Olimpiade Matematika; Tingkatkan Minat Pelajar pada Matematika dan Sains

- Editor

Rabu, 16 November 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Olimpiade Matematika dan Sains Internasional kembali diselenggarakan di Indonesia. Lomba- lomba tingkat global seperti ini dinilai mampu meningkatkan minat pelajar terhadap pelajaran Matematika serta Sains.

Olimpiade Matematika dan Sains Internasional (IMSO) 2016 diadakan pada 9-10 November, di Tangerang, Banten. Ada 371 peserta yang mengikutinya. Mereka merupakan siswa kelas V dan VI SD dari 22 negara, di antaranya Afrika Selatan, Nepal, Thailand, Kazakhstan, dan Bulgaria.

“Para peserta sudah lulus seleksi yang diadakan oleh kementerian pendidikan masing-masing,” kata Ketua Penyelenggara IMSO 2016 Ridwan Hasan Saputra, Kamis (10/11), di Tangerang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut dia, IMSO merupakan kompetisi matematika dan sains terbesar di dunia. Ajang ini pertama kali digagas di Indonesia. Tujuannya adalah meningkatkan ketertarikan pelajar SD kepada pelajaran Matematika dan Sains. Dua pelajaran itu selama ini dianggap sebagai momok karena dianggap sulit.

“Kendala terbesar ialah cara pengajaran Matematika dan Sains di sekolah. Semenjak SD, sistem yang diterapkan biasanya menghafal teori atau rumus. Akibatnya, siswa tidak memahami kedekatan Matematika dan Sains dengan kehidupan sehari-hari,” ujar Ridwan.

Pendapat serupa diungkapkan tutor kontingen Filipina, Renard Eric Chau, yang ketika duduk di SD mengikuti IMSO. Menurut dia, hal pertama yang harus diubah adalah pendekatan kedua subyek tersebut di sekolah menjadi lebih menyenangkan dan membumi.

Ia mengatakan, Sains dan Matematika lekat dengan keseharian manusia, apa pun jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Apabila siswa menyadari hal tersebut, Matematika dan Sains akan terasa jauh lebih bersahabat.

Praktis
Langkah kedua, menurut Renard Eric Chau, ialah membuat langkah-langkah praktis dalam pembelajaran. Ia mengamati, kurikulum Matematika di Asia selama ini terlalu bertumpu pada buku teks. Padahal, materi dua pelajaran itu sangat tersebar di alam sekitar.

“Memang, pelajaran Matematika dan Sains tingkat atas, seperti di SMA-sederajat, membutuhkan laboratorium dan peralatan canggih. Akan tetapi, untuk hal-hal dasar, berbagai alat peraga sebenarnya bisa didapat dari lingkungan sekitar kita, tergantung kreativitas guru dan orangtua,” ujar Renard Eric Chau. (DNE)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 November 2016, di halaman 12 dengan judul “Tingkatkan Minat Pelajar pada Matematika dan Sains”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB