SALAH satu arsitek kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, Prof Andrianto Handojo (68), Rabu (21/5) pukul 12.50, meninggal di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta. Jenazah Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) yang juga Guru Besar Teknik Fisika ITB itu dimakamkan di Pemakaman Kristen Pandu Bandung, Kamis (22/5). Mendiang disemayamkan di Aula Barat ITB. Penghormatan terakhir dipimpin Wakil Rektor ITB Bidang Sumber Daya dan Organisasi Prof Irawati.
Menurut Rudianto Handojo, mantan Sekjen Persatuan Insinyur Indonesia—adik almarhum—Andrianto terdiagnosis kanker prostat stadium lanjut yang komplikasi infeksi paru. Perawatan intensif dijalaninya sejak 24 April 2014 hingga kondisinya terus menurun.
Mendiang meninggalkan istri, Dr Linda Handojo, dan seorang anak, Vega Hanovianto, yang tengah menyelesaikan program S-2 Teknik Penerbangan di Universitas Teknik Berlin, Jerman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Doktor bidang optik dari Institut Teknologi Delft Belanda itu menjabat Ketua DRN dua periode sejak 2010. Sebelumnya, ia menjadi Ketua Jurusan Teknik Fisika dan Dekan Teknik Fisika ITB.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menilai Andrianto gigih membantu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendorong agar iptek menjadi bagian utama, bukan pelengkap memecahkan masalah masyarakat dan bangsa.
Seiring berakhirnya pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II, DRN di bawah kepemimpinan Andrianto baru saja menyusun Agenda Riset Nasional 2015-2019. DRN sedang memperjuangkan agar produk kebijakan di KRT jadi acuan lembaga riset di Indonesia. (YUN)
Sumber: Kompas, 23 Mei 2014