Globalisasi Percepat Penularan
Seiring perubahan iklim, mobilisasi manusia, barang, dan jasa, lintas negara, negara-negara di dunia kian rentan soal kesehatan akibat wabah penyakit dan bencana. Untuk itu, kemampuan mengantisipasinya perlu ditingkatkan.
Pada pembukaan forum “Ketahanan Kesehatan Global Tingkat Lanjut, dari Komitmen menuju Aksi”, di Nusa Dua, Bali, Senin (27/6), Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh menyatakan, negara kerap tak membuat ketangguhan kesehatan sebagai isu strategis.
Padahal, beberapa tahun terakhir, sejumlah wabah penyakit, seperti sindrom pernapasan akut parah (SARS), ebola, flu burung, dan sindrom pernapasan Timur Tengah akibat virus Corona (MERS-CoV), terjadi. Wabah penyakit cepat menyebar ke negara lain, bahkan benua lain, menimbulkan kerugian ekonomi besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itu, ketahanan kesehatan suatu negara amat penting. “Kita harus punya sistem kesehatan tangguh untuk mengatasi ancaman kesehatan dari wabah penyakit dan bencana alam serta surveilans kuat. Itu meliputi antara lain fasilitas kesehatan bermutu, sumber daya manusia kesehatan cukup dan kompeten,” ucap Poonam.
Acara itu dihadiri sekitar 250 perwakilan dari 50 negara, organisasi internasional, organisasi masyarakat sipil, lembaga donor, dan akademisi. Tahun ini, melalui mekanisme Troika (3 negara bergantian), Indonesia jadi ketua Agenda Ketahanan Kesehatan Global (GHSA). Jadi, GHSA ialah inisiatif global, diluncurkan Februari 2014, merespons kenaikan kerentanan warga global pada risiko penyakit baru dan pandemi.
Penguatan kapasitas
Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, kemampuan negara mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan perlu diperkuat. Salah satunya, penerapan konsep One Health, kolaborasi sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Terkait hal itu, Indonesia melakukan antara lain integrasi surveilans kesehatan manusia dan hewan, mengintegrasikan investigasi epidemiologis, serta meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan hewan dan manusia.
Direktur WHO Regional Afrika Matshidiso Moeti menegaskan, setelah menyatakan komitmen di Cape Town, Afrika Selatan, tahun lalu, saatnya negara di dunia memperkuat sistem kesehatan dengan kompetensi sesuai Peraturan Kesehatan Internasional 2005. Itu perlu komitmen konkret dan pendanaan berkelanjutan, apalagi mayoritas negara di Afrika berpendapatan rendah. (ADH)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Pandemi Mengancam Dunia”.