Wabah penyakit cepat menyebar ke negara lain, bahkan benua lain, menimbulkan kerugian ekonomi besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karena itu, ketahanan kesehatan suatu negara amat penting. “Kita harus punya sistem kesehatan tangguh untuk mengatasi ancaman kesehatan dari wabah penyakit dan bencana alam serta surveilans kuat. Itu meliputi antara lain fasilitas kesehatan bermutu, sumber daya manusia kesehatan cukup dan kompeten,” ucap Poonam.

09a7a4eb07df4621a1946ae5ea1e5635Acara itu dihadiri sekitar 250 perwakilan dari 50 negara, organisasi internasional, organisasi masyarakat sipil, lembaga donor, dan akademisi. Tahun ini, melalui mekanisme Troika (3 negara bergantian), Indonesia jadi ketua Agenda Ketahanan Kesehatan Global (GHSA). Jadi, GHSA ialah inisiatif global, diluncurkan Februari 2014, merespons kenaikan kerentanan warga global pada risiko penyakit baru dan pandemi.

Penguatan kapasitas
Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, kemampuan negara mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan perlu diperkuat. Salah satunya, penerapan konsep One Health, kolaborasi sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Terkait hal itu, Indonesia melakukan antara lain integrasi surveilans kesehatan manusia dan hewan, mengintegrasikan investigasi epidemiologis, serta meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan hewan dan manusia.

Direktur WHO Regional Afrika Matshidiso Moeti menegaskan, setelah menyatakan komitmen di Cape Town, Afrika Selatan, tahun lalu, saatnya negara di dunia memperkuat sistem kesehatan dengan kompetensi sesuai Peraturan Kesehatan Internasional 2005. Itu perlu komitmen konkret dan pendanaan berkelanjutan, apalagi mayoritas negara di Afrika berpendapatan rendah. (ADH)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Pandemi Mengancam Dunia”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB